Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 22:27 WIB | Selasa, 24 Desember 2024

Bangladesh Tidak Lagi Menerima Pengungsi Rohingya Memasuki Wilayahnya

Angkatan Laut Sri Lanka selamatkan 102 pengungsi Rohingya. Mereka ditemukan terombang-ambing di atas kapal pukat nelayan.
Pengungsi etnis Rohingya berdiri di atas perahu mereka yang terbalik saat penyelamat melemparkan tali ke arah mereka di lepas pantai Aceh Barat, Indonesia, pada 21 Maret 2024. (Foto: dok. AP/Reza Saifullah)

DHAKA, SATUHARAPAN.COM-Bangladesh, pada hari Senin (23/12), mengatakan tidak akan mengizinkan lebih banyak anggota komunitas Rohingya memasuki wilayahnya, serta mengklarifikasi bahwa sekitar 60 ribu pengungsi telah memasuki negara Asia Selatan itu dalam dua tahun terakhir.

"Kami tidak akan mengizinkan lebih banyak Rohingya untuk masuk dalam keadaan apa pun," kata Penasihat Urusan Dalam Negeri, Letnan Jenderal (purnawirawan) Jahangir Alam Chowdhury, kepada wartawan di Dhaka.

Chowdhury juga mengklarifikasi pernyataan yang dibuat oleh Penasihat Urusan Luar Negeri, Md. Touhid Hossain, mengenai masuknya Rohingya baru-baru ini ke Bangladesh.

"Selama satu setengah hingga dua tahun terakhir, 60 ribu Rohingya telah memasuki negara ini," katanya, ssmbari mengoreksi pernyataan Hossain sebelumnya.

Hossain sebelumnya mengatakan bahwa 60 ribu Rohingya telah memasuki Bangladesh hanya dalam dua bulan terakhir.

Hossain memberikan pengarahan kepada wartawan pada hari Minggu (22/12) di Dhaka setelah kunjungannya ke Thailand, di mana dia menghadiri pertemuan konsultasi informal dengan perwakilan dari Laos, Thailand, India, China dan Myanmar.

"Perbatasan Myanmar sekarang sepenuhnya berada di bawah kendali Tentara Arakan. Meskipun komunikasi informal dengan mereka memungkinkan, tidak ada ruang untuk diskusi resmi. Kami berupaya menyelesaikan masalah ini (krisis Rohingya) sesegera mungkin," kata Chowdhury.

Bangladesh menampung lebih dari 1,2 juta warga Rohingya di distrik Cox's Bazar di tenggara negara itu. Sebagian besar Muslim Rohingya melarikan diri dari Myanmar pada Agustus 2017 karena tindakan keras militer.

Secara terpisah, puluhan organisasi Rohingya pada hari Senin (23/12) menyerukan "keadilan, kesetaraan, hidup berdampingan secara damai, dan pemerintahan yang inklusif" di negara bagian Rakhine di pantai barat dari Myanmar saat konflik antara pasukan junta militer dan pemberontak Tentara Arakan meningkat.

Sekitar 28 organisasi Rohingya mengeluarkan pernyataan bersama pada Senin yang menyerukan pemberontak Tentara Arakan, yang telah menguasai kota Maungdaw dan Buthidaung di Rakhine utara, untuk menegakkan dan menghormati hak-hak Rohingya dan semua minoritas etnis dan agama" di negara bagian bermasalah yang berbatasan dengan Bangladesh.

Pengungsi Rohingya Diselamatkan di Laut Sri Lanka

Sebelumnya dilaporkan bagwa Angkatan Laut Sri Lanka menyelamatkan lebih dari 100 orang yang diyakini sebagai pengungsi Rohingya yang ditemukan terombang-ambing di atas kapal pukat nelayan di lepas pantai negara pulau itu, kata seorang juru bicara angkatan laut pada hari Jumat (20/12).

Juru bicara angkatan laut, Gayan Wickramasuriya, mengatakan para nelayan telah melihat para pengungsi, termasuk 25 anak-anak dan 30 perempuan, di lepas pantai utara Sri Lanka pada hari Kamis (19/12). Kapal-kapal angkatan laut kemudian mengawal kapal pukat itu ke pangkalan angkatan laut di pantai timur Sri Lanka di mana mereka diberi perawatan medis, makanan, dan air.

Wickramasuriya mengatakan angkatan laut belum mengonfirmasi apakah para pengungsi itu adalah Rohingya karena kesulitan komunikasi. Namun angkatan laut yakin kelompok itu berasal dari Myanmar.

Penyelamatan tersebut mencerminkan insiden serupa pada tahun 2022 ketika angkatan laut Sri Lanka menyelamatkan 100 pengungsi Rohingya yang juga ditemukan terombang-ambing di atas kapal penangkap ikan di perairan Sri Lanka.

Ratusan ribu warga Rohingya yang mayoritas Muslim telah meninggalkan Myanmar di tengah meluasnya diskriminasi. Sebagian besar ditolak kewarganegaraannya. Sekitar satu juta warga Rohingya tinggal di Bangladesh sebagai pengungsi. Sebagian besar dari mereka telah melarikan diri dari kampanye kontrapemberontakan yang brutal pada tahun 2017 oleh pasukan keamanan Myanmar, yang dituduh melakukan pemerkosaan dan pembunuhan massal.

Ribuan orang telah mencoba melarikan diri dari kamp-kamp Bangladesh yang penuh sesak ke negara-negara tetangga dengan Indonesia yang mengalami lonjakan jumlah pengungsi sejak November yang mendorongnya untuk meminta bantuan masyarakat internasional. Warga Rohingya yang tiba di Aceh menghadapi permusuhan dari beberapa sesama Muslim.

Kembali dengan selamat ke Myanmar hampir mustahil karena militer yang menyerang mereka menggulingkan pemerintah Myanmar yang dipilih secara demokratis pada tahun 2021. Tidak ada negara yang menawarkan mereka kesempatan pemukiman kembali dalam skala besar. (AP/Anadolu)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home