AS: Permukiman Yahudi Masalah Serius
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Meneruskan penyelesaian bangunan permukiman Yahudi di wilayah Palestina merupakan masalah "serius yang merusak keamanan Israel," kata Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Samantha Power.
Dia mengatakan pada hari Jumat (23/12) setelah AS menyatakan abstan dalam pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB yang memungkinkan resolusi yang menuntut diakhirinya pembangunan permukiman oleh Israel diadopsi melalui pemungutan suara dan didukung 14 anggota Dewan lainnya.
Keputusan AS untuk tidak menghadang resolusi dengan menggunakan hak veto sebagai anggota tetap DK PBB, terkait konflik Israel-Pelestina, khususnya pembangunan permukiman Yahudi merupakan keputusan yang langka.
Sebelumnya Presiden AS terpilih Donald Trump dan Israel menekan Mesir, yang mengajukan draft resolusi, dan akhirnya Mesir memutuskan menunda mengajukan resolusi. Namun empat negara mengajukannya, yaitu Selandia Baru, Malaysia, Venezuela dan Senegal.
Keputusan AS ini dinilai sebagai langkah pemerintahan Barack Obama yang berseberangan dengan Donald Trump yang akan menjabat sebagai presiden mulai 20 Januari mendatang. Namun Trump mengatakan bahwa ‘’hal itu akan berbeda setelah 20 Januari.’’
"Amerika Serikat telah mengirimkan pesan bahwa pemukiman Yahudi harus berhenti secara pribadi dan publik yang berlangsung selama hampir lima dekade," katanya Samantha Power kepada Dewan setelah pemungutan suara, dikutip Reuters.
"Satu (pihak) tidak dapat secara terus-menerus menjadi pemenang dalam memperluas permukiman Israel dan yang layak adalah solusi dua negara yang akan mengakhiri konflik. Satu pihak harus membuat pilihan antara pemukiman dan pemisahan," katanya.
"Amerika Serikat tidak akan mendukung penggunaan setiap lahan tambahan untuk tujuan pemukiman selama masa transisi. Memang, mengadopsi langsung pembekuan pemukiman oleh Israel, lebih dari tindakan lain, bisa menciptakan kepercayaan yang dibutuhkan untuk partisipasi yang lebih luas dalam pembicaraan ini,’’ kata Power yang dikutip Times of Israel.
‘’Kegiatan permukiman lanjutan sama sekali tidak diperlukan untuk keamanan Israel dan hanya mengurangi kepercayaan... yang hasil akhirnya dapat secara bebas dan adil untuk dinegosiasikan. "
Dia juga menyebut usulan tahun 1982 oleh Presiden Ronald Reagan. Reagan berbicara tentang proposal baru untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina. Usulan Presiden Reagan setidaknya menyinari dua hal.
Pertama, menggarisbawahi komitmen Amerika Serikat yang mendalam dan lama untuk mencapai perdamaian yang komprehensif dan abadi antara Israel dan Palestina, dan telah menjadi kebijakan dari setiap pemerintahan, Republik dan Demokrat, sejak sebelum Presiden Reagan dan sampai hari ini.
Kedua, posisi AS menyoroti 'bahwa kegiatan permukiman Israel di wilayah pendudukan bersadarkan batas tahun 1967 merongrong keamanan Israel, merugikan hasil kesepakatan dua negara yang dinegosiasikan, dan mengikis prospek perdamaian dan stabilitas di kawasan itu.
AS menolak hal itu sebagai tanda menyerah pada solusi dua negara. ‘’Tak satu pun dari kita bisa menyerah pada solusi dua negara,’’ kata Samantha Power. ‘’Kami tetap percaya bahwa solusi itu satu-satunya jalan yang layak untuk memberikan ketenangan dan keamanan bagi negara Israel, dan kebebasan dan martabat bagi rakyat Palestina.’’
‘’Kami tetap percaya bahwa para pihak masih bisa mengupayakan jalan itu, jika kedua pihak jujur tentang pilihan, dan memiliki keberanian untuk mengambil langkah-langkah yang akan sulit secara politik. ...Kami sangat berharap bahwa mereka akan mulai membuat pilihan-pilihan ini sebelum terlambat.’’
Editor : Sabar Subekti
Gereja-gereja di Ukraina: Perdamaian Dapat Dibangun Hanya At...
WARSAWA, SATUHARAPAN.COM-Pada Konsultasi Eropa tentang perdamaian yang adil di Warsawa, para ahli da...