AS Deportasi Dokter Yang Hadiri Pemakaman Pemimpin Hizbullah di Beirut

WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Pihak berwenang Amerika Serikat mendeportasi seorang dokter Lebanon yang bekerja di sebuah universitas Amerika setelah foto-foto Hizbullah dilaporkan ditemukan di telepon genggamnya, dan dia mengatakan bahwa dia pergi ke pemakaman Hassan Nasrallah di Beirut, pemimpin kelompok tersebut yang dibunuh oleh Israel.
Rasha Alawieh, seorang dokter berusia 34 tahun dan profesor di Universitas Brown, ditahan dan kemudian dideportasi beberapa jam kemudian setelah mendarat di Bandara Logan, Boston.
Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) mengatakan Alawieh pergi ke Beirut khusus untuk menghadiri pemakaman Nasrallah. “Visa adalah hak istimewa, bukan hak—mengagungkan dan mendukung teroris yang membunuh warga Amerika adalah alasan penolakan penerbitan visa. Ini adalah keamanan yang masuk akal,” kata DHS dalam sebuah posting di X.
Menurut sebuah laporan di POLITICO, otoritas AS menemukan “foto dan video simpatik” pejabat senior Hizbullah di folder item yang baru saja dihapus di ponselnya. Dia juga dilaporkan mengatakan bahwa dia pergi ke pemakaman Nasrallah bulan lalu, yang diadakan di Beirut, dan mengatakan bahwa dia mendukung Nasrallah “dari sudut pandang agama,” bukan sudut pandang politik.
“CBP menanyai Dr. Alawieh dan memutuskan bahwa niatnya yang sebenarnya di Amerika Serikat tidak dapat dipastikan,” tulis Asisten Jaksa AS Michael Sady dalam sebuah pengajuan ke pengadilan, kata POLITICO.
Alawieh pertama kali datang ke AS pada tahun 2018 ketika dia mengambil bagian dalam beasiswa nefrologi di Ohio State University, POLITICO melaporkan. Dia juga pernah belajar di Yale dan University of Washington.
Sidang dijadwalkan pada hari Senin (17/3) setelah pengacara yang mewakili Alawieh mengajukan gugatan hukum untuk menentang keputusan tersebut.
Menurut POLITICO, sidang telah ditunda hingga pekan depan.
Meskipun hakim memutuskan bahwa dia tidak akan dideportasi tanpa memberi tahu pengadilan, agen Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan telah menempatkan Alawieh di pesawat kembali ke Prancis pada hari Jumat.
CBP mengatakan bahwa mereka belum menerima perintah pengadilan sebelum Alawieh ditempatkan di pesawat.
Pemerintahan Trump telah menindak tegas orang asing di Amerika Serikat, baik secara ilegal maupun legal, atas tindakan dan pandangan politik mereka.
Salah satu kasus yang paling menonjol adalah Mahmoud Khalil, seorang mahasiswa di Universitas Columbia yang memimpin protes tahun lalu terhadap perang Israel di Gaza.
Khalil ditahan dan terus ditahan oleh otoritas imigrasi karena pemerintahan Trump berharap untuk mendeportasinya. Khalil adalah pemegang kartu hijau. (Al Arabiya)
Editor : Sabar Subekti

Sekolah Rakyat Rekrut Murid Mulai 1 April 2025
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Ketua Tim Formatur Sekolah Rakyat Mohammad Nuh mengatakan pihaknya melalu...