Loading...
TOPIK PILIHAN
Penulis: Sabar Subekti 09:28 WIB | Kamis, 19 Desember 2024

Beberapa Negara Asia Akan Peringati 20 Tahun Tsunami Samudra Hindia

Tentara dan anggota Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menanam bibit bakau dalam acara yang diadakan di pantai yang hancur akibat gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004, menjelang peringatan 20 tahun bencana tersebut, di Banda Aceh pada 9 Oktober 2024. (Foto: dok. AFP)

JAKARTA, SATUHARAPN.COM-Negara-negara yang dilanda tsunami minggu depan akan mengenang lebih dari 220.000 orang yang meninggal dalam bencana dua dekade lalu, ketika gelombang besar menghantam masyarakat pesisir di sekitar Samudra Hindia.

Upacara peringatan dan keagamaan di tepi pantai akan diadakan di seluruh Asia di Indonesia, Sri Lanka, India, dan Thailand, yang merupakan negara-negara yang paling parah dilanda salah satu bencana paling mematikan dalam sejarah modern.

Pada tanggal 26 Desember 2004, gelombang tsunami setinggi 30 meter (98 kaki) di beberapa daerah menyapu bersih daerah pesisir, memecah belah keluarga, membuat ribuan orang kehilangan tempat tinggal, dan menewaskan wisatawan yang sedang berlibur di pantai-pantai yang dipenuhi pohon palem.

“Anak-anak, istri, ayah, ibu, semua saudara saya tersapu,” kata Baharuddin Zainun, seorang penyintas dan nelayan di Provinsi Aceh, Indonesia, yang berusia 70 tahun. “Tragedi yang sama juga dirasakan oleh orang lain. Kami merasakan perasaan yang sama.”

Gempa bumi berkekuatan 9,1 skala Richter bawah laut menyebabkan garis patahan terbesar yang pernah tercatat, mengirimkan gelombang raksasa yang menghantam masyarakat pesisir di sekitar cekungan Samudra Hindia.

Dasar laut yang terbelah mendorong gelombang dengan kecepatan dua kali lipat kecepatan kereta peluru, melintasi Samudra Hindia dalam hitungan jam tanpa peringatan.

Sebanyak 226.408 orang meninggal akibat tsunami, menurut EM-DAT, basis data bencana global yang diakui.

Di Indonesia, tempat lebih dari 160.000 orang meninggal, para pelayat akan berkumpul di Banda Aceh untuk serangkaian upacara, dimulai dengan mengheningkan cipta sesaat sebelum pukul 08:00 pagi waktu setempat (01:00 GMT) saat bencana melanda.

Pejabat pemerintah, perwakilan LSM, dan anggota masyarakat akan mengunjungi kuburan massal di Banda Aceh tempat hampir 50.000 jenazah dikuburkan, sebelum salat Isya di masjid agung kota tersebut.

Upacara Kereta Api di Sri Lanka

Di Sri Lanka, tempat lebih dari 35.000 orang tewas, kereta ekspres yang dibangun kembali yang dihantam ombak raksasa 20 tahun lalu akan melaju dari ibu kota Kolombo ke tempat yang sama di Peraliya tempat kereta itu terlempar dari rel.

Upacara keagamaan singkat akan diadakan bersama keluarga korban tewas dari insiden yang menewaskan sekitar 1.000 penumpang, serta warga yang naik kereta setelah gelombang pertama menggenangi daerah dataran rendah.

Upacara-upacara Buddha, Hindu, Kristen, dan Muslim juga akan diadakan untuk mengenang para korban di seluruh negara kepulauan Asia Selatan tersebut.

Peringatan di Thailand

Di Thailand, di mana angka resmi menyebutkan lebih dari 5.000 orang tewas, sekitar setengahnya adalah wisatawan asing, dan 3.000 orang hilang, ratusan orang diperkirakan akan menghadiri upacara peringatan pemerintah yang ditetapkan pada tanggal 26 Desember.

Di antara mereka yang diundang adalah perwakilan dari negara-negara asing yang wisatawannya merupakan sekitar 2.500 dari korban tewas.

Di sebuah hotel di Provinsi Phang Nga, akan ada pameran tsunami, pemutaran film dokumenter, dan perkenalan oleh pemerintah dan badan-badan PBB tentang kesiapsiagaan bencana dan langkah-langkah ketahanan.

Penduduk setempat dan pelayat dari seluruh Thailand kemungkinan akan mengadakan upacara peringatan tidak resmi dengan menyalakan lilin di sepanjang pantai.

Acara "jalan-lari" peringatan yang ditetapkan pada tanggal 27 Desember akan dimulai di Taman Peringatan Tsunami Ban Nam Khem, sebuah taman pantai dengan patung Buddha dan dinding beton melengkung yang menggambarkan gelombang, sebelum berhenti di Museum Tsunami di dekatnya.

Hampir 300 orang tewas di Somalia, serta lebih dari 100 orang di Maladewa dan puluhan orang di Malaysia dan Myanmar.Tidak ada sistem peringatan di Samudra Hindia pada tahun 2004, tetapi kini jaringan stasiun pemantauan yang canggih telah mempersingkat waktu peringatan.

“Penting bagi kita semua untuk mengetahui, menyebarluaskan, dan mensimulasikan (bencana),” kata guru Indonesia, Marziani, yang hanya menggunakan satu nama dan kehilangan seorang anak dalam tsunami 2004. “Jika kami tahu saat itu, gunung itu tidak jauh, kami bisa lari darinya.” (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home