AS Janjikan Warganya Tidak Pernah Jadi Target Serangan
WASHINGTON D.C, SATUHARAPAN.COM – Gedung Putih tampaknya mengesampingkan penargetan warga Amerika Serikat (AS) dalam operasi antiteror pada Selasa (31/1).
“Tidak ada satu pun warga Amerika yang akan menjadi target,” kata juru bicara Gedung Putih, Sean Spicer, di tengah pertanyaan mengenai apakah serangan baru-baru ini di Yaman menewaskan gadis AS berusia delapan tahun.
Mantan presiden AS, Barack Obama memicu tantangan hukum dan kemarahan politik dengan memerintahkan pembunuhan warga Amerika dan ulama senior Al Qaeda, Anwar Al Awlaqi.
Putra Awlaqi Abdulrahman tewas dua pekan kemudian dalam serangan pesawat tidak berawak yang sama. Pengacara Obama menolak pendapat bahwa pembunuhan tersebut tidak sesuai dengan undang-undang dan menegaskan itu satu-satunya cara untuk menetralkan peningkatan ancaman ke AS.
Sekarang Trump menghadapi pertanyaan tentang serangan di Yaman pada Minggu (29/1) oleh pasukan operasi khusus, yang menewaskan sedikitnya 14 terduga ekstremis dan SEAL Angkatan Laut AS. Serangan itu menandai aksi militer pertama AS di bawah Trump.
Seorang pejabat provinsi Yaman mengatakan jumlah korban lebih banyak, dengan 41 terduga militan dan 16 warga sipil tewas dalam serangan tersebut, termasuk delapan perempuan dan delapan anak.
Seorang kerabat mengatakan salah satu anak yang tewas dalam serangan itu adalah putri al-Awlaqi, Nura, yang tinggal bersama keluarga paman dari pihak ibunya.
“Trump melakukan pembicaraan yang sangat suram dan panjang dengan keluarga perwira non-lapangan William Ryan Owens, SEAL Angkatan Laut yang tewas dalam serangan itu,” kata Spicer. (AFP/Ant)
Cara Telepon ChatGPT
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perusahaan teknologi OpenAI mengumumkan cara untuk menelepon ChatGPT hing...