Badan Pangan PBB: Rakyat Suriah di Ambang Kelaparan
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Keputusasaan meningkat di Suriah dan dikhawatirkan memicu eksodus massal lagi, karena masyarakat di sana berada dalam ambang kelaparan.
Kecuali lebih banyak dana untuk membantu mengurangi kelaparan di sana. Dan masyarakat internasional diharapkan membantu untuk memastikan pengiriman bantuan dapat mencapai negara itu yang dilanda perang, kata kepala badan pangan PBB, hari Kamis (25/6).
Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP), David Beasley, mengatakan sangat penting untuk menjaga bantuan mengalir melalui penyeberangan perbatasan, pada saat semakin banyak orang "secara harfiah di ambang kelaparan."
Dia berbicara kepada The Associated Press (AP) sebelum konferensi donor pekan depan untuk Suriah, yang diselenggarakan oleh Uni Eropa di Brussels. Konferensi itu berupaya mengumpulkan beberapa miliar dolar setiap tahun untuk meringankan dampak dari perang sembilan tahun di Suriah, yang telah membuat jutaan orang kehilangan tempat tinggal.
Pembayaran aktual biasanya tidak memenuhi janji yang dibuat pada pertemuan tersebut. Dan operasi WFP Suriah menghadapi kekurangan dana US$ 200 juta tahun ini.
Nilai Uang Suriah Jatuh
Konferensi pada hari Selasa depan diselenggarakan di tengah resesi ekonomi global yang disebabkan oleh pandemi virus corona, tetapi krisis ekonomi di Suriah diperparah oleh merosotnya nilai mata uang lokal yang tak terkendali. Gejolak ekonomi Suriah telah diperburuk oleh krisis keuangan di negara tetangga Lebanon, yang merupakan hubungan utama Suriah dengan dunia luar.
Beasley mengatakan para donor harus menyadari bahwa situasi dramatis di Suriah yang hancur akibat perang dapat memicu sungai pengungsi lain, seperti yang terjadi pada tahun 2015. Pada saat itu, satu juta pengungsi mencapai Eropa, menyeberang terutama dari Turki ke Yunani, dan dari negara lain seperti Libya ke Italia.
Jika bantuan yang cukup tidak mencapai Suriah, 6,5 juta orang di negara itu akan melakukan apa yang diperlukan untuk memberi makan anak-anak mereka, yang berarti mereka akan bermigrasi, katanya. “Jadi kita perlu mengatasi ini sekarang. Kalau tidak, kita akan berada dalam situasi yang sama dengan tahun 2015 ketika kita menghadapi migrasi massal,'' tambahnya.
9,3 Juta Orang di Ambang Kelaparan
Sejak itu, para tetangga Suriah sebagian besar telah menutup perbatasan mereka, dan aliran bantuan dari negara-negara tetangga ke Suriah telah menjadi subyek perselisihan politik yang intens.
Pandemi virus corona telah berkontribusi terhadap kemunduran keamanan pangan yang signifikan di Suriah, di mana lebih dari 80% populasi hidup dalam kemiskinan.
Krisis keuangan di Lebanon, di mana banyak warga Suriah menyimpan uang mereka di bank-bank Lebanon, dan akibat sanksi baru AS yang menargetkan siapa pun yang melakukan bisnis dengan pejabat Suriah atau lembaga negara, telah membuat mata uang lokal jatuh, melemparkan lebih banyak orang ke dalam kemiskinan.
"Jadi, sekarang dari negara berpenduduk 20 juta orang, 9,3 juta orang pergi tidur dengan kelaparan, rawan pangan, setiap hari, setiap malam di Suriah," kata Beasley. “Satu juta dari mereka tidak tahu di mana mereka akan mendapatkan makanan berikutnya. Mereka benar-benar berada di ambang kelaparan.'' (AP)
Editor : Sabar Subekti
Beijing Buka Dua Mausoleum Kaisar Dinasti Ming untuk Umum
BEIJING, SATUHARAPAN.COM - Dua mausoleum kaisar di Beijing baru-baru ini dibuka untuk umum, sehingga...