AS Kirim Utusan Khusus ke Sudan Selatan
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, pada Jumat (20/12) mengatakan bahwa dia mengirim utusan khusus ke Sudan Selatan untuk membantu mendorong dialog antara faksi yang berselisih di negara Afrika yang dilanda kekerasan tersebut.
“Sekarang waktunya bagi para pemimpin Sudan Selatan untuk mengendalikan kelompok-kelompok bersenjata di bawah kendali mereka, segera menghentikan serangan terhadap warga sipil, dan mengakhiri rantai kekerasan antara kelompok etnis dan politik yang berbeda,” ujar Kerry, saat mengumumkan rencananya untuk mengirim Duta Besar Donald Booth, utusan khususnya untuk Sudan dan Sudan Selatan, ke kawasan tersebut.
Kerry menambahkan bahwa keputusan tersebut, yang muncul saat pertarungan intensif antara rival kelompok etnis di seluruh Sudan Selatan, diambil setelah melakukan panggilan telepon dengan Presiden Sudan Selatan Salva Kiir pada Kamis.
“Malam lalu, saya menelepon Presiden Sudan Salva Kiir dan mendesaknya, sebagai presiden dari seluruh Sudan Selatan, untuk melindungi semua warga Sudan Selatan dan bekerja menuju rekonsiliasi,” ujar diplomat tinggi AS.
“Kami ingat keputusan sulit yang menyebabkan momen luar biasa ketika begitu banyak orang yang berdiri mengantre saat referendum yang melahirkan Sudan Selatan, mengetahui dengan sangat baik bahwa keputusan terberat masih harus diambil. Sekarang adalah waktunya bagi kepemimpinan yang membuat keputusan itu melalui dialog,” kata Kerry.
Langkah ini dilakukan hampir sepekan setelah bentrokan antara pengikut Kiir, etnik Dinka, dan mantan Wakil Presiden Riek Machar, seorang Nuer, yang telah menewaskan sedikitnya 500 orang di ibu kota Juba saja.
Salah satu serangan yang menargetkan basis PBB, menewaskan sedikitnya 11 warga sipil dan dua penjaga perdamaian asal India.
Para pejabat PBB melaporkan hingga 3.000 pemuda bersenjata telah berkumpul di sekitar kamp lain di Bor di negara bagian Jonglei tempat 14.000 orang telah mengungsi.
Kamis (19/12) Presiden Barack Obama menyerukan untuk segera mengakhiri pertempuran di Sudan Selatan, memperingatkan negara berdiri di jurang perang saudara.
Obama, yang sebelumnya mengumumkan telah mengirimkan 45 tentara ke negara yang dicabik kekerasan untuk melindungi personel dan kepentingan AS, memperingatkan bahwa pertempuran baru-baru ini mengancam Sudan Selatan kembali ke hari-hari gelap masa lalu.
Meningkatnya kekerasan telah mendorong kekhawatiran bahwa negara termuda di dunia itu bisa meluncur ke arah perang saudara.
"Berjuang untuk menyelesaikan dendam politik atau untuk menggoyahkan pemerintah harus segera dihentikan. Retorika inflamasi dan kekerasan yang ditargetkan harus berhenti," Obama menambahkan dalam pernyataannya.
"Semua pihak harus mendengarkan nasihat yang bijaksana dari tetangga mereka, berkomitmen untuk berdialog dan mengambil langkah-langkah segera untuk mendesak sebuah ketenangan dan mendukung rekonsiliasi.
"Para pemimpin Sudan Selatan harus menyadari bahwa kompromi dengan lawan politik sulit, tetapi pulih dari kekerasan dan kebencian akan jauh lebih sulit."
Mengingat janji dan harapan yang menyertai Sudan Selatan masuk ke komunitas bangsa-bangsa dua tahun lalu dan kemajuan Juba dalam mengurangi kekerasan, Obama memperingatkan bahwa "hari ini, masa depan berisiko."
"Sudan Selatan berdiri di jurang," kata Presiden Obama, menjanjikan bahwa Amerika Serikat akan tetap menjadi "pasangan tetap" bangsa yang masih muda.
"Sudan Selatan memiliki pilihan," lanjutnya. "Para pemimpinnya dapat mengakhiri kekerasan dan bekerja untuk menyelesaikan ketegangan secara damai dan demokratis." (AFP)
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...