Basuki Memberikan Pesan tentang Peristiwa Mei 1998
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Dalam sambutannya pada acara Peletakan Batu Pertama Prasasti Jarum Mei 1998, Minggu (18/5) di TPU Pondok Rangon, Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama memberikan pesan-pesannya mengenai pemaknaan Peristiwa Mei 1998 dan perjuangan mencapai keadilan sosial.
Menurut Basuki, kematian para korban tidaklah sia-sia. “Saya kira tidak akan sia-sia jika orang-orang yang tidak bersalah itu mati pada Peristiwa Mei 1998. Tidak ada satu pun kematian yang sia-sia untuk semua bangsa. Kita pun tidak perlu takut mati untuk memperjuangkan ini semua. “
Namun Basuki juga mengingatkan agar keluarga tidak terpuruk pada luka lama Peristiwa Mei 1998.
“Kita, juga keluarga korban, perlu belajar dari Nelson Mandela. Ketika Mandela keluar penjara, ia bergandengan tangan dengan de Klerk (mantan Presiden Afrika Selatan, Red) dan mengajaknya untuk belajar dari masa lalu serta menjamin peristiwa yang sama tidak akan terulang lagi. Itulah semangat kita hari ini, memperjuangkan agar peristiwa yang sama tidak terulang.”
Selanjutnya mantan Bupati Belitung Timur itu memberikan pesan pada Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta mengenai Prasasti Jarum Mei 1998 yang akan didirikan di TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur. “Tadi saya sudah katakan kepada Dinas Pertamanan dan Pemakaman, masa sih bikin prasasti saja tidak bisa dianggarkan? Kalau tidak ada anggarannya, minta sama saya! Susahnya apa?”
Dinas Perhubungan (Dishub) pun tidak luput dari pesan-pesan Basuki. “Di sini ada Pak Bernhard yang mewakili Dishub. Dishub harus membuat tanda jalan di sini. Harus dibuat tanda-tanda lalu lintas di jalan untuk mengarahkan masyarakat ke sini, ke Prasasti Jarum Mei 1998.”
Menurutnya dengan demikian para turis atau masyarakat yang ingin datang ke Prasasti Jarum Mei 1998 mendapat petunjuk jalan yang jelas.
Untuk menutup sambutannya, Basuki memberi pesan bagi para mahasiswa yang hadir agar merawat semangat yang telah ada saat ini. “Masa depan bangsa ini ditentukan oleh kita yang tidak lupa pada sejarah. Jadi saya mengapresiasi para mahasiswa yang hadir di sini karena tidak ingin melupakan sejarah.”
Ia menceritakan bagaimana sebuah museum di Amerika Serikat (AS) meninggalkan kesan yang dalam pada dirinya.
“Saya sangat terkesan dengan sebuah museum di Philadelphia yang menyimpan dokumentasi sejarah penyiksaan terhadap kulit hitam, sejarah bagaimana perempuan hitam tidak memiliki hak pilih apalagi dipilih. Semua tentang penyiksaan-penyiksaan itu ditaruh pada bangunan sejarahnya supaya bangsa itu tidak lupa,” ia menceritakan.
“Nah kalau kita paling suka menutup-nutupi sejarah supaya tidak ketahuan boroknya. Padahal seharusnya itu semua dicatat. Bukan untuk menyimpan dendam, melainkan untuk mengingatkan kita jangan sampai kita melakukan hal yang buruk lagi. Tuhan memberkati bangsa Indonesia!” Basuki menutup sambutannya.
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...