Banjir Bandang Melanda Libya, Dikhawatirkan 2.000 Orang Tewas
TRIPOLI, SATUHARAPAN.COM-Badai Mediterania Daniel menyebabkan banjir dahsyat di Libya yang menyapu seluruh lingkungan dan menghancurkan rumah-rumah di beberapa kota pesisir di timur negara Afrika Utara itu. Sebanyak 2.000 orang dikhawatirkan tewas, kata salah satu pemimpin negara itu pada hari Senin (11/9).
Kehancuran terbesar terjadi di Derna, sebuah kota yang dulunya dikuasai kelompok ekstremis dalam kekacauan yang melanda Libya selama lebih dari satu dekade dan menyebabkan infrastrukturnya hancur dan tidak memadai. Libya masih terpecah menjadi dua pemerintahan yang bersaing, satu di timur dan satu lagi di barat, yang masing-masing didukung oleh milisi dan pemerintah asing.
Jumlah korban tewas yang terkonfirmasi akibat banjir akhir pekan mencapai 61 orang pada Senin (11/9) malam, menurut otoritas kesehatan. Namun penghitungan tersebut tidak termasuk Derna, yang tidak dapat diakses lagi, dan ribuan orang yang hilang di sana diyakini terbawa arus air.
Video yang dibuat oleh penduduk kota yang diunggah secara online menunjukkan kehancuran besar. Seluruh kawasan pemukiman tersapu sepanjang sungai yang mengalir dari pegunungan melalui pusat kota. Gedung apartemen bertingkat yang dulunya terletak jauh dari sungai kini sebagian ambruk ke dalam lumpur.
Dalam wawancara telepon dengan stasiun televisi al-Masarhari Senin, Perdana Menteri, Ossama Hamad, dari pemerintah Libya timur mengatakan 2.000 orang dikhawatirkan tewas di Derna dan ribuan lainnya diyakini hilang. Dia mengatakan Derna telah ditetapkan sebagai zona bencana.
Ahmed al-Mosmari, juru bicara angkatan bersenjata negara yang berbasis di timur, mengatakan pada konferensi pers bahwa jumlah korban tewas di Derna telah melampaui 2.000 orang. Dia mengatakan ada antara 5.000 dan 6.000 orang yang dilaporkan hilang. Al-Mosmari mengaitkan bencana tersebut dengan runtuhnya dua bendungan di dekatnya, yang menyebabkan banjir bandang yang mematikan.
Sejak pemberontakan tahun 2011 yang menggulingkan dan kemudian membunuh penguasa lama Moammar Gadhafi, Libya tidak memiliki pemerintahan pusat dan pelanggaran hukum yang diakibatkannya berarti berkurangnya investasi di bidang jalan raya dan layanan publik serta minimnya regulasi terhadap bangunan swasta.
Negara ini kini terpecah antara pemerintah yang saling bersaing di timur dan barat, yang masing-masing didukung oleh sejumlah milisi.
Derna sendiri, bersama dengan kota Sirte, dikuasai oleh kelompok-kelompok ekstremis selama bertahun-tahun, pernah dikuasai oleh mereka yang berjanji setia kepada ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah), hingga pasukan yang setia kepada pemerintah yang berbasis di wilayah timur mengusir mereka pada tahun 2018.
Setidaknya 46 orang dilaporkan tewas di kota Bayda di bagian timur, kata Abdel-Rahim Mazek, kepala pusat medis utama kota itu. Tujuh orang lainnya dilaporkan tewas di kota pesisir Susa di timur laut Libya, menurut Otoritas Ambulans dan Darurat. Tujuh orang lainnya dilaporkan tewas di kota Shahatt dan Omar al-Mokhtar, kata Ossama Abduljaleel, menteri kesehatan. Satu orang dilaporkan tewas pada hari Minggu di kota Marj.
Bulan Sabit Merah Libya mengatakan tiga pekerjanya meninggal saat membantu keluarga di Derna. Sebelumnya, kelompok tersebut mengatakan mereka kehilangan kontak dengan salah satu pekerjanya ketika ia berusaha membantu sebuah keluarga yang terjebak di Bayda. Puluhan orang lainnya dilaporkan hilang, dan pihak berwenang khawatir mereka mungkin tewas dalam banjir yang menghancurkan rumah dan properti lainnya di beberapa kota di Libya timur, menurut media lokal.
Di Derna, media lokal mengatakan situasinya sangat buruk karena tidak adanya listrik atau komunikasi.
Essam Abu Zeriba, menteri dalam negeri pemerintah Libya timur, mengatakan lebih dari 5.000 orang diperkirakan hilang di Derna. Dia mengatakan banyak korban yang hanyut menuju Mediterania.
“Situasinya tragis,” katanya dalam wawancara telepon dengan Al Arabiya. Dia mendesak lembaga-lembaga lokal dan internasional untuk segera membantu kota tersebut.
Georgette Gagnon, koordinator kemanusiaan PBB untuk Libya, mengatakan laporan awal menunjukkan bahwa puluhan desa dan kota “terkena dampak parah… dengan banjir yang meluas, kerusakan infrastruktur, dan korban jiwa.”
“Saya sangat sedih dengan dampak parah (badai) Daniel terhadap negara ini… Saya menyerukan kepada semua mitra lokal, nasional, dan internasional untuk bergandengan tangan memberikan bantuan kemanusiaan yang mendesak kepada masyarakat di Libya timur,” tulisnya di Platform X, sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
Dalam sebuah postingan di X, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Libya mengatakan pihaknya telah melakukan kontak dengan PBB dan pihak berwenang Libya dan sedang menentukan cara untuk mengirimkan bantuan ke daerah yang paling terkena dampak.
Selama akhir pekan, warga Libya berbagi rekaman di media sosial yang menunjukkan rumah-rumah dan jalan-jalan yang terendam banjir di banyak wilayah di Libya timur. Mereka memohon bantuan ketika banjir mengepung orang-orang yang berada di dalam rumah dan kendaraan mereka.
Ossama Hamad, perdana menteri pemerintah Libya timur, menyatakan Derna sebagai zona bencana setelah hujan lebat dan banjir menghancurkan sebagian besar kota yang terletak di delta sungai kecil Wadi Derna di pantai timur Libya. Perdana menteri juga mengumumkan tiga hari berkabung dan memerintahkan bendera di seluruh negeri diturunkan menjadi setengah tiang.
Menguasai Libya timur dan barat, Cmdr. Khalifa Hifter mengerahkan pasukan untuk membantu warga di Benghazi dan kota-kota timur lainnya. Ahmed al-Mosmari, juru bicara pasukan Hifter, mengatakan mereka kehilangan kontak dengan lima tentara yang membantu keluarga yang terkepung di Bayda.
Pemerintah asing mengirimkan pesan dukungan pada hari Senin malam. Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan, presiden Uni Emirat Arab, mengatakan negaranya akan mengirimkan bantuan kemanusiaan dan tim pencarian dan penyelamatan ke Libya timur, menurut kantor berita WAMyang dikelola pemerintah UEA.
Turki, yang mendukung pemerintah negara yang berbasis di Tripoli di barat, juga menyampaikan belasungkawa, bersama dengan negara tetangganya, Aljazair dan Mesir, serta Irak.
Badai Daniel diperkirakan akan tiba di beberapa bagian barat Mesir pada hari Senin, dan otoritas meteorologi negara tersebut memperingatkan kemungkinan hujan dan cuaca buruk. (AP/Al Arabiya/WAM)
Editor : Sabar Subekti
Mensos Tegaskan Tak Ada Bansos untuk Judi Online
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menegaskan tak ada ...