Bandotan, Gulma Bermanfaat untuk Pestisida dan Antiseptik
SATUHARAPAN.COM – Tumbuhan bandotan, atau babadotan, tidak asing bagi masyarakat yang tinggal di daerah perkampungan. Nama bandotan atau babadotan itu merujuk pada bau tak sedap yang dikeluarkan daunnya ketika sudah layu dan membusuk, menyerupai bau kambing.
Sifat baru seperti itu yang, dikutip dari Wikipedia, menyebabkannya disebut bandotan atau babadotan (Sunda), atau wedusan (Jawa). Namanya dalam bahasa Inggris juga tak jauh beda, billygoat-weed atau goatweed, selain juga disebut chick weed, atau whiteweed.
Bandotan termasuk tumbuhan yang mudah ditemui di pekarangan rumah, tepi jalan, tanggul, ataupun saluran-saluran air. Termasuk tanaman liar, karena sifat itu pula bandotan lebih dikenal sebagai gulma alias tanaman pengganggu.
Dari beberapa hasil penelitian, seperti dikutip dari balittra.litbang.pertanian.go.id, diketahui bandotan dapat digunakan sebagai pupuk organik dan bahan insektisida nabati. Selain itu, bandotan dapat digunakan sebagai obat, pestisida, herbisida, bahkan untuk pupuk nabati yang dapat meningkatkan hasil produksi tanaman.
Kandungan kimia yang terkandung dalam bandotan adalah saponin, flavanoid, polifenol, kumarine, eugenol 5 persen, HCN dan minyak atsiri. Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai pestisida nabati adalah daun. Cara kerjanya adalah penolak (repellent) dan menghambat perkembangan serangga.
Drh Dian Wahyu Harjanti Phd, dosen Fakultas Peternakan dari Universitas Diponegoro (Undip), termasuk salah satu peneliti bandotan. Bandotan yang dianggap gulma itu berhasil diubah menjadi antiseptik dan desinfektans.
Dian mengembangkan Agera Mastic, yang dibuat dari herba lokal Ageratum conyzoides, nama ilmiah bandotan. Produk ini bekerja dengan menghambat pertumbuhan bakteri, baik bakteri gram positif dan negatif.
Pada sapi perah dan kambing, produk ini berfungsi sebagai antiseptik dengan cara mencelupkan puting susu (dipping) selama 10 detik pada larutan Agera Mastic, setelah dilakukan pemerahan susu. Sedangkan pada ayam broiler, produk ini berfungsi sebagai desinfektans. Cara aplikasinya yaitu dengan menyemprotkan larutan ini pada setiap bagian kandang sebelum ayam dimasukkan.
Dian mengatakan, antiseptik dan desinfektans ramah lingkungan itu tidak hanya sebatas pada sapi perah, kambing, dan ayam boiler. “Ini bisa juga digunakan untuk membersihkan kandang burung, bahkan tidak menutup kemungkinan digunakan sebagai antiseptik dan desinfektans pada manusia. Namun, saat ini baru kami gunakan pada hewan,” kata Dian, pada 10 agustus 2017 yang dikutip dari harnas.co.
Pemerian Botani Bandotan
Tumbuhan bandotan menurut Wikipedia adalah terna berbau keras, berbatang tegak atau berbaring, berakar pada bagian yang menyentuh tanah, berbatang gilig dan berambut jarang, sering bercabang-cabang, dengan satu atau banyak kuntum bunga majemuk yang terletak di ujung, tinggi hingga 120 cm.
Daun-daun bertangkai, terletak berseling atau berhadapan, terutama yang letaknya di bagian bawah. Helaian daun bundar telur hingga menyerupai belah ketupat, dengan pangkal seperti jantung, membulat atau meruncing; dan ujung tumpul atau meruncing; bertepi beringgit atau bergerigi; kedua permukaannya berambut panjang, dengan kelenjar di sisi bawah.
Bunga-bunga dengan kelamin yang sama berkumpul dalam bongkol rata-atas, yang selanjutnya (3 bongkol atau lebih) terkumpul dalam malai rata terminal. Bongkol berisi 60–70 individu bunga, di ujung tangkai yang berambut, dengan 2–3 lingkaran daun pembalut yang lonjong, seperti sudip yang meruncing. Mahkota dengan tabung sempit, putih atau ungu. Buah kurung (achenium) bersegi lima.
Dalam klasifikasi makhluk hidup, dikutip dari balittra.litbang.pertanian.go.id, bandotan di Sumatera disebut bandotan, daun tombak, siangit, tombak jantan, siangik kahwa, rumput tahi ayam. Warga Sunda menyebut babadotan, babadotan leutik, babandotan, babadotan beureum, babadotan hejo, jukut bau, ki bau, bandotan, berokan.
Nama lokal lain wedusan, dus wedusan, dus bedusan, tempuyak (Jawa), dawet, lawet, rukut manooe, rukut weru, sopi (Sulawesi). Di beberapa negara, bandotan dikenal dengan nama lokal sheng hong ji (Tiongkok), bulak manok, ajganda (Filipina). Nama ilmiahnya, Ageratum conyzoides, Linn.
Di beberapa negara, bandotan dianggap sebagai gulma yang sulit untuk dikontrol. Bandotan ditemukan tersebar dari tenggara Amerika Utara ke Amerika Tengah, tetapi pusat asal di Amerika Tengah dan Karibia. Bandotan juga ditemukan di beberapa negara di daerah tropis dan sub-tropis, termasuk Brasil.
Manfaat Herbal Tumbuhan Bandotan
Melissa Muchtaridi dari Departemen Analisis Farmasi & Kimia Medisinal Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Bandung, meneliti senyawa aktif dan manfaat farmakologis tanaman bandotan. Melissa mendasari penelitian dari tumbuhan ini sejak zaman dahulu dimanfaatkan dalam pengobatan oleh masyarakat. Bandotan diyakini memiliki khasiat dalam bidang kesehatan yakni, diabetes, antiinflamasi, antioksidan, ansiolitik, antibakteri.
Senyawa aktif yang terdapat dalam tumbuhan ini adalah flavonoid, tannin, glikosida, mineral dan senyawa aktif lain. Namun, tumbuhan ini juga mengandung senyawa toksik alkaloid pyrrolizidine sehingga harus dimonitor dalam penggunaannya.
Eliza Magdalena melalui penelitian yang dilakukan pada 1993 (Jurusan Farmasi FMIPA UI Jakarta), menyebutkan ekstrak daun bandotan dalam minyak kelapa dosis 20 persen tidak memberikan efek penyembuhan luka. Namun, pada dosis 40 persen dan 80 persen dapat menyembuhkan luka secara nyata sesuai dengan peningkatan dosis. Bahkan, efek penyembuhan luka pada dosis 80 persen tidak berbeda nyata dengan yodium povidon 10 persen.
JI Durodola dari Department of Surgery University of Ibadan, Nigeria, dalam penelitiannya berjudul “Antibacterial property of crude extracts from herbal wound healing remedm Ageratum conyzoides”, Planta Med. 32:388–390, menyebutkan di Afrika tengah, bandotan digunakan untuk mengobati pneumonia akan tetapi lebih populer untuk pengobatan luka bakar.
N Borthakur, AKS Baruah, dalam penelitian yang berjudul “Search for precocenes in Ageratum conyzoides Linn. of North-East India”, J. Indian Chem. Soc. 64:580–581, menyebutkan bandotan di India, digunakan sebagai antidisentri, antibakteri dan peluruh batu saluran kemih.
Sementara di Kenya, Afrika Timur, dikutip dari keys.lucidcentral.org, bandotan digunakan sebagai obat tradisional untuk efek antiasmatik, antispasmodik dan hemostatik. Namun, penggunaan ini tidak dapat mengimbangi dampak negatif keseluruhan tanaman ini.
Tim peneliti dari Lembaga Penelitian Medis dan Studi Tanaman Obat (IMPM) Universitas du Quebec Montreal Kanada, meneliti pengaruh ekstrak daun Ageratum conyzoides pada glukosa darah tikus yang diinduksi normoglycemic dan streptozotocin. Ekstrak diberikan secara oral dan kadar glukosa darah diukur setiap jam selama 4 jam.
Aktivitas hipoglikemik dievaluasi dengan membandingkan dengan kadar glukosa darah awal. Pada tikus streptozotocin-diabetes, ekstrak air dari daun Ageratum conyzoides menunjukkan penurunan kadar glukosa darah yang signifikan 9,5 persen setelah 1 jam dan 21,3 persen setelah 4 jam.
Tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, meneliti efek minyak esensial dari bandotan memiliki efek antipenuaan, juga dapat memperbaiki pembuluh darah vaskuler pada sel-sel kultur yang terpapar glukosa tinggi pada penderita diabetes mellitus.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...