Badan PBB: Kamp Yarmuk di Suriah Seperti Kota Hantu
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM - Kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina mengatakan bahwa kamp Yarmuk bagaikan kota hantu. kondisi warga Palestina di Suriah yang terkepung oleh perang selama berbulan bulan dalam keadaan yang memprihatinkan. Dia terkejut menyaksikan kondisi di sana.
Kepala UNRWA (United Nations Relief and Works Agency) untuk pengungsi Palestina, Filippo Grandi, menyerukan akses berkelanjutan untuk pengiriman bantuan kepada sekitar 18.000 warga Palestina. Mereka terperangkap perang di kamp Yarmuk, di selatan Damaskus, dan kekurangana pasokan makanan.
"Ini seperti hantu," kata dia hari Selasa (25/2) melihat ratusan warga Palestina membanjiri menuju titik distribusi bantuan di kamp itu, ketika dia berada di ibu kota Suriah pada hari Senin (24/2).
"Mereka adalah orang yang belum keluar dari sana,” kata dia di Beirut. Mereka terjebak di sana tidak hanya tanpa makanan, obat-obatan, air bersih, dan semua kebutuhan dasar, tapi juga benar-benar mengalami ketakutan karena ada pertempuran sengit.
Dia mengatakan tentang bagian dari kamp di mana dia bisa masuk digambarkan sebagai "seperti sebuah kota hantu".
"Kehancuran luar biasa. Tidak ada satu bangunan tunggal yang saya lihat itu bukan shell kosong sekarang."
Namun dia mengatakan bahwa kondisi warga kamp yang tersisa dalam kondisi yang lebih mengejutkan. "Mereka hampir tidak dapat berbicara."
"Saya mencoba untuk berbicara dengan banyak dari mereka, dan mereka semua menceritakan kisah yang sama tentang kekurangan yang “sempurna.”
Resolusi
UNRWA telah mendesak akses kemanusiaan ke Yarmuk selama berbulan-bulan, dan memperingatkan kondisi buruk di kamp yang pernah ditempati 160.000 warga Palestina serta banyak warga Suriah.
Setelah ada kesepakatan, badan itu mulai mendistribusikan bantuan pada titik yang ditunjuk pada 18 Januari tapi operasi itu dihentikan pada 8 Feburary, dan hampir tidak ada bantuan lagi sejak saat itu.
Grandi mengatakan dia berharap bahwa resolusi Dewan Keamanan PBB menyerukan akses kemanusiaan segera ke Suriah. Resolusi yang diputuskan dengan suara bulat akan lebih kuat daripada alat lain yang pernah kita miliki sebelumnya di Suriah, kata dia.
Namun dia menambahkan bahwa situasi di Suriah juga sangat rumit. "Tidak semua orang bisa membuat keputusan setiap hari untuk akses atau tidak memiliki akses bahkan untuk membaca resolusi," kata dia.
"Jadi, penting bahwa pesan disaring turun dari pengambil keputusan di Suriah ... kepada komandan di lapangan pada kedua sisi," kata dia.
Yarmuk adalah salah satu dari beberapa bagian Suriah di mana warga sipil yang terperangkap di tengah pertempuran antara rezim pemerintah dan oposisi, membuat bantuan makanan dan obat tidak bisa bergerak masuk.
Lebih dari 140.000 orang meninggal di Suriah sejak perang saudara meletus pada Maret 2011. (AFP)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...