Asosiasi Bankir Dukung Merger Mandiri-BNI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Asosiasi Bankir di bidang manajemen risiko (Bankers Association for Risk Management/BARa Indonesia) mendukung merger Bank Mandiri dan BNI karena dinilai akan berdampak positif bagi pemerintah dan kedua bank plat merah tersebut.
Direktur Eksekutif BARa Pardi Sudrajat mengatakan, selain bertujuan menciptakan bank yang besar dan kuat, rencana tersebut juga untuk mencegah kedua bank itu saling bersaing yang bisa merusak satu sama lain.
"Jika tidak disatukan, kedua bank akan bersaing di bidang yang sama, memperebutkan dana dan kredit, padahal dipunyai pemerintah," ujar Pardi di Jakarta, Senin (2/2).
Menurut Pardi, baik Mandiri dan BNI bergerak di bidang yang sama dan memperebutkan pangsa pasar yang sama pula. Oleh karena itu, penggabungan kedua bank itu dinilai akan berdampak baik.
"Bila persaingan itu dilanjutkan dengan sesama bank pemerintah, pasar akan mengalami kerusakan," kata Pardi.
Ia menambahkan, meski Dirut BNI Gatot M Suwondo menolak merger, tetap yang memutuskan adalah yang memiliki bank, yakni Pemerintah Negara Republik Indonesia.
"Tetap saja yang memutuskan yang punya bank," ujarnya.
Menurut Pardi, merger tersebut dapat menjadi baik bila dijalankan dengan kajian strategis. Bank akan menjadi besar dan kuat karena mempunyai modal yang banyak untuk bersaing di pasar global.
Pardi menilai, penolakan yang dilakukan Dirut BNI ditengarai kekhawatiran merger akan memakan korban.
"Jadi kalau ada cabang yang sama di daerah, pasti salah satu akan dinon-aktifkan," kata Pardi.
Meski begitu, lanjut Pardi, sisi negatif itu tidak akan berdampak sistematis jika merger ini terjadi secara sinergis. Pardi mengkalkulasikan, merger kedua bank tersebut bisa menjadi peluang bagi bank BUMN mengambil pasar ASEAN.
"Setidaknya bisa mengambil pasar di ASEAN dari berbagai penetrasi yang dipakai," ujar Pardi.
Partner Transaction Support and Corporate Finance RSM AAJ Wiljardi Tan menilai, merger Mandiri dan BNI bisa membuat ukuran bank semakin besar. Bila merger dilakukan, kedua bank tersebut dapat bersinergi.
"Itu bisa mencapai dua hal. Revenue-nya bisa lebih besar sekaligus biaya operasionalnya menjadi lebih rendah," ujar Wiljardi.
Sisi positif bila kedua bank tersebut digabungkan, kata Wiljardi, juga dapat meningkatkan efisiensi. Misalnya,ATM BNI dan Mandiri yang lokasinya paling berdekatan, jika digabungkan maka dapat membuat biaya pengeluaran menjadi rendah. Secara global, menurutnya, merger dapat menguntungkan.
"Kalau biaya operasional lebih rendah, relatif akan semakin kompetitif bank tersebut," kata Wiljardi.
Menurut Wiljardi, merger Bank Mandiri dan BNI lebih banyak manfaatnya daripada mudharatnya. Apalagi kedua bank ini sama-sama dimiliki oleh pemerintah, sehingga prosesnya lebih mudah.
"Kalau dari kita, mungkin merger itu akan menjadi besar, kompetitif, dan bisa berkompetisi, tidak hanya buat pasar ASEAN saja, tapi buat pasar Indonesia pun akan lebih baik," ujarnya.
Menurutnya, merger ini sudah pernah dilakukan oleh Bank Mandiri, yang sebelumnya merupakan hasil merger dari empat bank. Ia melilhat Bank Mandiri sendiri saat ini semakin solid sehingga ia tidak khawatir akan ada masalah ke depannya dengan rencana konsolidasi tersebut. (Ant)
Editor : Eben Ezer Siadari
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...