Banyuwangi Tuan Rumah Kontes Kopi Specialty Indonesia 2015
BANYUWANGI, SATUHARAPAN.COM – Kabupaten Banyuwangi, menjadi tuan rumah kontes kopi specialty Indonesia (KKSI) ke-7, yang digelar oleh Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI). Kontes ini makin menegaskan Banyuwangi sebagai salah satu kota kopi yang diperhitungkan secara nasional.
Ketua AEKI sekaligus ketua panitia kontes kopi KKSI Pranoto Soenarto mengatakan, kontes kopi ini bertujuan untuk mendorong lahirnya kopi-kopi di indonesia yang memiliki kekhasan citarasa dan keunggulan karakteristik.
Agar nantinya bisa meningkatkan mutu dan harga kopi. “Kita juga ingin meningkatkan citra kopi Indonesia di mata internasional,” kata Pranoto.
Saat ini, Indonesia sendiri menempati posisi ketiga sebagai produsen kopi terbesar dunia setelah Brazil dan Vietnam.
Namun untuk kualitas Indonesia paling unggul dibanding lainnya. Indonesia saat ini baru memasok 20 persen kopi dunia.
“Secara global permintaan kopi terus bertambah. Pasokan kopi pun masih kurang 6 persen. Kami mendorong para petani Indonesia untuk terus menanam kopi sambil terus berupaya meningkatkan kuantitas produksi kopi para petani,” kata Pranoto.
Kontes kali ini, katanya diikuti oleh 137 sampel kopi yang dikirim dari petani dan perkebunan dari seluruh Indonesia.
Jumlah itu, terdiri dari 76 sampel kopi jenis Arabica, dan 61 sampel kopi jenis robusta.
Dewan juri terdiri atas tester kopi profesional dari dalam dan luar negeri. Dua diantara dewan juri tersebut sekaligus importir kopi dari Jerman dan Belanda.
“Dewan juri telah menyeleksi menjadi 20 finalis sampel arabica dan 20 finalis sampel robusta yang penilaian akhirnya dilakukan saat ini di Banyuwangi,” kata Pranoto.
Kriteria penilaian pada kontes ini, kata Pranoto antara lain penampilan, rasa dan aroma kopi. Selain itu untuk mengikuti lomba ini, petani kopi mengirimkan sampel kopi yang sudah produksi minimal 1 ton.
Tujuannya, agar bisa melakukan ekspor bila menang. "Kopi yang terbaik dari kontes ini nantinya akan mendapatkan hadiah uang dan dipromosikan langsung ke luar negeri," kata Pranoto.
Salah satu tester kopi nasional yang menjadi juri kontes kopi, Setiawan Subekti mengatakan, ajang yang digelar AEKI bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI) ini, sebelumnya dipusatkan di Jakarta.
Untuk tahun ke 7 ini, sengaja digelar di Banyuwangi. “Banyuwangi dipilih sebagai tempat penyelenggaraan kontes kopi nasional karena jadi salah satu daerah penghasil kopi yang memiliki cita rasa khas,” kata Iwan
Banyuwangi sendiri memproduksi kopi 9000 ton/tahun.
Kopi yang diproduksi terdiri dari 90 persen jenis robusta dan 10 persen jenis arabica.
“Banyuwangi juga menunjukkan komitmennya dalam menjadikan kopi tidak hanya sebagai ikon minuman khas daerah, tapi juga identitas daerah yang membanggakan,” kata Iwan.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas menyambut baik digelarnya kontes kopi nasional di Banyuwangi.
Ini selaras dengan upaya Pemkab yang terus mendorong eksistensi kopi sebagai salah satu identitas daerah.
“Kami bangga kontes ini diadakan di Banyuwangi. Ini akan merangsang petani kopi di Banyuwangi untuk ikut menciptakan kopi terbaik,” kata Anas.
Banyuwangi juga menjadikan kopi sebagai bagian dari pengembangan pariwisata daerah. Bahkan kopi telah menjadi oleh-oleh khas yang mulai banyak dicari.
“Pariwisata kami kembangkan selaras dengan potensi lokal, ini juga akan merangsang geliat ekonomi petani dan perajin kopi lokal,” kata Anas.
Seperti Festival Ngopi Sepuluh Ewu (ngopi sepuluh ribu cangkir-red) yang digelar, Selasa (20/10) di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah.
Even Pariwisata Festival Ngopi ini, diadakan tiap tahun sejak 2013, untuk mengangkat eksistensi kopi Banyuwangi. Di ajang ini, sebanyak 10 ribu lebih cangkir kopi akan disuguhkan kepada masyarakat untuk diminum secara gratis. (banyuwangikab.go.id)
Editor : Bayu Probo
AS Memveto Resolusi PBB Yang Menuntut Gencatan Senjata di Ga...
PBB, SATUHARAPAN.COM-Amerika Serikat pada hari Rabu (20/11) memveto resolusi Dewan Keamanan PBB (Per...