Loading...
BUDAYA
Penulis: Sabar Subekti 10:32 WIB | Sabtu, 08 Februari 2025

Bangunan Bersejarah di Kota Tua Mosul, Irak, Dibuka Kembali

Kota itu mulai pulih dari kehancuran akibat serangan ISIS.
Bangunan Bersejarah di Kota Tua Mosul, Irak, Dibuka Kembali
Persiapan sedang dilakukan untuk kedatangan Dirjen UNESCO, Audrey Azoulay di masjid Al Nuri di kota tua Mosul, Irak, hari Rabu (5/2) yang direkonstruksi oleh UNESCO setelah kerusakan akibat perang melawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) untuk mengambil alih kota itu. (Foto-foto: AP/Farid Abdulwahed)
Bangunan Bersejarah di Kota Tua Mosul, Irak, Dibuka Kembali
Dirjen UNESCO, Audrey Azoulay, kanan mengunjungi gereja Katolik Syriac al-Tahira dalam kunjungan ke Mosul.

MOSUL,  SATUHARAPAN.COM-Selama lebih dari 850 tahun, menara miring Masjid Agung al-Nuri berdiri sebagai bangunan ikonik di kota Mosul, Irak, hingga dihancurkan oleh kelompok ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) pada tahun 2017.

Hampir delapan tahun setelah militan ISIS diusir dari kota itu, menara itu telah dibangun kembali sebagai bagian dari proyek rekonstruksi besar-besaran yang didanai internasional di kota bersejarah itu.

Saad Muhammed Jarjees, yang tinggal di Kota Tua Mosul, ingat bagaimana ia dulu memandang Menara Al-Hadbaa dari jendela rumahnya setiap hari — dan betapa hatinya hancur saat menara itu runtuh.

“Selama pendudukan ISIS, saya akan memandangnya setiap pagi dan melihat bendera mereka berkibar di atasnya,” kenangnya. “Kami merindukan hari ketika bendera itu akan diturunkan — itu berarti kami telah dibebaskan.”

“Kemudian pada suatu pagi, kami bangun dan mendapati seluruh menara masjid telah hilang,” katanya.

UNESCO, organisasi ilmiah, pendidikan, dan budaya PBB, bekerja sama dengan lembaga warisan Irak dan otoritas keagamaan Sunni untuk membangun kembali menara masjid tersebut menggunakan teknik dan bahan tradisional yang diambil dari reruntuhan.

Bagi penduduk Mosul, pemugaran ini sangat personal. “Masjid ini dianggap sebagai identitas penduduk Mosul,” kata Mohammed Khalil Al-Assaf, seorang imam di kota tersebut. “Ketika kami datang ke sini hari ini untuk melihat Menara Al-Hadbaa, kami teringat akan kenangan indah masa lalu di masjid suci ini.”

Membersihkan Sisa-sisa Perang

Pembukaan kembali menara masjid secara resmi diperkirakan akan berlangsung dalam beberapa pekan mendatang dengan kehadiran Perdana Menteri Irak, Mohammed Shia al-Sudani.

“Menara Al-Hadbaa merupakan salah satu situs paling simbolis bagi masyarakat Mosul, dan kini simbol ini telah dihidupkan kembali sepenuhnya,” kata Ruwaid Allayla, Direktur Badan Peninggalan Purbakala dan Warisan Budaya Negara.

“Badan warisan budaya memastikan penggunaan material asli untuk rekonstruksi guna melestarikan nilai dan keasliannya yang luar biasa serta mempertahankannya dalam daftar Warisan Dunia UNESCO,” kata Allayla.

Omar Taqa, teknisi situs untuk Menara Al-Hadbaa dan Masjid Agung Al-Nuri, merinci kesulitan membangun kembali situs yang rusak parah akibat perang.

“Beberapa tantangan terbesar dalam rekonstruksi Menara Al-Hadbaa termasuk pembuangan sisa-sisa perang yang bercampur dengan puing-puing dan pemisahan artefak dari puing-puing,” kata Taqa.

Tim juga perlu melakukan studi teknik dan sejarah terperinci untuk merancang situs yang akan melestarikan esensi aslinya, katanya.

Dalam kunjungannya ke kota tersebut pada hari Rabu, Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay, mengunjungi menara masjid dan Masjid al-Nuri serta situs-situs lain yang telah dipugar, termasuk Menara al-Hadbaa dan gereja-gereja al-Tahira dan al-Sa’aa.

“Intervensi dalam lingkungan pasca konflik ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam kompleksitasnya,” katanya. “80% Kota Tua telah hancur. Ketika tim pertama kami tiba di lokasi pada tahun 2018, mereka dihadapkan dengan reruntuhan.”

UNESCO memobilisasi US$115 juta untuk proyek rekonstruksi, dengan sebagian besar berasal dari Uni Emirat Arab dan Uni Eropa, kata Azoulay.

Situs-situs Kristen Juga Dipugar

Upaya rekonstruksi juga bertujuan untuk memulihkan situs-situs Kristen di kota tersebut. Pada tahun 2003, populasi Kristen Mosul mencapai sekitar 50.000 jiwa. Banyak dari mereka melarikan diri setelah ISIS menguasai Mosul pada tahun 2014.

Saat ini, kurang dari 20 keluarga Kristen tetap menjadi penduduk tetap di kota tersebut. Orang-orang lain yang mengungsi ke Irbil dan daerah sekitarnya tidak kembali ke rumah mereka di Mosul, tetapi pergi ke sana untuk beribadah di gereja pada hari Minggu.

Di Gereja al-Tahira, yang juga dipugar, Mar Benedictus Younan Hanno, Uskup Agung Mosul untuk Umat Katolik Suriah, mengatakan bahwa pembangunan kembali itu bukan hanya tentang bangunan.

“Tujuan utama membangun kembali gereja-gereja saat ini adalah untuk menghidupkan kembali sejarah yang dijalani oleh para leluhur kita,” kata Hanno. “Ketika umat Kristen Mosul datang ke gereja ini, mereka mengingat tempat di mana mereka dididik dan dibaptis, dan tempat di mana mereka berdoa. Ini mungkin bisa memberi mereka dorongan untuk kembali.”

Azoulay mengatakan bahwa suara lonceng gereja yang berdentang dan paduan suara gereja yang bernyanyi di Mosul kembali mengirimkan pesan yang kuat.

“Itu mengirimkan pesan bahwa kota itu kembali ke identitas aslinya, yang merupakan identitas umum,” katanya. “Ini adalah tanda harapan yang sangat penting bahwa gereja ini dibangun kembali oleh orang-orang Irak, sebagian besar Muslim, yang dengan senang hati merenovasinya untuk komunitas ini.”

Model untuk Rekonstruksi di Masa Mendatang

Pengalaman UNESCO di Mosul akan membentuk pendekatannya untuk memulihkan situs budaya lain di wilayah yang dilanda perang -- termasuk negara tetangga Suriah, yang kini mulai bangkit dari perang saudara selama hampir 14 tahun setelah jatuhnya mantan Presiden Bashar al Assad.

“Inisiatif ini juga merupakan warisan bagi UNESCO,” kata Azoulay. “Organisasi kami telah memperoleh keahlian baru dalam situasi pasca konflik yang dapat ditiru dalam situasi krisis lainnya.”

Azoulay menolak untuk komentar mengenai rencana khusus UNESCO untuk Suriah. Namun, ia mengatakan kepada AP bahwa pekerjaan yang dilakukan untuk mendukung Mosul "adalah sesuatu yang ingin kami lakukan di tempat lain, jika kondisi politik dan keamanan memungkinkan."

"Luka-luka di kota ini akan membutuhkan waktu lama untuk sembuh," kata Azoulay. "Namun, ini adalah awal yang indah." (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home