Bekasi Waspadai Penyakit ISPA, Malang Cegah Difteri Meluas
CIKARANG, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat mewaspadai sejumlah penyakit yang diderita masyarakat terutama pada musim kemarau ekstrem seperti saat ini di antaranya infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), diare, hingga flu.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Sri Enny Mainiarti mengatakan sejak Januari hingga September 2019 tercatat 2.137 kasus ISPA yang didominasi oleh balita.
"Penderita ISPA nonpneumonia (batuk pilek) terhadap bayi sebanyak 501 orang, balita sebanyak 1.202 orang serta anak di atas lima tahun sebanyak 434 orang," kata Sri Enny, Jumat (25/10).
Dia menjelaskan penyebaran pasien ISPA hampir merata di seluruh wilayah Kabupaten Bekasi baik di RSUD maupun pusat-pusat kesehatan masyarakat.
"Pasien ISPA terbanyak tercatat ditangani di Puskesmas Karangsambung, Kedungwaringin, Jatimulya, Mekarmukti, dan Mekarsari," ujarnya.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) suhu di Bekasi mencapai 34 derajat celcius. Tahun 2019 diprediksi suhu panas lebih parah dibanding tahun lalu dan kondisi ini berlangsung beberapa waktu ke depan.
Menurut Sri Enny, penyakit pernafasan memang menjadi kasus utama yang terjadi selama musim kemarau. Untuk itu masyarakat diimbau menjaga kesehatan dengan mengonsumsi buah dan sayur serta mengenakan masker saat beraktivitas di luar ruangan.
"Pencegahan yang bisa dilakukan antra lain makan dan minum dijaga dengan baik, harus cukup minum, menggunakan masker dan payung kalau di luar ruangan," ucapnya.
Dia menambahkan perbedaan suhu ekstrem antara siang dan malam ditambah kemarau yang kering dan banyak debu akan berpotensi meningkatkan risiko terkena penyakit Ispa.
"Jadi tetap berperilaku hidup bersih dan sehat, boleh juga konsumsi multivitamin sebelum beraktifitas," kata Sri Enny.
Cegah Penularan Difteri Meluas di Malang
Sementara itu, Dinas Kesehatan Jawa Timur menyiapkan upaya untuk mencegah penularan difteri di Kota Malang meluas ke daerah lain, termasuk di antaranya menggiatkan penyuluhan kesehatan ke masyarakat.
"Caranya dengan penyuluhan masyarakat, pengobatan kasus dan kontak erat, mengimbau masyarakat jaga kondisi badan, memperhatikan etika batuk, dan yang paling penting adalah imunisasi," kata Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur Kohar Hari Santoso di Surabaya, Jumat (25/10).
Dinas Kesehatan menjalankan langkah antisipasi penyebaran difteri setelah 200 lebih siswa dan belasan guru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Malang dinyatakan positif sebagai pembawa bakteri penyebab difteri.
Kohar memuji respons warga Malang berkenaan dengan penularan difteri, namun mengingatkan pentingnya imunisasi dan pengobatan dalam mengatasi penularan infeksi difteri.
"Sementara agar daya tahan seseorang itu baik, maka imunisasi harus dilakukan. Mereka yang sudah imunisasi lengkap, tidak usah khawatir jika ada kasus atau ada seseorang yang positif carrier atau pembawa bakteri difteri karena sudah punya daya tahan," katanya.
Ia juga mengimbau warga yang mengalami gejala sakit segera memeriksakan diri dan meminta warga mengikutsertakan anaknya dalam program imunisasi pada November, memasuki Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
"Kalau sudah diimunisasi sampai 95 persen masyarakat maka bisa terbentuk kekebalan kelompok. Tapi lebih baik lagi jika 100 persen dari semua anak yang terimunisasi difteri," kata Kohar.
Mengenai penularan difteri di daerah lain, Kohar mengakui bahwa masih ada beberapa kasus, tapi tidak sebanyak di Kota Malang.
"Di daerah lain di Jatim ada tapi sedikit dan tidak seramai kasus di Kota Malang," tuturnya. (Ant)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...