Bank Dunia Umumkan Fasilitas Aset Karbon Transformatif
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Bank Dunia bersama sejumlah negara mitra mengumumkan pembentukan Fasilitas Aset Karbon Transformatif sebagai wadah penghimpun dana guna mengatasi sejumlah permasalahan yang diakibatkan dampak perubahan iklim global.
"Perubahan iklim adalah ancaman mendasar bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan," kata Presiden Bank Dunia, Jim Yong Kim dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, hari Selasa (1/12).
Menurut dia, tanpa adanya tindakan yang nyata dan tegas yang dilakukan saat ini juga, maka memanasnya suhu planet dinilai juga mengancam tingkat kesejahteraan banyak masyarakat di dunia.
Ia mengungkapkan, dengan bekerja sama dengan sejumlah negara mitra seperti Norwegia, Swedia, Jerman, dan Swiss, pihaknya membuat fasilitas baru tersebut yang akan mempercepat kemajuan dalam memitigasi emisi dalam cara-cara yang inovatif.
Presiden Bank Dunia menyatakan, sasaran fasilitas ini adalah membantu transisi negara-negara berkembang dari merencanakan hingga mengimplementasikan kebijakan menggunakan mekanisme harga karbon, dengan menyediakan pembayaran bagi hasil yang tercapai dan dalam prosesnya mencapai tujuan mengatasi perubahan iklim.
Secara kolektif, kata dia, negara-negara mitra itu diperkirakan berkomitmen mengucurkan dana hingga 250 juta dolar pada tahun 2016 mendatang guna membuka fasilitas tersebut.
Penghimpunan dana itu akan tetap terbuka untuk kontribusi dari pihak lainnya sampai target awal sebesar 500 juta dolar AS dapat tercapai.
Jim Yong Kim mengemukakan, fasilitas itu merupakan salah satu inisiatif baru Bank Dunia sebagai bagian komitmen tindakan nyata menghindari kenaikan suhu hingga dua derajat celcius.
"Investasi baru dalam energi yang bersih dan infrastruktur ramah iklim lainnya penting untuk mencapai komitmen yang telah dibuat negara-negara berkembang," paparnya.
Ia juga mengatakan, fasilitas itu akan menyediakan insentif bagi negara-negara untuk mengimplementasikan pengukuran dan kebijakan harga karbon yang berdampak kepada mitigasi perubahan iklim.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menegaskan Indonesia berkepentingan untuk memastikan semua pihak memiliki pemahaman dan langkah yang sama dalam menghadapi perubahan iklim.
"Kita memberikan dukungan politik, sama seperti konferensi sebelumnya, kita berikan komitmen," kata Presiden sesaat sebelum bertolak menuju Paris, Prancis, hari Minggu (29/11) dari Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta.
Kepala Negara mengatakan Indonesia memiliki 17.000 pulau dan bila terjadi kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim maka akan berpengaruh, sehingga Indonesia berkepentingan untuk memastikan hal itu sama-sama diminimalisasi. (Ant)
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...