Asthma Health iPhone, Aplikasi Smartphone untuk Penderita Asma
SATUHARAPAN.COM – Setelah enam bulan yang lalu meluncurkan sebuah aplikasi untuk penyakit asma yang memanfaatkan kekuatan Apple iPhone, para ahli di Mount Sinai School of Medicine di New York sangat gembira dengan hasil awal studi tersebut.
"Kami senang dengan hasil awal yang kita lihat setelah enam bulan menggunakan kerangka ResearchKit Apple untuk aplikasi Asthma Health kami," kata Eric Schadt, Profesor Genomik di Icahn School of Medicine, dalam siaran pers dilansir pada Jumat 2 Oktober. "Kami merekrut dan mendaftarkan lebih dari 8.600 peserta peneliti dalam penelitian kami, mengontrol melalui aplikasi Asthma Health tanpa harus kontak langsung”.
Dikembangkan bersama dengan LifeMap Solutions, aplikasi ini menggunakan perangkat lunak ResearchKit open source Apple, dan bertujuan untuk memudahkan penderita asma untuk berpartisipasi dalam studi penelitian melalui iPhone mereka.
Asthma Health App juga mencakup Apple’s Health Kit, sebuah alat untuk pengembang yang memungkinkan aplikasi kesehatan dan kebugaran dijalankan secara bersamaan. Ketika diberikan izin oleh pengguna, Asthma Health App mengakses data dari Health Kit untuk melacak, misalnya, penggunaan inhaler asma yang diukur dengan perangkat pihak ketiga. Hal ini juga dapat memanfaatkan fitur iPhone seperti sensor GPS untuk mengumpulkan data kesehatan terkait lainnya.
Aplikasi ini memecahkan hambatan secara geografis yang biasanya membatasi penelitian tradisional untuk daerah tertentu yang jaraknya cukup jauh dari universitas atau pusat medis. "Untuk penelitian kami, 87 persen dari peserta tinggal di luar New York dan New Jersey," katanya kepada FoxNews.com
Peserta yang menggunakan aplikasi tersebut secara teratur juga melaporkan hasil perkembangan olah raga melalui survei. Dan menurut juru bicara, hal itu mencatat peningkatan yang signifikan secara statistik dalam hitungan langkah (yang diukur oleh Apple HealthKit).
Aplikasi tersebut adalah salah satu dari sejumlah aplikasi penelitian medis yang diluncurkan selama acara awal “Musim Semi” tahun ini, yang menarik data dari perangkat yang dipakai, sementara juga menyediakan informasi tentang tingkat polusi.
Para peneliti merekrut penderita asma yang lebih parah daripada yang biasanya mengambil bagian dalam studi penelitian tradisional. “Pasien yang lebih sering mengalami asma maupun mengalami gejala asma yang sering kambuh, tampak lebih terlibat dan menggunakan aplikasi dengan lebih rutin," kata juru bicara itu. "Kami berhipotesis bahwa penderita dengan tingkat asma tinggi lebih termotivasi untuk berkontribusi dalam penelitian medis, dan juga secara pribadi telah mengalami manfaat menggunakan aplikasi sebagai 'pengingat' untuk pengobatan dan pemantauan diri dari pemicu dan kualitas udara lokal."
Fitur terbaru dari aplikasi ini, adalah “dokter pribadi” yang memungkinkan pasien berbagi data dari penyakit asma mereka yang mampu dibagikan ke Epic, sebuah sistem yang mampu mencatat kesehatan pasien yang sudah di pakai di Gunung Sinai dan tempat medis lainnya.
Data pribadi adalah sesuatu yang penting. Awal tahun ini Schadt mengatakan kepada FoxNews.com bahwa data penelitian pengguna enkripsi dan diadakan di penyimpanan berbasis cloud yang aman, memenuhi standar industri dan telah sesuai dengan Asuransi Kesehatan Portabilitas dan Akuntabilitas Act (HIPAA).
Profesor Genomik juga menegaskan pesan privasi disampaikan oleh Apple selama acara peluncuran. "Apple tidak menyentuh data pengguna dan kami tidak memiliki akses ke data mereka," katanya. (Foxnews.com)
Editor : Eben E. Siadari
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...