Bank Dunia Dilanda Frustrasi
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM – Bank Dunia menghadapi krisis internal serius, dipicu oleh ketidakpuasan atas program reformasi yang dicanangkan oleh presidennya, Jim Yong Kim. Niat baik reformasi yang dia umumkan sejak menjabat tahun 2012, pada awalnya mendapat sambutan positif. Namun, efektivitas eksekusinya kini dipertanyakan.
“Di antara 16.000 karyawan Bank Dunia, Kim kini semakin dipandang sebagai ‘orang luar’ yang tidak mengerti lembaga yang dipimpinnya,” demikian laporan The Economist terbaru, yang membeberkan keguncangan di lembaga keuangan internasional itu, lewat laporan berjudul Opprobrium from the Atrium.
Sejak menjabat sebagai Presiden Bank Dunia pada 2012 dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat, warga negara AS berdarah Korea ini mencanangkan pentingnya reformasi pada lembaga keuangan itu, yang berfungsi menyediakan pinjaman pembangunan bagi negara-negara sedang berkembang. Menurut dia, Bank Dunia harus mengubah cara kerjanya, sehingga tetap relevan bagi dunia. Harap dicatat, banyak negara yang menganggap tidak lagi membutuhkan dua hal yang selama ini menjadi bisnis utama Bank Dunia di negara miskin: dana murah dan keahlian ekonomi.
Juli lalu, lembaga yang berdiri tahun 1945 ini mulai mengimplementasikan struktur baru. Dalam struktur ini, wewenang dan anggaran digeser. Jika selama ini wewenang itu berada di kantor-kantor perwakilan Bank Dunia di berbagai negara, sekarang dialihkan kepada program sentralistik tematis, seperti program air bersih, program kesehatan, dan sejenisnya. Selain itu, pada 30 Oktober lalu Kim juga mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja terhadap 500 karyawan yang dirampungkan dalam waktu tiga tahun.
Terlepas dari apakah rencana ini baik atau buruk, yang jelas eksekusinya tidak berjalan mulus. Para staf Bank Dunia di kantor-kantor perwakilan mengeluh tak lagi memiliki anggaran untuk melaksanakan kegiatannya. Padahal, tugas mereka adalah menjajaki peluang memberikan pinjaman kepada negara-negara dimaksud.
Pada sisi lain, lembaga ini juga terkesan lambat untuk mengidentifikasi belanja yang harus dipotong untuk mencapai penghematan sebesar US$ 400 juta yang direncanakan Kim. Pada saat yang sama, keresahan menjalari karyawan, karena peran mereka dalam struktur baru yang tersentralisasi itu belum jelas.
Keadaan bertambah runyam karena Kim dianggap lebih mempercayai orang luar daripada orang dalam Bank Dunia sendiri. Kim yang adalah ahli kesehatan publik dari Harvard dan menjadi presiden Dartmouth College, AS, telah memanggil sejumlah ‘orang luar’ Bank Dunia untuk mengisi di posisi-posisi strategis. Ia juga membawa konsultan-konsultan dari McKinsey dan Booz Allen Hamilton untuk membantunya.
Di antara orang-orang luar itu, yang kini menjadi sasaran ketidakpuasan karyawan adalah Bertrand Badré. Bankir berkebangsaan Prancis yang direkrut dari Société Générale itu, ditempatkan sebagai Chief Financial Officer (CFO). Bertrand Badré baru-baru ini dipermalukan setelah terungkap dia memperoleh bonus khusus sebesar US$ 94.750 di luar gaji bebas pajaknya yang US$ 379,000. Belakangan Badré mengembalikan bonus tersebut.
Salah satu kelemahan Kim, menurut The Economist ialah menganggap reformasi yang dia canangkan akan berjalan dengan sendirinya. Beberapa kali dalam wawancara ia meremehkan keluhan-keluhan yang muncul. Sejumlah pendukungnya pun demikian, dan menganggap ketidakpuasan yang terjadi ini lebih karena aksi seorang karyawan di tingkat menengah bernama Fabrice Houdart.
Kini, demikian The Economist, bahkan para loyalis Kim pun mulai frustrasi dengan ketidakmampuan Kim memfokuskan diri pada reformasi yang ia canangkan. Aktivitasnya yang berlebihan akhir-akhir ini terkait dengan krisis ebola. Pada satu sisi memang memberinya pujian dari kalangan media, namun di lain pihak, orang dalam melihatnya sebagai gangguan. Seorang pembantu dekatnya, mengkritik, “Tahun lalu dia menjadi Bapak Perubahan Iklim, sekarang dia menjadi Bapak Ebola.”
Sejak terjadinya aksi protes karyawan Oktober lalu, Kim mulai mengadopsi nada yang lebih lunak terhadap stafnya. Ia menjanjikan komunikasi internal yang lebih baik dan akan lebih cepat mengakhiri ketidakpastian di kalangan karyawan.
Kim membantah bahwa 14 inisiatif reformasi yang ia canangkan akan membuat Bank Dunia semakin birokratis. Sebaliknya, kata dia, inisiatif itu akan memampukan Bank Dunia menjangkau jejaring keahlian di seluruh dunia secara lebih cepat dan efisien.
Kim beruntung, dengan krisis internal yang terjadi sejauh ini posisinya tampaknya masih aman. Ini terutama karena ia mendapat dukungan dari Amerika Serikat, yang pengaruhnya masih besar. Meskipun demikian, apabila Kim tidak dengan tegas bergerak mengatasi problem anggaran di lembaga itu, serta tidak merangkul para stafnya, kepemimpinannya terancam menjadi sebuah kegagalan yang mahal.
Editor : Eben Ezer Siadari
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...