AS Blacklist 77 Perusahaan China, Termasuk Pembuat Chip Terbesar
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Amerika Serikat mengumumkan telah memberlakukan kontrol ekspor pada 77 perusahaan China termasuk pembuat chip terbesar negara itu, SMIC, membatasi aksesnya ke teknologi AS atas dugaan hubungannya dengan militer China.
Pengumuman hari Jumat (18/12), di penghujung masa jabatan Presiden Donald Trump muncul setelah hubungan antara Washington dan Beijing memburuk di bawah pemerintahannya, yang membuat AS memulai perang dagang dengan China dan memperluas daftar entitas yang terkena sanksi ke beberapa ratus perusahaan dan anak perusahaan China.
Dalam sebuah pernyataan, Sekretaris Perdagangan, Wilbur Ross, mengatakan bahwa penunjukan yang membatasi perusahaan AS untuk melakukan bisnis dengan perusahaan, China, terkait serangkaian dakwaan termasuk pelanggaran hak asasi manusia, aktivitas militer China, khususnya di Laut China Selatan, serta pencurian teknologi AS.
"Perilaku korup dan intimidasi China baik di dalam maupun di luar perbatasannya merugikan kepentingan keamanan nasional AS, merusak kedaulatan sekutu dan mitra kami, dan melanggar hak asasi manusia dan martabat kelompok etnis dan agama minoritas," kata Ross.
"Perdagangan akan bertindak untuk memastikan bahwa teknologi Amerika, yang dikembangkan dan diproduksi sesuai dengan prinsip pasar terbuka dan bebas, tidak digunakan untuk tujuan jahat atau melecehkan."
Pembuat Microchip
SMIC telah menerima miliaran dolar dukungan dari Beijing dan merupakan jantung dari upayanya untuk meningkatkan swasembada teknologi.
Dalam pembicraan telepon dengan wartawan, seorang pejabat senior Departemen Perdagangan mengatakan Washington memiliki bukti bahwa SMIC telah bekerja dengan militer China dalam mengembangkan rudal balistik dan exoskeletons jarak pendek, dan menengah untuk tentara.
"Kami menambahkan SMIC ke daftar entitas terutama, karena kami perlu memastikan kekayaan intelektual AS dan kemampuan manufaktur tidak digunakan oleh klien SMIC untuk terus mendukung upaya fusi militer-sipil di China," kata pejabat itu.
"Kami benar-benar tidak bisa lagi berdiri dan melihat musuh kami menggunakan teknologi kami untuk mendukung kemampuan militernya."
Penunjukan tersebut berarti perusahaan AS harus mengajukan izin sebelum mengekspor ke SMIC, dan secara khusus menargetkan kemampuan perusahaan China untuk memperoleh bahan untuk memproduksi chip berukuran 10 nanometer atau lebih kecil, kelas terbaik di industri.
Yang juga menjadi sasaran adalah produsen drone DJI "karena keterlibatannya dalam pelanggaran hak asasi manusia di China," kata pejabat itu. Perusahaan itu memegang sekitar 70 persen pasar drone global, dan Departemen Dalam Negeri AS tahun lalu menghentikan armada drone perusahaan di tengah meningkatnya kekhawatiran keamanan atas elektronik China.
Pada 20 Januari, Trump akan menyerahkan kekuasaan kepada Presiden terpilih Joe Biden, yang mengatakan dia akan mempertahankan kebijakan perdagangan pendahulunya, setidaknya pada awalnya. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...