Arab Saudi Mulai Perundingan Dengan Houthi Yaman
RIYADH, SATUHARAPAN.COM-Arab Saudi memulai kembali perundingan tidak langsung dengan kelompok Houthi di Yaman untuk memperkuat gencatan senjata, kata sumber-sumber yang dekat dengan masalah Yaman, ketika PBB mendesak diberlakukannya de-eskalasi untuk menghadapi wabah virus corona.
Houthi yang didukung Iran belum menerima gencatan senjata nasional yang dipicu oleh pandemi dan diumumkan oleh koalisi militer pimpinan Arab Saudi pekan lalu, dan kekerasan terus berlanjut di beberapa garis depan.
Gencatan senjata dimaksudkan berlaku pada hari Kamis (11/4), sehari sebelum Yaman mencatat kasus terinfeksi virus COVID-19 yang pertama.
Kelompok-kelompok bantuan mengatakan wabah virus corona bisa menjadi bencana besar mengingat sistem kesehatan Yaman yang hancur, dan masalah kelaparan serta penyakit yang meluas setelah perang selama lima tahun, di mana lebih dari 100.000 orang terbunuh.
Pejabat Arab Saudi dan Houthi berkomunikasi selama akhir pekan lalu, ketika Riyadh berusaha mencapai kesepahaman tentang gencatan senjata yang mengikat, kata dua sumber kepada Reuters.
"Arab Saudi sangat serius untuk mengakhiri perang, tetapi itu akan bergantung pada seberapa jauh mereka dapat menenangkan Houthi dan membangun kepercayaan," kata salah satu sumber.
Serangan Udara
Dorongan baru datang setelah koalisi melakukan serangan udara di kota-kota dan desa-desa yang dikuasai Houthi, meskipun ada gencatan senjata. Serangan untuk menghentikan kemajuan Houthi di al-Jawf di wilayah utara dan menuju kota Marib, benteng terakhir pemerintah yang didukung Arab Saudi di Yaman tengah, kata pejabat setempat.
Para pejabat Houthi menolak pengumuman gencatan senjata dari koalisi sebagai taktik dan mengatakan kelompok itu telah mengajukan proposal komprehensif kepada PBB.
Arab Saudi, yang berada di bawah pengawasan ketat Barat setelah pembunuhan Jounalist Arab Saudi, Jamal Khashoggi, pada tahun 2018, telah berusaha untuk keluar dari perang yang mahal dan tidak populer dan berada dalam kebuntuan militer selama bertahun-tahun.
Mitra koalisi utamanya Uni Emirat Arab tahun lalu mengurangi kehadiran militernya di Yaman, meninggalkan Riyadh untuk memimpin serangan.
Karena Arab Saudi berurusan dengan dampak wabah virus corona dan penurunan harga minyak mentah, masalah ini menjadi beban tambahan. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...