Begini Cara Kafein Pengaruhi Kualitas Tidur Seseorang
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pola tidur seseorang unik untuk tipe tubuh, kesehatan dan usia mereka. Tetapi, setiap orang memiliki ritme sirkadian yang berarti mereka terprogram untuk merespons terbit dan terbenamnya matahari, kata founder sekaligus president of the Valley Sleep Center di Arizona, Lauri Leadley.
Kafein, sambung dia, seperti disiarkan LiveScience belum lama ini, dapat mengganggu siklus tidur-bangun alami ini yang akhirnya mempengaruhi tidur seseorang.
Menurut review tahun 2022 dalam Journal of Sleep Research, kadar adenosin biasanya lebih tinggi di malam hari. Ini artinya orang merasa mengantuk menjelang waktu tidur.
Konsumsi kafein akan menghambat adenosin yang dapat membuat orang terlalu waspada untuk dapat tertidur. Kafein juga mengganggu hormon pemicu tidur.
"Saat kita mengonsumsi kafein di siang hari, di malam hari hal itu menyebabkan penurunan metabolit utama melatonin, hormon pemicu tidur, yang merupakan salah satu alasan tidur terganggu," kata Dr Peter Polos yang mendapatkan sertifikasi dalam pengobatan tidur dan paru-paru.
Efek kafein yang berdampak pada tidur dapat bertahan lama setelah seteguk terakhir kopi. Begitu berada di dalam tubuh, kafein bertahan selama beberapa jam. Tubuh membutuhkan waktu sekitar enam jam untuk menghilangkan setengah dari efek kafein.
Sebuah studi tahun 2013 dalam Journal of Clinical Sleep Medicine membagi orang menjadi tiga kelompok yakni individu yang minum kafein enam jam, tiga jam atau tepat sebelum tidur. Hasilnya, bahkan mereka yang berhenti minum kafein enam jam sebelum tidur mengalami pengurangan waktu tidur selama satu jam penuh.
"Karena lamanya waktu yang dibutuhkan kafein untuk meninggalkan sistem anda, disarankan untuk tidak minum kafein sebelum tidur, setelah makan malam, atau anda mungkin menghabiskan berjam-jam bolak-balik ketika seharusnya tertidur," kata Leadley.
Kafein sebenarnya tidak hanya memengaruhi lama tidur, tetapi juga menghambat kualitas tidur. Studi menunjukkan kafein mengurangi gelombang tidur yang merupakan tahap tidur nyenyak dan membuat seseorang merasa segar dan terjaga di pagi hari.
Tetapi seberapa banyak seseorang merespons kafein dipengaruhi oleh faktor-faktor termasuk usia, metabolisme, dan genetika.
Satu ulasan tahun 2017 dalam Jurnal Sleep Medicine menunjukkan orang menjadi lebih sensitif terhadap sifat stimulan kafein seiring bertambahnya usia.
Toleransi juga berperan. Individu yang mengonsumsi lebih sedikit kafein lebih sensitif terhadap efek samping, yang dapat menyebabkan keterlambatan tidur.
"Mereka yang sering minum kopi mungkin tidak menghadapi tantangan yang sama saat tertidur," kata Polos.
Festival Film Berlin Tinggalkan Medsos X
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Festival Film Berlin menjadi festival film papan atas Eropa terbaru yang ...