Australia Cemas oleh Masuknya Daging Kerbau Impor ke RI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Daging kerbau impor mulai masuk ke Indonesia. Hari Minggu (30/10) lalu misalnya, di Pasar Modern BSD, Tangsel, daging kerbau beku itu dijual dengan harga Rp 65 ribu per kilogram.
Menurut pengamatan satuharapan.com, kendati outlet yang menjualnya baru satu dan mengambil tempat di luar arena utama pasar, tampak sejumlah konsumen mulai menunjukkan minat. Operasi pasar penjualan daging kerbau itu, juga menggunakan pengeras suara memanggil para konsumen.
Sejak bulan lalu daging kerbau impor sudah memasuki pasar Indonesia. Ini ternyata mulai mendatangkan kecemasan bagi Australia dan menganggapnya sebagai peringatan tanda bahaya. Sebab, jika popularitas daging kerbau impor itu meningkat, pangsa pasar daging sapi dari Australia di RI dapat tergerus.
Australia selama ini memasok lebih dari setengah juta ekor sapi hidup setiap tahun ke RI.
Salah seorang yang merasa terancam adalah Tracey Hayes, chief executive Northern Territory Cattlemen's Association, asosiasi eksportir sapi dari Australia, yang berkantor di Darwin. Menurut dia, sebagaimana dikutip dari Bloomberg, kehadiran daging kerbau India impor di Indonesia adalah ancaman nyata.
"Itu sangat nyata dan bodoh bila kami berpikir sebaliknya," kata dia. "Daging kerbau India jauh lebih murah," tambah dia.
Bloomberg mengatakan Australia kini mengandalkan Indonesia untuk membeli lebih dari setengah ekspor ternak hidup mereka. Australia tengah berupaya untuk memperbaiki reputasinya sebagai pemasok terpercaya setelah pada 2011 negara itu tiba-tiba melarang pengiriman sapi hidup mereka ke Indonesia karena tuduhan kekejaman di tempat pemotongan hewan.
Daging kerbau India yang dijual di pasar becek di Indonesia dengan harga Rp 65 ribu per kg, tentu jauh lebih murah dibanding harga daging sapi impor Australia yang sekitar Rp 115 ribu di pasar kelas atas Jakarta.
Murahnya harga daging kerbau India telah mendorong popularitas daging kerbau semakin tinggi di Asia. India sekarang menjadi pemasok utama ke Vietnam dan Malaysia - dua negara yang juga pembeli yang signifikan ternak hidup Australia.
Dihadapkan pada kekurangan daging karena permintaan lebih besar dari kelas menengah yang sedang berkembang, Indonesia mencabut larangan daging kerbau India tahun ini. Sebanyak 10.000 ton daging kerbau India tiba di Indonesia hingga akhir September. Dijual dengan harga 40 persen lebih murah dari harga daging impor dari Australia, daging kerbau impor dari India dapat menjadi pesaing yang tangguh di Indonesia.
"Ini lebih murah daripada daging sapi dan enak," kata Elis, yang akhir pekan ini berbelanja daging kerbau di sebuah pasar di Jakarta. "Saya bisa membuat sup dari daging kerbau," kata dia.
Bonang Rahmat, yang bekerja untuk perusahaan grosir PT Anzindo Gratia International, mengatakan pelanggan dari kelas bawah tentu lebih memilih kerbau. "Di pasar Bumi Serpong Damai, kami menjual sekitar 70 kilogram daging kerbau sehari dan sekitar 200 kilogram daging sapi ketika kita membuka outlet selama akhir pekan," kata dia dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg.
"Para pembeli kebanyakan perusahaan katering dan pedagang sup daging sapi."
Australia secara tradisional mendominasi pasar daging sapi segar di Indonesia, mencapai 80 persen dari impor negara ini pada tahun 2015. Australia hampir satu-satunya penyedia sapi hidup yang diimpor untuk pasar becek tempat sebagian besar orang Indonesia berbelanja produk segar. Ada 618.323 ekor sapi dikirim dari Australia ke Indonesia pada tahun 2015.
Namun, ekspor daging kerbau India telah melonjak dalam beberapa tahun terakhir di tengah industri susu yang tumbuh di negara ini. Kerbau bukan hewan suci dalam agama Hindu dan susu mereka memiliki lebih banyak lemak dibandingkan susu sapi. Kebanyakan negara bagian di India melarang pemotongan dan ekspor daging sapi.
Kendati demikian tidak berarti jalan mudah bagi eksportir daging kerbau India menaklukkan pasar Indonesia. Menurut Bonang, "Pelanggan rumah tangga kelas menengah yang tahu kualitas daging yang baik seperti daging sapi Australia, akan memilih membeli daging sapi ketimbang daging kerbau," kata dia.
Perdagangan ternak hidup kini menjadi salah satu titik utama hubungan Australia-Indonesia. Walaupun hubungan itu sempat terganggu oleh skandal mata-mata terhadap Presiden AS dan kontroversi eksekusi hukuman mati warga Australia oleh Indonesia, kini semuanya menunjukkan titik terang. Presiden Joko Widodo dijadwalkan akan mengunjungi Australia pada bulan November.
Menteri Perdagangan Australia Steven Ciobo mengatakan dalam dalam sebuah wawancara Agustus lalu bahwa ia menargetkan untuk menyelesaikan perjanjian perdagangan bebas dengan Indonesia dalam waktu 18 bulan.
Editor : Eben E. Siadari
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...