AS Lancarkan Serangan Cyber pada ISIS
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM – Militer Amerika Serikat melancarakan serangan cyber pada kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS atau ISIS), kata seorang jenderal hari Selasa (26/4) di tengah upaya Pentagon mempercepat serangan pada militan Islamis itu.
Sebuah koalisi militer yang dipimpin AS telah melakukan serangan ke militan ISIS di Irak dan Suriah sejak Agustus 2014. Para pejabat telah lama menyatakan pentingnya menggunakan teknik cyber seperti overloading pada jaringan kelompok ISIS untuk membatasi komunikasi kelompok itu dan kemampuan untuk merekrut anggota baru.
"Kami sekarang telah mulai menggunakan kemampuan di dunia mayakami dalam pertempuran melawan Daesh," kata Mayor Jenderal Peter Gersten yang berbasis di Baghdad, Irak, seperti dikutip AFP. Dia menggunakan singkatan ISIS dalam bahasa Arab.
Dia tidak menjelaskan lebih lanjut, hanya mengatakan bahwa upaya tersebut "sangat terkoordinasi" dan telah "sangat efektif."
Pada Februari, Menteri PertahananAS, Ashton Carter, dan perwira tinggi militer AS, Jenderal Joe Dunford, mengatakan AS bertekad "mempercepat" serangan pada ISIS, dan menunjukkan perang cyber akan memainkan peran yang semakin penting.
Awal bulan ini, Wakil Menteri Pertahanan AS, Robert Kerja mengatakan, "Kami menjatuhkan cyberbombs" pada kelompok ISIS.
Mengarahkan Jadi Target
Media AS, New York Times, menerbitkan sebuah artikel pada hari Minggu dan menyebutkan Komando Cyber AS telah ditempatkan "implan" dalam jaringan kelompok ISIS. Cara ini memungkinkan para ahli memonitor perilaku kelompok ini dan akhirnya meniru atau mengubah pesan komandan, sehingga para milisi tanpa disadari menuju daerah-daerah yang kemungkinan menjadi target serangan drone atau pesawat tempur.
Komando Cyber AS bertanggung jawab melindungi militer AS dan beberapa jaringan sipil dari seranganitu, serta mengerahkan strategi serangan maya sendiri jika diperlukan.
Pada tahun 2018 serangan itu membutuhkan lebih dari 6.000 ahli teknis militer dan sipil yang bekerja dalam 133 tim. Satu tim terdiri dari sekitar 65 orang, dan sekarang mereka bekerja di Timur Tengah dan melakukan operasi cyber terhadap jaringan kelompok ISIS.
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...