AS Tak Bawa Motif Politik dalam Pencarian AirAsia QZ8501
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM – Analis angkatan laut senior di Institut untuk Studi Perang di Washington, Amerika Serikat, Christopher Harmer mengatakan kerja sama antarnegara dapat meredakan segala situasi ketegangan politik yang mungkin terjadi. Selain itu dapat juga mengurangi segala perbedaan pendapat yang ada.
Hal tersebut disampaikannya seiring angkah Amerika Serikat yang terlibat dalam pencarian pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ 8501 yang jatuh di Laut Jawa pada Minggu (28/12).
"Ketika sejumlah negara menjalin kerja sama, maka potensi ketegangan politik akan reda, sekaligus mengurang perbedaan pendapat antarnegara tersebut yang mungkin tercipta,” kata Christoper Harmer seperti dikutip dari csmonitor.com, Jumat (2/1).
Dia juga menjelaskan untuk melihat motif pengiriman bantuan Amerika Serikat kepada Indonesia harus mengesampingkan pikiran negatif. Sebab tujuannya hanya ingin meringankan penderitaan para korban dengan memberi bantuan yang bisa dilakukan.
Harmer berpandangan, Indonesia layak meminta bantuan dari Amerika Serikat yang memiliki sejumlah peralatan canggih untuk membantu proses pencarian AirAsia QZ8501. “Radar dan sonar kami dirancang untuk menemukan musuh kapal selam, tapi hanya sebatas merekayasa bandwidth kemudian memilih atas permukaan yang cukup baik,” ujar mantan Wakil Direktur bidang Operasi untuk Angkatan Laut Amerika Serikat Fifth Fleet itu.
Amerika Serikat menanggapi permintaan bantuan dari Pemerintah Indonesia dengan mengirimkan kapal perang USS Sampson untuk ikut dalam pencarian pesawat AirAsia QZ8501 yang hilang sejak Minggu (28/12) lalu.
Kapal perang itu kini sudah melaksanakan tugasnya di Laut Jawa, Indonesia, sejak Selasa (30/12).
Helikopter dan pesawat pun sudah dikerahkan sejak Senin (29/12) guna mencari pesawat berpenumpang 162 orang dengan rute Surabaya-Singapura itu.
Meskipun hujan deras dan angin berkecepatan 40 knot menghalangi upaya pencarian, kapal perang Angkatan Laut Amerika Serikat tetap melaksanakan tugasnya untuk menemukan puing-puing pesawat dengan radar canggih, sonar, dan situs optik.
Dalam melaksanakan tugasnya, kapal perang USS Sampson menghadapi gelombang-gelombang setinggi empat kaki yang kian membuat air berombak. "Tapi kapal Angkatan Laut kami mampu beroperasi meskipun dalam cuaca yang lebih buruk dari itu," kata juru bicara Angkatan Laut Seventh Fleet, Letnan Lauren Cole, yang berkantor pusat di Yokosuka, Jepang.
Editor : Sotyati
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...