Apartemen Laguna Jelaskan Kasus Lift dan Pengelolaan Gedung
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Pimpinan dari Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Satuan Rumah Susun Apartemen Laguna (P3SRS Apartemen Laguna) periode kepengurusan tahun 2020-2023, memberikan klarifikasi dan hak jawab terkait pemberitaan di salah satu media daring di Indonesia pada 16-18 Mei 2020.
Ketua P3SRS Apartemen Laguna, Mingke Manovia, hari Selasa (26/5) di Jakarta mengatakan hal terkait kejadian lift berhenti yang disebabkan karena aliran PLN mati dengan mendadak. Pada hari Sabtu, tanggal 16 Mei 2020 telah terjadi pemadaman listrik PLN secara mendadak di area Apartemen Laguna Pluit sekitar pukul 17.17 WIB dengan durasi pemadaman sekitar 2 detik.
Saat terjadi pemadaman listrik semua fasilitas yang menggunakan listrik padam, tidak terkecuali lift, saat lift mengalami pemadaman sistem pada panel lift bekerja dengan berhenti bergerak.
Pada sistem lift sudah sesuai aturan safety yang berlaku, pada saat terjadi pemadaman lift akan berhenti bergerak dan saat aliran listrik masuk lift akan me-reset sistem dan kembali ke lantai dasar. Sedangkan dalam proteksi gedung sudah ada backup dari genset yang akan menyala dengan durasi 5 detik setelah listrik dari PLN padam.
“Pada saat kejadian pemadaman kemarin durasinya sekitar 2 detik, dengan sistem gedung otomatis genset menyala dan dengan durasi genset yang kurang dari 3 detik aliran listrik PLN sudah menyala,” katanya.
Mingke menegaskan bahwa pada kejadian lift tower biru yang menjebak beberapa orang waktu itu mengalami hal seperti sistem yang dimaksud, saat listrik padam lift berhenti dan tidak loss terjun ke bawah karena sistem safetynya bekerja, di mana lift berhenti disuatu posisi, sehingga hal ini memberikan kesempatan kepada teknisi untuk rescue.
“Saat terjadi pemadaman pihak teknisi sudah menjalankan SOP dengan rescue ke setiap lift yang mati khawatir ada yang terjebak, setelah itu lift beroperasi kembali normal,” katanya.
Lima Penawaran
Sementara itu, menanggapi pemberitaan terkait warga penghuni meminta ganti lift, tapi pengelola disebut tidak ada uang. Menurut pihak P3SRS, warga yang disebutkan anonim dalam pemberitaan dapat diketahui karena yang bersangkutan pernah menyampaikan lisan kepada pengelola dan mengusulkan untuk mengganti lift di Laguna.
“Beliau juga sudah mengirimkan 5 (lima) penawaran lengkap dengan brosur/vendor untuk pengadaan lift dan pemasangannya, sayangnya kami belum bisa memproses penawaran karena memang dengan jujur disampaikan kami P3SRS Apartemen Laguna belum memiliki dana yang cukup untuk mengganti lift baru,” kata Mingke.
Mingke menjelaskan, rata-rata harganya minimal Rp 1 Miliar per unit dan untuk 11 unit membutuhkan anggaran Rp 11 Miliar. “Sementara ini secara bergiliran dan berkelanjutan yang bisa kami lakukan selain melakukan maintenance secara rutin juga melakukan upgrade dan mengganti sparepart yang diperlukan dengan konsentrasi untuk keselamatan dan Keamanan Penghuni,” katanya.
Tentang pemenang tender outsourshing yang dipilih mengapa yang mahal atau tertinggi sebesar 270 juta dari CSM sedangkan dari CBA yang hanya 220 juta dan Hinterland (yang seharusnya Interland) sebesar 250 juta yang tidak dipilih atau dipertimbangkan. “Dengan ini perlu disampaikan bahwa pada bulan Februari telah diterima oleh pihak P3SRS sebanyak 2 (dua) surat penawaran cleaning service dari CBA yg pertama tertanggal 17 Februari dengan penawaran Rp 255.383.046 dan yang ke dua tanggal 19 Februari dengan penawaran yang harganya dikoreksi menjadi Rp 228.551.000,” katanya.
P3SRS juga menerima penawaran dari Interland pada tanggal 5 September 2019 yang mengajukan penawaran dengan harga Rp 280.800.000 (bukan 250 juta yang disebutkan dalam pemberiataan). Dan pada tanggal 9 Februari 2020 diterima revisi dengan harga Rp 311.850.000.
“Dengan ini disampaikan bahwa keputusan pemilihan vendor diputuskan dalam rapat Pengurus, memang harga menjadi salah satu pertimbangan tetapi bukan satu satunya penentu pengambilan keputusan, dan saat itu keputusan adalah tetap melanjutkan kerja sama dengan vendor yang sudah atau sedang berlangsung karena memang dinilai kinerja tenaga pelaksana dilapangan cukup baik,” kata Mingke.
Service Charge
Tentang warga yang menanyakan tentang service charge Rp 360.000 yang sudah dibayar selama 20 tahun. Mingke menjelaskan perihal Service Charge yang Rp 10.000/meter persegi yang diputuskan dalam Rapat Pengurus PPPSRS bersama Pemilik/Penghuni Apartemen Laguna pada tahun 2016. Sebagai perbandingan bahwa Apartemen lain sudah mengenakan tarif service charge Rp12.000 s/d Rp17.500/meter persegi.
“Perhitungan service charge tergantung dengan berapa luas kepemilikannya, pendapatan dana dari service charge dimanfaatkan untuk menutup biaya operasional pada umumnya antara lain seperti cleaning service, security, biaya staff adiministrasi, teknisi, dan pembiayaan pemeliharaan meter kran air, biaya pemeliharaan peralatan kerja operasional yang ringan, dan sudah pasti tidak akan sanggup pembiayaan untuk ganti lift seperti disampaikan seorang warga,” katanya.
Tanggungjawab Bersama
Sementara itu salah satu penghuni apartemen Laguna, Richard (33 tahun) yang ditemui satuharapan.com, hari Jumat, 22 Mei 2020, mengaku mengetahui informasi pemberitaan terkait lift mati tersebut. Dia mengatakan, persoalan pemeliharaan gedung merupakan tanggung bersama antara penghuni dan pengelola gedung apartemen.
“Kalau soal maintance gedung semualah bertanggung jawab. Saya enggak lihat ini sebagai satu tanggung jawab dari pengelola doang, kita harus lihat dari penghuninya juga, banyak juga penghuni enggak bertanggung jawab. Lift sudah dibagus-bagusin. Saya masih ingat waktu itu, baru beberapa hari lalu, lift dibagusin tahu-tahu tapi ada yang sudah dicorat-coret lagi, ada rusak lagi, saya enggak tahu apa maunya orang itu kenapa,” kata Richard.
Richard, yang tinggal di apartemen Laguna sejak dari tahun 2004, mengaku belum pernah mengalami terjebak lama di dalam lift. “So far, saya belum pernah ngerasain lift sampai mati, sampai terjebak. Yang pernah dialami kalau pintunya macet tapi itu pun ada tombol emergency di lift," kata Richard yang berharap semua dilakukan pemeliharaan dengan baik dengan turut andilnya warga penghuni dalam menjaga dan merawatnya.
“Ya maunya semua dimaintance dengan baik, karena kita juga ada andil. Maksudnya tidak hanya satu sisi sebagai pengelola yang turut andil, tapi juga kita warga,” katanya menambahkan penghuni yang masuk dan tinggal di apartemen juga menerima buku peraturan dari pihak pengelola.
Sementara itu, penghuni lainnya, Indramayasari, mengakui tidak mengetahui peristiwa terjadinya lift mati pada salah satu tower di apartemen Laguna. Ibu dari dua orang anak ini mengaku, bahwa dia belum pernah mengalami kendala dalam menggunakan lift selama tinggal di area apartemen Laguna.
“Belum pernah sejak 2010,” katanya seraya berharap mendapat keterbukaan informasi akan segala sesuatunya terkait apartemen Laguna.
Apartemen Laguna
Pembangunan Gedung Apartemen Laguna dimulai pada tahun 1995 oleh Developer PT Jawa Barat Indah, berlokasi di Jl. Pluit Timur MM Jakarta Utara yang sangat strategis di wilayah Pluit Jakarta Utara, yang hanya membutuhkan sekitar 20 menit menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Di lingkungan dekat apartemen Laguna ada beberapa sekolah Swasta dan Negeri, ada Rumah Sakit dan beberapa pusat belanja.
Sehubungan terjadi krisis ekonomi global yang juga melanda Indonesia dengan krisis moneter, ekonomi, sosial dan politik pada tahun 1998, sehingga pembangunan Apartemen Laguna dihentikan. Pada tahun 2000 pembangunan dilajutkan kembali serta selesai pada tahun 2004 yang siap dipasarkan dan dihuni.
Apartemen Laguna terdiri dari 3 (tiga) tower yakni tower A, B, dan C dengan struktur bangunan bersambung dan terkoneksi antar Tower dengan sejumlah 2.008 unit untuk hunian dan 258 unit kios untuk usaha. Sejak bulan Mei 2004 operasional pengelolaan gedung dilaksanakan oleh PT Jawa Barat Indah sebagai building manajemen.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...