Arus Remitansi Kembali Meningkat
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Menurut data baru yang dikeluarkan Bank Dunia, setelah terjadi penurunan selama dua tahun berturut-turut, pada tahun 2017 uang yang dikirim para pekerja migran ke tanah air mereka meningkat. Uang yang dikirim itu mewakili kontribusi keuangan yang signifikan pada kesejahteraan keluarga pekerja migran dan pembangunan berkelanjutan di negara asal mereka.
Setiap tahun PBB pun mengakui pentingnya kontribusi semacam itu, dan tanggal 16 Juni diperingati sebagai International Day of Family Remittances.
Bank Dunia mengatakan pertumbuhan ekonomi yang positif, angka pengangguran yang rendah dan kebijakan-kebijakan imigrasi yang tegas di Amerika merupakan sebagian alasan meningkatnya jumlah uang yang dikirim pekerja migran di Amerika ke tanah air mereka.
"Pengiriman uang adalah jalur penyelamat bagi banyak negara, khususnya negara-negara kecil yang menghadapi krisis. Apakah itu suatu negara yang rentan, atau negara kecil, atau negara yang sangat miskin; semakin miskin suatu negara, semakin kuat ketergantungannyapada kiriman uang dari pekerja migrannya," kata Dilip Ratha, pakar migrasi di Bank Dunia.
Tahun lalu ada 466 miliar dolar uang yang mengalir ke negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Angka itu diperkirakan akan meningkat menjadi 485 miliar dolar tahun ini.
Dilip Ratha mengatakan negara-negara yang paling banyak menerima kiriman uang adalah India, China, Filipina, Nigeria dan Meksiko.
"Negara penerima kiriman uang terbesar di kawasan Amerika Latin dan Karibia adalah Meksiko. Ada sekitar 31 miliar dolar Amerika," ujarnya.
Jumlah ini membuat hubungan Amerika-Meksiko menjadi arus migrasi dan pengiriman uang terbesar di dunia.
"Hingga saat ini Amerika adalah negara sumber terbesar, yang secara resmi jumlahnya mencapai 54-55 miliar dolar per tahun, sebagian memperkirakan jumlah itu mencapai hingga 130 miliar dolar per tahun," tambah Ratha.
Untuk negara-negara seperti Haiti, Nikaragua dan Honduras, pengiriman uang dari para pekerja di Amerika bisa mencapai antara 10-30 persen dari produk domestik bruto PDB mereka.
Warga Guatemata, Seni Florian, mengatakan "di negara ini kami kerja keras, tetapi negara ini memiliki banyak peluang dimana kami dapat membantu keluarga kami."
Hal senada disampaikan warga Honduras, Susana Campos. "Banyak kebutuhan di negara kami dan sayangnya tidak ada sumber daya bagi orang tua di sana."
Menurut Dilip Ratha, pengiriman uang ini juga memberi manfaat bagi generasi yang lebih muda.
"Jumlah siswa yang putus sekolah di El Salvador lebih rendah bagi keluarga yang menerima kiriman uang, yang berarti banyak kiriman uang itu digunakan untuk menutupi kebutuhan anak-anak di sekolah," jelasnya.
Dalam banyak kasus, kiriman uang digunakan untuk membantu keluarga di negara-negara berpendapatan rendah untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti membeli makanan, atau kebutuhan medis, atau membantu membayar pendidikan anak-anak. (VOA)
Editor : Melki Pangaribuan
Tiga Bahasa Daerah Maluku Telah Punah
AMBON, SATUHARAPAN.COM - Kantor Bahasa Provinsi Maluku menyatakan bahwa tiga dari 70 bahasa daerah y...