Atasi Polusi Jangan Redup Supaya Kita Hidup
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemandangan deretan kendaraan pribadi dan kendaraan umum yang berjejal di jalanan umum di jam-jam berangkat kerja pada pagi hari dan saat pulang kerja jadi pemandangan sehari-hari di kota Jakarta dan sekitarnya. Intensitas warga masyarakat bekerja secara onsite pasca pandemi 3 tahun, membuat beberapa kantor mendorong pegawainya untuk beralih dari work from home, teleworking ke bekerja tatap muka kembali. Alhasil imbas dari semuanya bukan hanya kemacetan, melainkan juga tingkat polusi udara yang sangat tinggi.
Dalam beberapa hari ini dilaporkan bahwa Indeks Kualitas Udara atau AQI Jakarta dan kota-kota sekitarnya dalam kondisi tidak sehat atau buruk. Walaupun informasi ini sudah disampaikan melalui pemantauan kualitas udara yang menyatakan bahwa kota-kota dengan kualitas udara terburuk di Indonesia adalah Tangerang Selatan di Banten, Kemudian diikuti Kota Bandung di Jawa Barat, Pontianak (Kalbar) dan Kabupaten Serang, Kota Tangerang, Palembang, Jakarta, Makasar, dan Surabaya.
Jika dibandingkan dengan kota-kota di dunia, Jakarta menduduki peringkat kedua tercemar udaranya setelah Dubai, Emirat Arab. Bagaimana kita seharusnya menyikapi ini dan berbenah supaya semangat mengatasi polusi tidak redup, supaya kita sebagai warga masyarakat tetap hidup menghirup udara segar.
Penyebab dan Dampaknya
Faktor penyebab polusi tak terbantahkan lagi. Yang pasti dari sektor industri dan transportasi. Industri menyumbang hampir 40% dari polusi udara dari cerobong-cerobong asap pabrik. Sedangkan transportasi menyumbang pencemaran udara dari asap kendaraan bermotor, yaitu hingga mencapai 60% karena penggunaan bahan bakar minyak beroktan rendah. Ketergantungan terhadap bahan bakar fosil juga masih terus terjadi hingga kini. Walau temuan teknologi sudah mulai menginisiasi kendaraan berdaya listrik mulai bermunculan, akan tetapi merubah mindset warga masyarakat menggunakan masih belum maksimal dilaksanakan.
Berjubelnya kendaraan pribadi terus meningkat dari tahun ke tahun, karena penyediaan sarana transportasi umum yang murah, dan ramah juga masih berjalan lambat. Beberapa sarana umum seperti KRL, MRT, LRT, Busway yang dilakukan oleh Pemerintah khususnya di DKI Jakarta dan sekitarnya sudah sangat membantu mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap sarana transportasi pribadi. Namun sarana transportasi umum ini dirasakan juga belum merata menjangkau wilayah-wilayah di Jakarta dan sekitarnya, juga diseluruh wilayah Indonesia.
Jika kita bandingkan seberapa tingkat bahayanya kualitas udara yang buruk ini terhadap kesehatan manusia, maka sama halnya kita yang tidak merokok kita menghirup 112 batang rokok dalam 1 (satu) bulan. Sejak tahun 2023 ditemukan juga bahwa terjadi peningkatan penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), yaitu salah satu penyakit yang berhubungan dengan kualitas udara.
Beberapa epidomolog yang pernah meneliti mengenai dampak polusi udara terhadap kesehatan masyarakat menyatakan bahwa 57,8% dari seluruh pasien rawat jalan dan rawat inap terkait dengan pencemaran udara. Bahkan WHO menyebutkan jika ada 7 Juta orang pertahun meninggal dunia yang disebabkan oleh polusi udara. Wow, fakta ini menandaskan betapa seriusnya dampak yang merugikan jika kualitas udara tak dijaga dengan baik. Maka, polusi harus ditanggulangi. Jangan ditunda apalagi dibiarkan menguap begitu saja.
Kesadaran Ekologis
Kesadaran ekologis harus ditumbuhkan kepada semua pihak. Menjaga bumi tetap lestari karena menjadi tempat yang didiami manusia dengan mahkluk hidup lainnya. Mandat berkuasalah atas bumi dan tahklukanlah harusnya tidak dipahami sebagai tindakan sebebasnya mencemari udara dengan polusi. Sebaliknya harus ada kesadaran baru bahwa kita patut menjaga, merawat bumi supaya lestari. Menanam pohon melalui reboisasi, atau tanaman-tanaman hias disekitaran rumah atau didalam rumah, kantor, tempat ibadah, ruang terbuka bebas merupakan langkah kecil untuk memberikan oksigen pada lingkungan sekitar.
Pemerintah pusat dan daerah juga harus lebih kuat membuat regulasi dan mendorong supaya pabrik-pabrik industry mengolah limbah udaranya dengan ketat. Demikian juga mendorong supaya industri otomotif menghasilkan kendaraan bermotor berimisi rendah, sekaligus bijaksana emisi kendaraan lama.
Mendorong pelaku usaha transportasi untuk meremajakan kendaraan-kendaraan lama, dengan kendaraan baru yang lebih ramah lingkungan dengan subsidi dari pemerintah. Mengaktifkan kesadaran baru warga masyarakat untuk menggunakan sepeda, atau jalan kaki untuk jarak tempuh yang dekat. Penggunaan masker diruang-ruang terbuka dengan tingkat polusi udara yang tinggi masih perlu dilakukan, sambil meningkatkan kesadaran warga untuk rajin berolahraga dan mengkonsumsi makanan bergizi. Menghentikan kebiasaan buruk seperti merokok dan terus melakukan usaha-usaha aktif kreatif supaya polusi udara dapat diatasi. Jangan redup supaya kita tetap hidup.
Festival Film Berlin Tinggalkan Medsos X
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Festival Film Berlin menjadi festival film papan atas Eropa terbaru yang ...