Loading...
DUNIA
Penulis: Melki Pangaribuan 22:31 WIB | Senin, 14 Maret 2016

AS dan Rusia Kendalikan Konflik di Suriah

Tokoh oposisi veteran, Haytham Manna. (Foto: reuters.com)

BEIRUT, SATUHARAPAN.COM - Amerika Serikat (AS) dan Rusia mengendalikan aksi perang selama lima tahun di Suriah, menekan dua pihak yang bertentangan dan memanfaatkan kekuatan regional saingan guna mencapai sebuah penyelesaian.

Saat konflik memasuki tahun keenamnya, rezim dan oposisi yang terpecah belah berada di Jenewa untuk menggelar perundingan damai tidak langsung, yang diselenggarakan oleh utusan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa, Staffan de Mistura.

Namun, solusi nyata, menurut pakar, ada di tangan Rusia dan AS.

“Kedua negara besar itu berdiskusi melalui kontak telepon. Kemudian mereka memberi tahu sekutu Suriah mereka dan de Mistura tentang apa yang telah mereka putuskan,” ujar tokoh oposisi veteran Haytham Manna.

“Lalu, Rusia dan AS memberi negara-negara regional batasan yang tidak boleh mereka langgar. AS melarang Turki melakukan serangan darat di Suriah dan meminta Saudi untuk berhenti mengirim senjata. Rusia melakukan hal serupa terhadap Iran,” ujar Manna kepada AFP.

Konflik Suriah dimulai pada 15 Maret 2011 dengan gerakan protes damai yang menyerukan Presiden Bashar al Assad untuk mundur.

Rusia Tuduh Turki

Rusia pada hari Minggu (13/03) menuduh Turki beroperasi di Suriah dalam ekspansi militer “merajalela” di perbatasan Suriah.

“Menurut informasi yang kami miliki, (pasukan Turki) membentengi posisi mereka ratusan meter dari perbatasan, di dalam wilayah Suriah,” kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov kepada penyiar Ren-TV.

“Itu adalah ekspansi merajalela,” tuduhnya.

“Walaupun meminta posisi Kurdi tidak diperkuat di Suriah, Turki mengklaim hak kedaulatannya untuk menciptakan ‘zona keamanan’ di tanah Suriah,” ujar Lavrov.

Turki meminta pembentukan sebuah zona aman 10 kilometer di dalam wilayah Suriah.

Bulan lalu, Presiden Recep Tayyip Erdogan membantah klaim dari Rusia bahwa Turki ingin menginvasi Suriah sebagai hal yang “menggelikan.”  (AFP/Ant)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home