AS Tawarkan Bantuan Keamanan untuk Olimpiade Sochi, Rusia
MOSCOW, SATUHARAPAN.COM - Militer Amerika Serikat telah menawarkan bantuan peralatan militer untuk meningkatkan keamanan penyelenggaraan Olimpiade Musim Dingin di Sochi, Rusia yang dijadwalkan akan dibuka dalam waktu kurang dari tiga pekan.
Hal itu dikemukakan pihak Pentagon hari Senin (20/1). "Perlengkapan udara dan laut pada dua kapal Angkatan Laut di Laut Hitam akan tersedia jika diminta," kata sekretaris pers Pentagon, Laksamana John F. Kirby, dalam sebuah pernyataan.
Komandan AS di kawasan itu sedang mempersiapkan untuk kemungkinan itu. Pernyataan itu dikeluarkan karena anggota parlemen AS menyampaikan keprihatinan atas keselamatan warga AS yang mengikuti pesta olah raga tersebut, menyusul sejumlah serangan bom yang membunuh 34 orang di kota Volgograd, Rusia akhir bulan lalu.
Pada hari Senin, sebuah kelompok pemberontak Islam yang memiliki hubungan dengan Al-Qaeda Irak mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Perwakilan Michael McCaul, Ketua Komite Keamanan Dalam Negeri di Kongres, mengatakan dari Moskow bahwa dia berencana untuk memeriksa persiapan keamanan di Sochi. Departemen Luar Negeri AS juga telah menyarankan wisatawan AS di kawasan itu untuk tetap waspada, karena Olimpiade adalah target utama para teroris, serta mengingatkan para pejabat Rusia untuk mengambil tindakan yang tepat dalam memberikan jaminan keamanan.
Ancaman Teroris
Volgograd dianggap sebagai pintu gerbang ke republik selatan Rusia, Chechnya dan Dagestan, yang telah menjadi pusat pemberontakan Islam yang berlangsung selama dua dekade terakhir. Dan Sochi terletak sekitar 320 kilometer dari Chechnya dan 480 kilometer dari Dagestan.
Pemimpin Chechnya yang didukung Kremlin , Ramzan Kadyrov , mengatakan pekan lalu bahwa informasi baru menegaskan bahwa Doku Umarov, seorang panglima perang lokal terkemuka telah bersumpah untuk menyerang Olimpiade. Namun dia telah dinyatakan meninggal.
Kesimpulan dalam pernyataan itu dipertanyakan oleh para ahli, karena didasarkan pada diskusi disadap di antara dua militan yang menyebutkan kematiannya.
Dagestan menghadapi wabah kekerasan yang terjadi hampir setiap hari. Pada hari Jumat (17/1) lalu bom dan serangan granat terjadi di sebuah restoran di ibu kota republik itu, dan menyebabkan lima orang terluka. Sepuluh gerilyawan meninggal dalam serangkaian tembak-menembak dengan aparat penegak hukum dalam beberapa hari setelah serangan itu.
Tamerlan Tsarnaev, yang bersama saudaranya, Dzhokhar, membunuh tiga orang dan melukai lebih dari 200 lainnya dalam serangan bom di Boston Marathon, AS, April tahun lalu. Dia dalam beberapa bulan tinggal di Dagestan pada tahun 2012. Menurut pihak berwenang, dia memiliki hubungan dengan kelompok-kelompok Islam radikal lokal di sana. (ria.ru)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...