AS dan Inggris Kecam Serangan Siber Rusia, Termasuk pada Olimpiade Tokyo
LONDON, SATUHARAPAN.COM-Inggris dan Amerika Serikat mengecam serangkaian serangan siber jahat yang diatur oleh intelijen militer Rusia, termasuk upaya untuk mengganggu Olimpiade dan Paralimpiade tahun depan di Tokyo.
Pejabat Inggris dan AS mengatakan hari Senin (19/10) serangan itu dilakukan oleh Unit 74455 dari badan intelijen militer GRU Rusia, yang juga dikenal sebagai Pusat Utama untuk Teknologi Khusus.
Dalam dakwaan yang diajukan pada hari Senin, Departemen Kehakiman AS mengatakan enam anggota unit telah memainkan peran kunci dalam serangan terhadap target mulai dari Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) hingga pemilu Prancis 2017. Tuduhan tersebut mencakup empat tahun aktivitas serangan siber berbahaya dari 2015 hingga 2019.
Pejabat AS tidak akan mengatakan apakah waktu pengumuman tepat menjelang pemilihan Presiden AS 2020, namun dimaksudkan untuk menjadi peringatan bagi kelompok peretas asing yang terkait dengan pemerintah.
Sejak Skandal Doping
Pejabat Inggris mengatakan para peretas GRU juga telah melakukan operasi "pengintaian dunia maya" terhadap penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020, yang semula dijadwalkan diadakan tahun ini tetapi ditunda karena wabah virus corona.
Pejabat Inggris menolak memberikan rincian spesifik tentang serangan terbaru atau mengatakan apakah mereka berhasil, tetapi mengatakan mereka menargetkan penyelenggara Olimpiade, pemasok logistik, dan sponsor.
Dalam konferensi pers virtual pada hari Senin, Asisten Jaksa Agung Departemen Kehakiman, John Demers, juga menolak membahas aktivitas peretasan di sekitar Olimpiade 2020.
Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab, berkata: “Tindakan GRU terhadap Olimpiade dan Paralimpiade itu sinis dan sembrono. Kami mengecam mereka sekeras mungkin."
Wakil Direktur FBI, David Bowdich, mengatakan: "FBI telah berulang kali memperingatkan bahwa Rusia adalah musuh dunia maya yang berkemampuan tinggi, dan informasi yang terungkap dalam dakwaan ini menggambarkan betapa aktivitas dunia maya Rusia yang menyusup dan merusak sebenarnya."
Serangan NotPetya
Rusia dilarang ikut ajang olah raga top dunia selama empat tahun, setelah pada bulan Desember diketahui melanggar doping, termasuk Olimpiade Tokyo yang semula dijadwalkan untuk tahun ini, tetapi ditunda karena wabah virus corona.
Serangan pada Olimpiade 2020 adalah yang terbaru dari serangkaian upaya peretasan terhadap organisasi olah raga internasional yang menurut pejabat Barat dan pakar keamanan siber telah diatur oleh Rusia sejak skandal doping meletus lima tahun lalu. Moskow berulang kali membantah tuduhan tersebut.
Inggris dan Amerika Serikat mengatakan pada hari Senin bahwa para peretas terlibat dalam serangan lain, seperti peretasan upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin 2018 di Korea Selatan, yang membahayakan ratusan komputer, menurunkan akses internet dan mengganggu umpan siaran.
Serangan di Korea Selatan sebelumnya telah dikaitkan dengan Rusia oleh peneliti keamanan siber, tetapi dibuat agar terlihat seperti pekerjaan peretas China atau Korea Utara, kata kementerian luar negeri Inggris.
"Serangan pada Olimpiade Musim Panas 2020 adalah yang terbaru dalam kampanye aktivitas jahat Rusia melawan Olimpiade dan Paralimpiade," katanya dalam sebuah pernyataan.
"Inggris untuk pertama kalinya hari ini mengonfirmasi bahwa GRU menargetkan Olimpiade Musim Dingin dan Paralimpiade 2018 di Pyeongchang, Republik Korea."
Operasi siber ofensif lainnya yang diduga dilakukan oleh petugas GRU sejak 2015, menurut Departemen Kehakiman, termasuk serangan siber global yang dikenal sebagai NotPetya.
Pada 2017, malware NotPetya yang merusak menyebar secara global ke luar Ukraina, menginfeksi dan mengunci ribuan komputer milik perusahaan.
Para ahli mengatakan NotPetya menyebabkan kerugian lebih dari US$ satu miliar. Pada saat itu, perusahaan yang secara publik dipengaruhi oleh NotPetya termasuk FedEx Corporation dan raksasa farmasi Merck. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...