Apa itu Stunting?
“A child’s body needs nutrition, not just food.” - Julie Webb Kelley
SATUHARAPAN.COM - Akhir-akhir ini banyak isu yang membahas tentang stunting, memang apa sih itu stunting? Menurut Kemenkes, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kurang gizi yang kronis sehingga tinggi anak terlalu pendek untuk usianya. Umumnya kekurangan gizi ini terjadi sejak janin, yakni masa kehamilan si ibu, namun baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.
Arti lainnya menurut BKKBN, stunting berarti kekurangan gizi pada bayi di 1.000 hari pertama, sehingga menghambat perkembangan otak dan tumbuh kembang anak. Jadi, bisa dikatakan bahwa stunting merupakan kondisi kurang gizi di usia 1.000 hari pertama pada bayi dan mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Beberapa hal penyebab stunting, dalam buku 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting) dibuat oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia tahun 2017, yaitu: praktek pengasuhan yang kurang baik termasuk pengetahuan ibu tentang kesehatan gizi, keterbatasan layanan kesehatan, kurangnya akeses rumah tangga atau keluarga, dan kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.
Kalau menurut Kemenkes, stunting dapat diukur dari panjang atau tinggi berat badan anak, lalu dibandingkan dengan standart, jika hasilnya dibawah normal (berdasarkan standart deviasi). Jadi, kita bisa perhatikan ciri-ciri stunting, sebagai berikut: tubuh umumnya lebih pendek dari anak seusiannya, pertumbuhan cenderung lebih lambat dibandingkan anak seumurannya, pertumbuhan gigi terlambat, kurang mampu fokus dan cenderung kurangnya dalam hal mengingat, berat badan cenderung turun, dan mudah sakit. Perlu diingat, ciri ini bukan berarti hal yang pasti, mohon konsultasikan dengan dokter.
Setelah kita tau ciri-ciri, stunting pun memberikan dampak pada perkembangan anak, yaitu terhambatnya perkembangan kognitif seperti kecerdasan lebih rendah atau kurang mampu berkonsentrasi, fisik seperti lebih pendek atau pun masalah obesitas karena metabolisme tubuh kurang bekerja secara maksimal, sosial seperti rendah diri atau pun kurang mampu bersosialisasi, hingga masalah emosi; cenderung mudah sakit; kapasitas diri kurang maksimal; dan kurang produktif.
Pemerintah sendiri memiliki lima pilar menangganan stunting, yaitu (1) komitmen dan visi pimpinan tertinggi negara, (2) kampanye nasional berfokus pada pemahaman, perubahan, perilaku, komitmen politik dan akuntabilitas, (3) konvergensi, koordinasi, dan konsolidasi program nasional daerah dan masyarakat, (4) medorong kebijakan “Nutritional Food Security”, dan (5) pemantauan dan evaluasi.
Selain dari pemerintah, mencegah stunting pada anak dapat dimulai dari masa kehamilan, dimana ibu memperhatikan asupan gizi dan konsultasikan kehamilan pada dokter, sehingga selalu mendapatkan update tentang kondisi si janin. Lalu, setelah melahirkan, perhatikan juga asupan bayi, baik ASI maupun susu formula. Setelah usia 6 bulan, mulai perhatikan MPASI pada bayi. Bersamaan dengan itu, usahakan memantau perkembangan si anak ya, sehingga gejala stunting dapat terdeteksi lebih cepat.
Akan lebih bijaksana, jika konsultasikan kepada professional, seperti dokter anak, pun ahli gizi, hingga psikolog anak.
Duta Besar: China Bersedia Menjadi Mitra, Sahabat AS
BEIJING, SATUHARAPAN.COM-China bersedia menjadi mitra dan sahabat Amerika Serikat, kata duta besar C...