Bakau Tanaman Penahan Gelombang
SATUHARAPAN.COM - Ketika gempa dan tsunami menerjang Provinsi Aceh, Pulau Simeuleu sembilan tahun lalu, tergolong tidak banyak korban ketimbang wilayah lain, padahal kawasan itu termasuk yang paling dekat dengan pusat gempa.
Ada dua hal yang diketahui sebagai faktor mencegah banyaknya korban yang berpusat pada kearifan masyarakat belajar dari pengalaman gempa bumi dan tsunami besar yang melanda kawasan itu pada hari Jumat, 4 Januari 1907 yang dikenal dengan smong.
Kisah ini banyak dituturkan melalui cerita atau didendangkan dengan lahu yang disebut nadong. Pengalaman ini membuat warga membangun budaya mengantisipasi terjadinya tsunami, yaitu lari ke gunung ketika tanda-tanda tsunami muncul, dan menanam tanaman mangrove di pantai sebagai penahan gelombang.
Tsunami besar pada Desember tahun 2004 memang tidak sepenuhnya bisa dicegah dengan tanaman mangove, dan kerusakan masih terjadi, namun diperkirakan kerusakan jauh lebih besar jika tidak ada mangrove.
Salah satu tanaman mangove yang penting adalah bakau dari jenis Rhizophora stylosa Griff. Dan tanaman ini tidak terbatas pada fungsi ekologis tetapi juga manfaat lain seperti penghasil tanin yang digunakan bagi penyamakan kulit dan bahan pewarna kain.
Sosok Tanaman
Pohon bakau ini tumbuh di hutan mangrove ini dari keluarga Rhizophoraceae. Batangnya tunggal atau banyak dengan ketinggian hingga 10 meter. Kulit kayu halus, bercelah dan berwarna abu-abu Âhingga hitam. Memiliki akar tunjang hingga tiga meter dan akar udara yang tumbuh dari cabang bawah. Daun berbentuk elips melebar, bunga biseksual, buahnya panjang antara 2,5 hingga 4 cm berbentuk buah pir berwarna coklat berisi satu biji fertil.
Tanaman ini tumbuh di habitat yang beragam dari daerah pasang surut, lumpur, pasir dan batu. Menyukai pematang sungai pasang surut, dan juga sebagai pioner di lingkungan pesisir atau bagian daratan dari mangrove. Menghasilkan buah sepanjang tahun.
Tanaman ini oleh penduduk di berbagai daerah disebut juga sebagai bakau, bako-kurap, slindur, tongke besar, wako atau bangko, ada juga yang menyebut bakau tandok, bakau akik. Daerah tumbuhnya cukup luas, dan ditemukan di Taiwan, Malaysia, Filipine, Indonesia, Papua New Guinea dan Australia Tropis. Di Indonesia tercatat di Jawa, Bali, Lombok, Sumatera, Sulawesi, Sumba, Sumbawa, Maluku dan Irian Jaya.
Manfaat
Tanaman ini dimanfaatkan untuk bahan bangunan (batang), kayu bakar dan arang. Masyarakat Aborigin di Australia menggunakan kayu tanaman ini untuk membuat bumerang, tombak atau bjek upacara. Anggur dari buah tanaman ini diketahui juga dimanfaatkan untuk mengobati hematuria (pendarahan pada air Âseni).
Taninnya bisa digunakan untuk bahan pewarna kain yang belakangan mulai dimanfaatkan oleh para pembatik yang serius dengan pewarna alami. Tanin ini juga dimanfaatkan untuk indutri penyamakan kulit.
Secara ekologis, tanaman bakau ini memperkaya vegetasi mangrove yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan ekologis pantai, di mana ikan berbiak di kawasan itu. Dan dalam kaitan bencana tanaman ini memperkuat mangrove untuk menahan abrasi akibat gelombang laut, dan tentu ketika k=gelombang besar di musim badai, dan tsunami. (dari berbagai sumber)
Editor : Sabar Subekti
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...