Banjir Bandang Landa Sulawesi Utara, Alam dan Ulah Manusia Penyebabnya
SULAWESI UTARA, SATUHARAPAN.COM – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan hingga saat ini, Kamis (16/1), banjir bandang dan tanah longsor di Sulawesi Utara terjadi karena dipicu oleh kombinasi antara faktor alam dan antropogenik, yakni pencemaran tidak alami, terjadi karena adanya campur tangan atau ulah manusia.
Banjir terjadi di enam kabupaten/kota di Sulawesi Utara, yakni Manado, Minahasa Utara, Tomohon, Minahasa Selatan, dan Kepulauan Sangihe, telah menyebabkan 13 orang tewas, dua orang dinyatakan hilang, dan sekitar 40 ribu warga mengungsi.
Di Kota Manado lima orang tewas dan satu orang hilang. Di Kota Tomohon lima orang tewas. Di Minahasa Selatan tiga orang tewas dan satu orang hilang. Di Minahasa Utara tiga desa dengan 1.000 jiwa terisolasi akibat banjir dan longsor. Di Kepulauan Sangihe beberapa rumah tertimbun longsoran tanah.
Hujan deras disebabkan oleh sistem tekanan rendah di perairan selatan Filipina menyebabkan pembentukan awan intensif. Selain itu adanya konvergensi dampak dari tekanan rendah di utara Australia menyebabkan awan-awan besar masuk ke wilayah Sulawesi Utara.
Empat sungai besar di Kota Manado meluap dan menghanyutkan puluhan rumah serta kendaraan. Tim SAR Manado melaporkan bencana yang terjadi kali ini jauh lebih besar bila dibandingkan dengan apa yang pernah terjadi pada tahun 2000 yang menyebabkan 22 orang tewas dan pada tahun 2013 yang menyebabkan 17 orang tewas.
Melihat kondisi yang terjadi hingga saat ini, yakni angin kencang di sekitar Kota Manado dengan kecepatan hingga 15-20 knot, tingginya gelombang di perairan utara Manado tiga sampai lima meter, dan hasil pantauan citra satelit yang memperlihatkan kondisi awan yang masih banyak di sekitar Sulawesi Utara, BNPB menyimpulkan potensi banjir masih cukup tinggi dan masih akan ada peningkatan.
Ketinggian air di bantaran sungai mencapai enam meter. Sementara, ketinggian air di wilayah kota mencapai sekitar 1,5 meter. Banjir telah menyebabkan empat jembatan terputus, dan untuk sementara waktu para pengungsi ditempatkan di Hotel Swissbell, Hotel Tengunpura, dan Kantor Wali Kota Manado.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Utara terus menjalin koordinasi dengan BPBD tingkat Kabupaten/Kota, TNI, Polri, Tim SAR, RAPI, Tagana, PMI, serta relawan lainnya untuk bersama-sama membantu proses evakuasi masyarakat. Tim Reaksi Cepat BNPB mendampingi penanganan darurat. Sedangkan urusan logistik seperti dapur umum, perahu karet, tenda, matras, selimut, dan bahan makanan terus dikontrol oleh BPBD agar jangan sampai ada warga yang tidak mendapatkannya. (bnpb.go.id/berbagai sumber)
Editor : Sotyati
Victor Wembanyama Buat Rekor Langka di NBA
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Victor Wembanyama kembali mencuri perhatian dunia basket dengan mencatatk...