Arab Saudi: Kerajaan Berdiri di Samping Rakyat Palestina
Puluhan orang berdemonstrasi di dekat Gedung Putih menolak perjanjian normalisasi hubungan Israel dengan UEA dan Bahrain.
RIYADH, SATUHARAPAN.COM-Arab Saudi mengatakan bahwa pihaknya mendukung rakyat Palestina dan mendukung semua upaya yang bertujuan untuk mencapai solusi yang adil dan komprehensif untuk masalah Palestina, menurut pernyataan kabinet, hari Selasa (15/9).
“Kabinet mencatat bahwa kerajaan berdiri di samping rakyat Palestina dan mendukung semua upaya yang bertujuan untuk mencapai solusi yang adil dan komprehensif untuk masalah Palestina yang memungkinkan rakyat Palestina untuk mendirikan negara Palestina merdeka mereka di perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya, sesuai dengan keputusan legitimasi internasional dan Arab Peace Initiative,” kata pernyataan itu dikutip.
Sebelumnya pada hari Selasa, Israel dan dua negara Teluk Arab, Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain, menandatangani perjanjian normalisasi hubungan dengan Israel di Gedung Putih di Washington DC.
Protes Palestina
Puluhan demonstran pro Palestina berkumpul di depan Gedung Putih pada hari Selasa untuk memprotes penandatanganan perjanjian bersejarah antara Israel, Uni Emirat Arab dan Bahrain. "Ini adalah fitnah bagi rakyat Palestina," kata Zeina Hutchison, kepala koalisi asosiasi pro Palestina di balik unjuk rasa.
"Apa yang mereka sebut kesepakatan damai adalah mendukung pendudukan dan apartheid," kata aktivis berusia 39 tahun, yang lahir di wilayah Palestina dan sekarang tinggal di Virginia. "Ini bukan hal baru tetapi mereka berinvestasi dalam kolonisasi."
Mark Zayyad, seorang warga New York berusia 54 tahun yang melakukan perjalanan ke Washington untuk demonstrasi, "Donald Trump sedang menghancurkan Timur Tengah. Kedamaian ini salah," tambahnya.
Senan Shaq dari Dewan Palestina AS mengatakan Trump "tidak memiliki hak untuk menentukan solusi untuk memberikan tanah Palestina kepada Israel."
Sebagai bagian dari perjanjian normalisasi dengan UEA, Israel setuju untuk menangguhkan rencana aneksasi di Tepi Barat yang diduduki, meskipun Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan rencana itu tetap dibahas dalam jangka panjang.
Sekitar 50 atau lebih aktivis berkumpul di Washington, mengenakan keffiyeh dan membawa bendera Palestina, berbaris di luar Gedung Putih meneriakkan slogan-slogan seperti "Bebaskan Palestina."
"Jika Anda ingin berdamai, tidak apa-apa. Tapi orang Palestina juga berhak mendapatkan sesuatu. Kami juga manusia," kata Rashid Awad, 76 tahun. Awad berjanji bahwa baik dia maupun istrinya tidak akan memilih Trump dalam pemilihan presiden pada 3 November. "Dia menyebarkan kebencian di negeri ini," katanya. (Reuters/AFP)
Editor : Sabar Subekti
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...