AS: Israel Izinkan Pengiriman Gandum Melalui Pelabuhan Asdod
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM-Israel akan mengizinkan pengiriman tepung untuk warga Palestina melalui pelabuhan Israel, Ashdod, sebelah utara Gaza, Gedung Putih mengatakan pada hari Jumat (19/1) setelah Presiden Joe Biden dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berbicara.
Langkah ini dilakukan beberapa hari setelah PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) meminta Israel untuk mengizinkan akses ke pelabuhan untuk pengiriman bantuan kemanusiaan yang mendesak ke Gaza, yang terkepung sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober.
“Presiden menyambut baik keputusan Pemerintah Israel yang mengizinkan pengiriman tepung untuk rakyat Palestina langsung melalui pelabuhan Ashdod,” kata Gedung Putih dalam pembacaan seruan mereka. Tim AS akan “secara terpisah mengerjakan opsi pengiriman bantuan maritim yang lebih langsung ke Gaza,” tambahnya.
Washington mendukung serangan Israel terhadap Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober dan juga menyerukan Israel untuk memberikan lebih banyak bantuan kepada warga sipil Palestina.
Tiga badan PBB: Program Pangan Dunia (WFP), UNICEF dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mendorong pembukaan Ashdod dalam pernyataan bersama pada hari Senin.
Penggunaan Ashdod, yang terletak sekitar 25 mil (40 kilometer) utara perbatasan Gaza, “sangat dibutuhkan oleh lembaga-lembaga bantuan,” kata mereka, sambil menyerukan “langkah perubahan mendasar dalam aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza.”
Perang Israel-Hamas telah memicu bencana kemanusiaan bagi 2,4 juta penduduk Gaza, yang berjuang untuk mendapatkan makanan, air, bahan bakar, dan perawatan medis.
Pembukaan pelabuhan Ashdod akan mengurangi waktu yang diperlukan untuk mengangkut makanan ke warga Gaza dari utara, kata direktur regional WFP untuk Timur Tengah, Corinne Fleischer.
Pada bulan Desember, Israel menyetujui pengiriman bantuan sementara ke Gaza melalui perbatasan selatan Kerem Shalom, membuka rute baru untuk pasokan setelah berminggu-minggu mengalami tekanan.
Serangan Israel di Gaza Selatan
Israel meningkatkan serangannya di selatan Jalur Gaza pada hari Sabtu (20/1) setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Presiden AS, Joe Biden, membahas perbedaan mengenai masa depan pasca perang bagi warga Palestina yang mengindikasikan keretakan antara kedua sekutu tersebut.
Para saksi mata mengatakan pemboman Israel kembali terfokus pada malam hari di Khan Yunis, kota terbesar di selatan Gaza yang dikuasai Hamas, meskipun media Palestina juga melaporkan kebakaran hebat di sekitar Jabalia di utara pada Sabtu pagi.
Biden dan Netanyahu mengadakan pembicaraan telepon pertama mereka sejak 23 Desember, sehari setelah pemimpin Israel tersebut menegaskan kembali penolakannya terhadap segala bentuk kedaulatan Palestina, sehingga memperdalam perpecahan dengan pendukung utama Israel mengenai perang tersebut.
Sementara kedua pemimpin berbicara tentang apa yang mungkin terjadi selanjutnya, realitas perang terlihat jelas di Khan Yunis dan di tempat lain di wilayah yang dikuasai Hamas.
Netanyahu mengatakan Israel memperkirakan perang akan berlanjut selama berbulan-bulan, namun komentarnya pada hari Kamis (18/1) yang menolak apa yang disebut solusi dua negara menunjukkan adanya keretakan dengan pendukung utama Amerika Serikat.
Biden mengatakan setelah pembicaraan telepon dengan Netanyahu pada hari Jumat (19/1), yang memiliki hubungan rumit dengannya selama sekitar 40 tahun, ada kemungkinan pemimpin Israel itu masih mau datang.
“Ada sejumlah jenis solusi dua negara. Ada sejumlah negara anggota PBB yang… tidak memiliki militer sendiri,” kata Biden kepada wartawan usai acara di Gedung Putih. “Jadi, menurut saya ada cara agar hal ini bisa berhasil.”
Netanyahu mengatakan pada hari Kamis bahwa Israel “harus memiliki kendali keamanan atas seluruh wilayah di sebelah barat Sungai Yordan”, yang “bertentangan dengan gagasan kedaulatan (Palestina)”.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, mengatakan di Davos sehari sebelumnya bahwa Israel tidak dapat mencapai “keamanan sejati” tanpa “jalan menuju negara Palestina”.
Tembakan Rudal Houthi
Perang Gaza telah meluas ke wilayah sekitarnya, dengan kelompok-kelompok yang bersekutu dengan Iran melakukan serangan dan baku tembak lintas batas secara rutin antara pasukan Israel dan gerakan Hizbullah di Lebanon.
Militer Israel mengatakan pada hari Jumat (19/1) bahwa pihaknya menyerang pos-pos dan infrastruktur Hizbullah di Lebanon selatan dan mencegat sebuah pesawat tak berawak yang menyeberang dari Lebanon ke wilayah maritim Israel.
Kantor berita resmi Lebanon, NNA, menyebutkan angkatan udara Israel menghancurkan tiga rumah di desa Kfar Kila. Hizbullah mengklaim tiga serangan terhadap posisi Israel.
Kekerasan juga meningkat di Tepi Barat yang diduduki, di mana pasukan dan pemukim Israel telah menewaskan lebih dari 360 orang sejak 7 Oktober, menurut kementerian kesehatan Palestina.
Kantor berita Palestina Wafa melaporkan tembakan Israel di Al-Mazraa al-Sharqiya, sebelah timur Ramallah, menewaskan seorang warga Palestina berusia 17 tahun.
Serangan yang dilakukan oleh pemberontak Houthi Yaman terhadap kapal Laut Merah untuk mendukung warga Palestina di Gaza telah memicu serangan balasan oleh pasukan AS dan Inggris, sehingga menambah kekhawatiran akan eskalasi yang lebih luas. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Awas Uang Palsu, Begini Cek Keasliannya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peredaran uang palsu masih marak menjadi masalah yang cukup meresahkan da...