Arab Saudi Undang PBB dalam Penyelidikan Serangan
RIYADH, SATUHARAPAN.COM - Arab Saudi mengundang para pakar internasional termasuk dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk terlibat dalam penyelidikan serangan terhadap fasilitas minyaknya dan meminta dunia untuk mengecam mereka yang berada di belakang serangan itu.
Pernyataan kementerian luar negeri Arab Saudi pada hari Senin itu juga menyebutkan bahwa investigasi awal menunjukkan senjata Iran digunakan dalam serangan itu. Serangan itu membuat lebih dari setengah produksi minyak Arab Saudi turun, dan memicu kenaikan harga minyak dunia.
Serangan itu telah merusak fasilitas pemrosesan minyak mentah terbesar di dunia, kata pernyataan kementerian itu. Namun informasi terakhir dari Menteri Energi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, seperti dilansir situs berita Arab Saudi, Al Arabiya, disebutkan bahwa negara menggunakan cadangan minyak untuk mengatasi gangguan pasokan.
Harga minyak telah melonjak hampir 15 persen setelah serangan itu. Dan negara itu mengembalikan sepertiga dari produksi minyaknya yang telah hilang akibat serangan hari Sabtu itu.
Pernyataan kementerian luar negeri itu menyebutkan bahwa serangan menargetkan pasokan minyak global dan sebagai kelanjutan dari tindakan permusuhan sebelumnya terhadap stasiun pompa minyak pada bulan Mei.
Sementara itu, utusan khusus PBB, Martin Griffiths mengatakan serangan yang diklaim dilakukan oleh kelompok Houthi itu bisa menyeret Yaman pada konflik yang lebih besar di kawasan itu.
Yaman sendiri telah bertahun-tahun terlibat konflik bersenjata antara pemerintah yang didukung koalisi Arab Saudi dan kelompok Houthi yang didukung Iran.
Griffiths mengatakan perlunya mengakhiri perang yang sudah empat tahun yang telah menjerumuskan Yaman ke ambang kelaparan. Kantor koordinasi urusan kemanusiaan PBB, OCHA, memperkirakan sekitar 80 persen penduduk Yaman, atau sekitar 24 juta jiwa, memerlukan bantuan kemanusiaan.
Serangan ini membawa risiko menyeret Yaman ke dalam perang regional. Karena insiden yang sangat serius ini membuat peluang konflik regional jauh lebih tinggi, dan pemulihan hubungan menjadi lebih sulit. Dan Yaman dalam beberapa hal terkait dengan hal itu. “Tidak ada yang baik untuk Yaman, ” katanya.
Editor : Sabar Subekti
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...