Bamban, Bahan Anyaman Indah dari Kalimantan
SATUHARAPAN.COM – Bamban atau bemban (Donax canniformis) menurut Wikipedia adalah sejenis terna yang menghasilkan serat untuk bahan anyam-anyaman.
Tumbuhan bamban sebagai salah satu sumber hayati yang berasal dari Kalimantan, telah banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan baku kerajinan tangan anyaman. Batang bamban dibuang bagian bukunya, disayat memanjang bagian kulitnya yang berwarna hijau untuk dijadikan bahan anyaman. Setelah diolah dan dijemur, warnanya berubah menjadi cokelat mengkilap, indah, dan kuat, sebagai bahan anyaman keranjang atau tikar.
Komunitas Dayak Iban-Sui Utik, Kalimantan Barat, yang tinggal di rumah panjang (rumah adat Iban) secara berkelompok, membuat anyaman bamban yang berfungsi sebagai dekorasi rumah adat mereka. Umumnya motif yang tertuang di dalam anyaman terinspirasi dari tanaman dan satwa di sekitar kehidupan mereka.
Bahkan dalam upaya mendorong promosi kerajinan anyaman, pada tahun 2014, Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) memberikan bantuan pemberdayaan kepada perajin anyaman Indonesia. Salah satunya, perajin anyaman bamban dari Dusun Kenasau, Desa Jongkong Kiri Hilir, Kecamatan Jongkong, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
“Anyaman bamban sangat halus. Bahan bakunya hanya tumbuh di sepanjang Sungai Kapuas. Kami beri modal awal kepada para perajin untuk mengerjakan order dari kami,” kata Ketua Umum Dekranas saat itu, Herawati Boediono, yang dikutip dari detik.com pada Kamis 5 Juni 2014.
Anyaman bamban memang belum banyak dikenal. Penelitian tumbuhan bamban untuk meningkatkan kualitas anyaman sangat diperlukan. Terdorong kenyataan itu, Dwi Harsono, dari Balai Riset dan Standardisasi Industri Banjarbaru Kalimantan Selatan, meneliti “Sifat Fisis dan Mekanis Anyaman Bamban dengan Bahan Stabilisator Peg 1000 dan Tanin Kulit Akasia”.
Penelitian itu dilakukan untuk mengetahui sifat karakteristik dari batang bamban, serta efektivitas stabilisator PEG 1000 dan tanin dari ekstrak kulit akasia, dalam meningkatkan kualitas sifat fisik dan mekanik helaian bamban. Perlakuan yang diberikan meliputi rendaman dengan PEG 1000 tanin kulit akasia selama 2 jam.
Hasil penelitian menyebutkan efektivitas perlakuan perendaman dengan bahan stabilisator PEG 1000 dan tanin dari ekstrak kulit akasia masing-masing dapat meningkatkan sifat fisik mekanik bahan baku anyaman bamban serta lebih memudahkan perajin dalam proses penganyaman, karena dengan bahan perlakuan tersebut dapat menjadikan helaian bamban lebih lemas, tidak kaku, di samping itu hasil produk jadi lebih cerah dan lebih menarik.
Morfologi Tanaman Bamban
Bamban mengutip dari ulm.ac.id, adalah tumbuhan liar yang banyak tumbuh di daerah tanah lembap. Bamban banyak ditemukan di wilayah Asia Tenggara. Di Indonesia, tumbuhan ini banyak dijumpai di daerah Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, di daerah Desa Balanti, Kecamatan Kalumpang Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Bamban menurut Wikipedia adalah terna yang berumpun, membentuk semak setinggi 1,5–4 meter, dengan batang bulat torak berwarna hijau tua, beruas panjang antara 1–2,5 m.
Daun-daun tunggal bertangkai, dengan helaian bundar telur lebar hingga jorong. Perbungaan sering bercabang di pangkal. Kelopak berwarna putih, bundar telur menyegitiga, gundul. Buah berwarna putih hingga krem pucat, kering, tidak memecah. Biji 1 atau 2, berwarna cokelat.
Bamban mengutip dari biodiversitywarriors.org, dikenal baik oleh masyarakat Banjar Kalimantan Selatan. Tumbuhan ini memiliki nilai ekonomis dan farmakologis, sehingga masyarakat khususnya di pedesaan, rata-rata memiliki tanaman ini, menanamnya di pekarangan, di samping rumah, ataupun di areal persawahan.
Selain itu air pada celah daun muda yang masih menggulung dipercaya dan sering digunakan sebagai obat berbagai sakit mata.
Bamban memiliki nama ilmiah Donax canniformis. Mengutip dari unej.ac.id, tumbuhan ini dikenal pula dengan nama-nama lain seperti mbamban (Madura), bomban, banban (Batak), bangban (Sunda), wuwu (Jawa), kelangisan (Bali), burung, borong (Sulsel), mundung, wuwudu (Gorontalo), moa (Manado, Ternate, Ambon), biawa, biara (Halmahera).
Manfaat Herbal Bamban
Bamban, dikutip dari researchgate.net, selain tumbuh liar di tepi-tepi air atau di tempat yang basah, juga di hutan-hutan bambu. Tumbuhan ini diketahui menyebar di Asia Tenggara (Malaysia, Thailand, Kamboja, Vietnam, Indonesia, Filipina), ke arah utara hingga Taiwan, dan ke arah barat hingga India.
Sebagian masyarakat, mengutip dari uin-suska.ac.id, meyakini tumbuhan bamban mempunyai khasiat obat, terutama pada bagian akarnya, yaitu sebagai obat diabetes. Daun bamban dimanfaatkan sebagai obat bisul, mengempeskan bengkak, dan cairannya untuk tetes mata. Cairan yang keluar dari batang bamban yang masih muda dimanfaatkan untuk menyembuhkan gigitan ular. Daun, batang dan akar bamban mengandung saponin dan flavonoid. Di samping itu daunnya juga mengandung polifenol.
B Haryadi dan T Ticktin (2012), dalam studi berjudul “Medicinal and Ritual Plants of Serampas, Jambin Indonesia”, Ethnobotany Research & Applications, 10, 133–149, menyebutkan dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan tanaman bamban telah digunakan sebagai obat bisul .
F Diba dan kawan kawan (2013), dalam penelitian berjuduI “Inventory and Biodiversity of Medicinal Plants from Tropical Rain Forest Based on Traditional Knowledge by Ethnic Dayaknese Communities in West Kalimantan Indonesia”, Kuroshio Science, 7(1), 75–80, juga menyebutkan tumbuhan bamban dapat digunakan untuk obat jerawat.
M Saleem M dan kawan kawan (2009), dalam penelitian “Antimicrobial Natural Produkts: an Update on Future Antibiotic Drug Candidates”, Natural Product Report, 27, 238–254, mengatakan tumbuhan ini mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus.
Bagi penduduk lokal Kalimantan Selatan, daun bamban muda yang ditandai dengan pucuk yang masih tergulung, umumnya digunakan untuk mengobati iritasi mata ringan. Caranya, meneteskan air dalam gulungan daun ke mata yang sakit.
JM Daud dan kawan kawan (2011), dalam penelitian “Phytochemicals Screening and Antioxidant Activities of Malaysian Donax grandis Extracts”, European Journal of Scientific Research, 61(4), 572–577, menyebutkan bamban juga mengandung senyawa metabolit sekunder yang cukup variatif di antaranya dari jenis fenolik, tanin, fitosterol, terpenoid, steroid, alkaloid, glikosida, saponin, dan flavonoid, yang terdistribusi ke seluruh bagian tanaman.
Hamlan Ihsana dan kawan-kawan, dari Balai Riset dan Standardisasi Industri Banjarbaru Kalimantan Selatan, melalui studi berjudul “Skrining Fitokimia dan Aktivitas Antibakteri dari Daun Bamban (Donax canniformis) untuk Formulasi Obat dari Bahan Alami”, ingin menentukan senyawa kimia daun bamban muda dan matang serta evaluasi aktivitas antibakteri dan antiradikal.
Hasil penelitian menunjukkan rendemen ekstrak untuk daun matang dan muda sebesar 1,50 persen dan 0,71 persen. Kedua ekstrak mengandung senyawa rutin dan katekin. Kuersetin tidak terdeteksi pada kedua ekstrak. Ekstrak daun muda menghambat bakteri Salmonella, E coli, dan P aeruginosa. Ekstrak daun matang dan muda memiliki aktivitas penangkapan radikal masing-masing sebesar 45,34 persen dan 18,50 persen.
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...