Asuhan Paliatif Baru Diperoleh Tujuh Ribu Anak Penderita Penyakit Berat
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Ada 700 ribu anak Indonesia menderita penyakit berat (kronis). Tetapi hanya satu persen atau sekitar tujuh ribu di antaranya yang dapat memperoleh asuhan paliatif. Hal itu disampaikan oleh Kartika Kurniasari CEO Yayasan Rumah Rachel, dalam konferensi pers di atrium Cilandak Town Square (Citos) Jakarta Jumat (13/10).
Kartika Kurniasari mengatakan asuhan paliatif merupakan perawatan medis bagi penderita penyakit berat. Tidak saja penderita yang ditangani, tetapi juga keluarganya. Tujuannya agar penderita kuat dengan setiap penyakit yang diderita dan menghadapi kematian dengan tenang dan nyaman tanpa merasa tertekan atas penyakit yang dideritanya. Baik secara fisik maupun psikis.
Yayasan Rumah Rachel adalah pelopor layanan asuhan paliatif berbasis rawat rumah bagi anak-anak yang hidup dengan penyakit berat. Seperti kanker dan HIV AIDS. Yayasan ini juga menyediakan pelatihan asuhan paliatif bagi tenaga kesehatan dan anggota masyarakat demi meningkatkan akses asuhan paliatif bagi semua.
"Visi kami adalah tidak ada lagi anak yang harus hidup atau meninggal dalam kesakitan. Kami mengajak masyarakat mendukung asuhan paliatif bagi anak-anak yang hidup dengan penyakit berat serta keluarganya di Jakarta," kata Kartika Kurniasari.
Yayasan Rumah Rachel juga menyerukan Pemerintah Indonesia untuk mengintegrasikan asuhan paliatif dalam setiap jenjang sistem kesehatan Indonesia. "Kami mengimbau Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan layanan ke jenjang lebih baik lagi. Mencakup layanan asuhan paliatif dan biaya-biaya terkait baik dalam lingkungan rumah sakit maupun rumah pasien.
Pemerintah juga dapat membantu memastikan penerapan asuhan paliatif berjalan baik dengan menerbitkan panduan dan kebijakan untuk memasukkan asuhan paliatif sebagai komponen inti sistem kesehatan nasional.
"Jika kita bekerja bersama, semua hal di atas bisa merubah hidup ratusan ribu anak-anak yang hidup dengan penyakit berat dan keluarga mereka di berbagai penjuru Indonesia," tambahnya.
Yayasan Rumah Rachel mengundang pula masyarakat untuk menuliskan jawaban pertanyaan "apa yang akan Kamu lakukan jika ini hari terakhirmu? Jawaban ini ditulis di The Living Wall, papan tulis raksasa, yang ditempatkan di atrium Cilandak Town Square.
"The Living Wall mengundang warga Jakarta untuk merenungkan betapa berharganya setiap hari yang kita miliki dan menyadari bahwa ada banyak anak-anak yang hidup dengan penyakit berat, yang mungkin tidak memiliki hari esok," terang Kartika Kurniasari.
"Dengan bertanya ke masyarakat apa yang akan mereka lakukan 'jika ini hari terakhir', kami berharap dapat memicu dialog tentang asuhan paliatif dan kesulitan yang dihadapi anak-anak yang hidup dengan penyakit berat. Bagi mereka, setiap hari bisa saja menjadi hari terakhir."
Instalasi The Living Wall akan berlangsung mulai 13 hingga 15 Oktober 2017, di Cilandak Town Square (Citos), Jakarta.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...