AS-PBNU Kerja Sama Atasi Radikalisme, Intoleran, Pendidikan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bersama dengan Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat untuk Indonesia memperkuat kerja sama di bidang pendidikan melalui program bea siswa.
"Kita akan tukar menukar pandangan, pendapat, mahasiswa dan dosen serta program beasiswa antara Indonesia dan Amerika Serikat," kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj usai menerima kunjungan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph Donovan di Jakarta, Senin (21/10).
Pertukaran mahasiswa dan dosen serta program beasiswa sektor pendidikan tersebut juga memiliki tujuan agar berbagai budaya di Tanah Air dapat terus dikenal oleh masyarakat di negeri Paman Sam, ujarnya.
Selama ini, kata dia, program beasiswa yang diberikan oleh Amerika Serikat kepada Indonesia disalurkan melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Namun, ke depan PBNU mengupayakan beasiswa AS itu langsung disalurkan ke organisasi Islam tersebut.
"Seperti Al-Azhar Mesir itu setiap tahun memberikan jatah 50 orang untuk pesantren, termasuk Maroko dan Turki," kata dia.
Meskipun demikian, PBNU menegaskan tidak akan menghambat program beasiswa yang diberikan Kedubes Amerika Serikat melalui pemerintah Indonesia. Namun, KH Said Aqil Siradj tetap mengupayakan hal yang sama juga dilakukan ke organisasi Islam itu secara langsung tanpa perantara.
Sementara itu, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph Donovan mengatakan pertemuan dengan pengurus PBNU salah satunya membahas kemajuan pendidikan.
"Kita bahas upaya meningkatkan pertukaran pendidikan salah satunya membantu Universitas Nahdlatul Ulama untuk bisa membangun hubungan dengan Universitas di Amerika Serikat," katanya.
Program beasiswa dan pertukaran mahasiswa antara Amerika Serikat dan Indonesia tersebut memiliki tujuan agar kedua negara semakin maju di sektor pendidikan dan kebudayaan.
Sepakat Atasi Radikalisme
PBNU bersama pemerintah Amerika Serikat melalui Kedutaan Besar (Kedubes) untuk Indonesia juga sepakat untuk mengatasi berbagai ancaman radikalisme, kekerasan, terorisme dan tindakan intoleran di Tanah Air.
"Banyak sekali pembahasan yang positif dibicarakan dan saling menyamakan pendapat, terutama tentang radikalisme, kekerasan, terorisme dan tindakan intoleran," kata Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj.
PBNU kata dia, sejak dulu tetap berupaya membangun toleransi dan moderasi dalam Islam. Hal itu untuk melakukan kontra-radikalisme. Namun, jika terjadi perbuatan tersebut pemerintah melalui aparat akan menyelesaikannya.
"Kalau terjadi terorisme itu kewajiban Densus tapi kita bangun masyarakat yang berbudaya toleran, beradab anti radikalisme," kata dia.
Menurutnya dengan dibangun jiwa masyarakat yang toleran, berbudaya, beradab maka berbagai sikap atau perbuatan yang mengarah pada kekerasan, intoleran, terorisme dapat diatasi.
Terkait peranan Amerika Serikat, Said mengatakan negara Adidaya itu berada dalam posisi memperkuat dukungan pendidikan dan budaya.
Selama ini Kedubes Amerika Serikat juga memiliki keyakinan PBNU mewarisi Islam yang moderat anti kekerasan, intoleran dan perbuatan lain yang dapat merusak perdamaian.
"Kita harapkan Kedubes Amerika Serikat juga menyampaikan pemahaman kepada masyarakat Amerika jangan generalisir Islam sebagai teroris," kata dia.
Sementara itu, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Joseph Donovan mengatakan PBNU mewarisi Islam yang moderat seperti saat Gus Dur masih memimpin Indonesia.
"Saya selalu menghormati NU yang merupakan contoh Islam moderat dan jadi contoh di Indonesia dan juga di seluruh dunia," katanya.
Ia mengatakan Kedubes Amerika Serikat dan PBNU membahas banyak hal, salah satunya terkait kekerasan, intoleran dan terorisme.
Ke depan, kedua negara tersebut akan semakin memperkokoh hubungan serta upaya mengatasi hal itu, ujarnya. (Ant)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...