AS Dukung Pemulihan Hubungan Diplomatik Arab Saudi dan Iran
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Amerika Serikat menyambut baik kesepakatan antara Arab Saudi dan Iran untuk membangun kembali hubungan diplomatik dan telah "lama mendorong dialog langsung" antara keduanya, kata seorang pejabat Gedung Putih, hari Jumat (10/3).
Arab Saudi dan Iran mengatakan bahwa mereka telah sepakat untuk memulihkan hubungan diplomatik, membuka kembali kedutaan dan bertukar duta besar dalam waktu dua bulan, kantor berita resmi Saudi Press Agency (SPA) melaporkan.
“Secara umum, kami menyambut setiap upaya untuk membantu mengakhiri perang di Yaman dan mengurangi ketegangan di kawasan Timur Tengah,” kata seorang pejabat Dewan Keamanan Nasional (NSC) AS.
“De-eskalasi dan diplomasi bersama dengan pencegahan adalah pilar utama dari kebijakan yang digariskan Presiden Joe Biden selama kunjungannya ke wilayah tersebut tahun lalu.”
Arab Saudi memutuskan hubungan dengan Iran setelah dua pos diplomatiknya diserang di Teheran dan Mashhad pada tahun 2016.
Dalam perjanjian terbaru, Riyadh dan Teheran berjanji untuk mengaktifkan perjanjian kerja sama keamanan yang ditandatangani pada tahun 2001 dan perjanjian perdagangan, ekonomi, dan investasi yang ditandatangani pada tahun 1998.
Menurut pernyataan tersebut, Presiden China, Xi Jinping, telah membuat inisiatif untuk menjadi tuan rumah dan mensponsori pembicaraan antar delegasi dari Iran dan Arab Saudi untuk menyelesaikan perselisihan melalui dialog dan diplomasi.
Pejabat NSC mengatakan AS telah lama mendorong dialog langsung dan diplomasi untuk membantu mengurangi ketegangan dan mengurangi risiko konflik.
Pejabat itu menambahkan: “Faktanya, peta jalan yang diumumkan hari ini tampak sangat mirip dengan apa yang dibahas antara Arab Saudi dan Iran selama beberapa putaran pembicaraan yang diadakan di Baghdad dan Muscat pada tahun 2021 dan 2022. Kami selalu mendukung proses tersebut.”
Dukungan Suriah
Sementara itu, Suriah pada hari Sabtu (11/3) menyambut baik kesepakatan yang dicapai antara Iran dan Arab Saudi. Iran adalah pendukung utama pemerintahan Presiden Bashar Assad, sementara Arab Saudi mendukung pejuang oposisi yang mencoba menggulingkannya dari kekuasaan.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, ingin menormalkan hubungan dengan Arab Saudi, tetapi adanya kesepakatan dengan Iran, musuh bebuyutan Israel, akan memperumit usahanya. Itu juga bisa membuat Israel merasa lebih sendirian jika memutuskan untuk melakukan serangan militer terhadap program nuklir Iran karena semakin mendekati tingkat senjata.
Kementerian Luar Negeri Suriah menyambut baik kesepakatan tersebut dalam sebuah pernyataan yang menyebutnya sebagai “langkah penting yang akan mengarah pada penguatan keamanan dan stabilitas di kawasan.”
Ia menambahkan bahwa perjanjian tersebut juga akan mengarah pada kerja sama yang akan “mencerminkan secara positif kepentingan bersama rakyat kedua negara pada khususnya dan rakyat di kawasan pada umumnya.”
Setelah gempa 6 Februari yang melanda Turki dan Suriah, menewaskan lebih dari 50.000 orang termasuk lebih dari 6.000 di Suriah, Arab Saudi adalah salah satu dari beberapa negara Arab yang mengirimkan bantuan ke bagian-bagian Suriah yang dikuasai pemerintah.
Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengakui pekan ini bahwa ada "konsensus yang berkembang" di antara monarki Teluk dan negara-negara Arab lainnya bahwa mengisolasi Damaskus tidak berhasil dan dialog diperlukan. Keanggotaan Suriah di Liga Arab, sebuah konfederasi administrasi Arab, ditangguhkan pada 2011 karena tindakan brutalnya terhadap pengunjuk rasa.
Konflik Suriah, yang memasuki tahun ke-13 pekan depan, telah menewaskan hampir setengah juta orang dan menelantarkan setengah dari 23 juta populasi sebelum perang di negara itu. (SPA/AP/Al Arabiya)
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...