Balkonjazz Festival 2019, Menyemai Asa di Pedesaan
MAGELANG, SATUHARAPAN.COM – Amphiteater Balai Ekonomi Desai (Balkondes) Tuksongo yang berada di Dusun Pulon, Tuksongo, Kecamatan Borobudur – Magelang, sejak seminggu terakhir dipersiapkan dengan sebuah panggung berukuran 18 m x 8 m. Rigging stage berukuran besar tersebut menjadi tempat pementasan Balkonjazz Festival 2019 yang digelar pada Sabtu (14/9).
Di sekitar amphiteater yang berada di kawasan pertanian masyarakat Duson Pulon, dibangun beberapa pendapa serta homestay yang telah beroperasi sejak satu tahun lalu. Di kiri-kanan jalan desa dibangun stan-stan berukuran 2 m x 2 m dari bahan anyaman bambu yang digunakan warga setempat untuk berjualan aneka produk kuliner serta kerajinan tangan khas warga setempat selama Balkonjazz Festival 2019 berlangsung.
Pasar Tiban di area Balkonjazz Festival menjadi etalase produk masyarakat yang diharapkan dapat menambah pemasukan warga selama Balkonjazz berlangsung.
Inisiator dan Direktur Balkonjazz Festival, Bakkar Wibowo menjelaskan yang paling menarik perhatiannya adalah antusiasme pengunjung terhadap produk-produk yang disajikan para pengisi tenant Pasar Balkon laris manis. Dan hal itu merupakan salah satu capaian yang berhasil diraih dalam penyelenggaraan Balkonjazz Festival pada tahun ini.
“Alhamdulillah sejak sore tadi sampai malam ini dagangan dari para pengisi tenant laku banget,” jelas Bakkar melalui keterangan tertulis yang diterima satuharapan.com, Sabtu (14/7) malam
Bakkar menambahkan setidaknya lebih dari 8.000 pengunjung tidak hanya berasal dari Magelang dan sekitarnya, namun juga dari berbagai daerah di Indonesia mendatangi kawasan wisata sekitar Balkondes Tuksongo sejak Sabtu pagi hingga malam. Mereka memadati seluruh area dari festival yang dipromotori oleh PT Manajemen CBT Nusantara ini, mulai dari area panggung pertunjukan maupun Pasar Balkon.
“Festival ini luar biasa bagi kami. Mungkin masih banyak orang yang tidak tahu tempat ini, tapi banyak sekali pengunjung yang datang ke sini. Balkonjazz Festival bisa menjadi pionir bagi penyelenggara festival musik lainnya. Semoga setelah ini akan lebih banyak lagi festival musik yang diselenggarakan di tempat-tempat yang lebih unpredictable yang bisa di eksplor bersama banyak potensinya,” jelas Sasi Kirono, gitaris kelompok musik Tashoora.
Selain Tashoora di atas panggung berukuran 18 x 8 meter tersebut tampil pula Payung Teduh, Dialog Dini Hari, Langit Sore, Tashoora, Nostress dan Frau. Tampilnya bintang tamu Yura Yunita dan Rio Febrian menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang sudah mulai memadati kawasan Balkondes Tuksongo sejak sore hari.
Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata, Edwin Hidayat Abdullah memaparkan, kawasan Borobudur sebagai salah satu tujuan wisata terpadu di Indonesia tidak hanya bisa dilihat oleh masyarakat hanya candi saja, namun juga bisa disaksikan melalui seluruh atmosfer yang berada di daerah ini. Mulai dari destinasi wisata lainnya yang ada di Kecamatan Borobudur, potensi yang dimiliki oleh masyarakatnya maupun Balkondes sebagai badan usaha yang dikelola secara langsung oleh warga lokal.
“Kalau arahan dari Presiden RI Joko Widodo dan Kementerian BUMN (yang hadir beberapa waktu lalu di kawasan Candi Borobudur), Borobudur ini harus kita bantu dan sejalan sebagai suatu destinasi unggulan di Indonesia selain Bali. Selama ini penanganannya terpusat kepada candi. Sekarang pemerintah ingin bagaimana atraksinya tidak hanya candi, namun juga yang lainnya. Dan Balkonjazz Festival bersama Balkondes adalah salah satu hal yang mampu membuat apa yang ada di sini menjadi lebih komplit secara kepariwisataan,” tutur Edwin.
Sebagai informasi, Balkondes Tuksongo yang berada di Dusun Pulon Desa Tuksongo berjarak sekitar 2,5 km dari kawasan Candi Borobudur. Di Kecamatan Borobudur saat ini terdapat 20 balkondes. Balkondes sendiri adalah salah satu program prestisius dari Kementerian BUMN, yang dibangun dengan tujuan untuk menumbuhkan perekonomian pedesaan melalui sektor pariwisata, yaitu melalui didirikannya balai ekonomi dan homestay yang dikelola secara langsung oleh masyarakat yang berada di sekitar kawasan Candi Borobudur.
Memadukan teknologi digital yang kekinian dengan keunikan suasana pedesaan khas Indonesia, pengunjung akan dimanjakan dengan berbagai kegiatan wisata unik yang bervariasi mulai dari wisata budaya, kesenian, pendidikan juga agrowisata.
Di area seluas 18.000m2 pengunjung akan dimanjakan oleh kegiatan wisata kekinian seperti digital signage, smart parking, dan home automation. Tanpa meninggalkan wisata alam asli Indonesia, pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan khas pedesaan berlatarbelakang kegagahan bukit Menoreh dan stupa Borobudur. Untuk memaksimalkan pelayanan bagi para turis, desa wisata ini dilengkapi dengan tiga bangunan utama yaitu Balkondes (Balai Ekonomi Desa), homestay, juga amphitheater.
Saat industri pariwisata masuk ke wilayah perdesaan, akankah hal tersebut memberikan dampak bagi peningkatan ekonomi masyarakat? Harapannya demikian, sehingga kedepannya masyarakat tidak hanya menjadi penonton namun turut pula menjadi pelaku yang mendapat manfaat dari kegiatan pariwisata itu sendiri.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...