Belajar kepada Handoko Wibowo
Melalui "Omah Tani", para petani menjadi makin melek hukum dan lebih bersikap demokratis.
SATUHARAPAN.COM – Handoko Wibowo, aktivis demokrasi yang getol mendampingi, mengadvokasi, membela, serta memperjuangkan nasib para petani Kabupaten Batang yang tergabung dalam ”Omah Tani”, meraih penghargaan bergengsi Yap Thiam Hien Award 2015.
Alumnus Fakultas Hukum UKSW 1986, pendiri ”Omah Tani” itu menjadi pengacara prodeo bagi sepuluh ribu petani Batang tanpa tanah pertanian sejak 1998. Kala itu, para petani berkonflik dengan PT Tratak dan merusak rumah mandor perusahaan tersebut. Pria kristiani, yang tinggal di tengah masyarakat muslim, itu pun mengajak para petani untuk menghentikan tindak kekerasan dan main hakim sendiri, dengan menggunakan pendekatan hukum dan membentuk serikat tani.
”Tindak kekerasan dan main hakim sendiri tidak akan pernah menghasilkan apapun, kecuali tindak kekerasan lain sebagai balasannya,” tegas pria berdarah Tionghoa kelahiran 9 November 1962. Pendidikan antikekerasan kepada para petani mendatangkan hasil yang luar biasa. Melalui sekolah informal ”Omah Tani”, para petani menjadi semakin melek hukum, lebih bersikap demokratis, dan mampu menyampaikan gagasan dan aspirasinya melalui dialog-dialog dan diskusi.
Hasilnya? Pada 2004 di Desa Simbangdesa dan Kebumen, Kecamatan Tulis, Tanah seluas 55 ha itu bisa dibagikan untuk 800 keluarga petani penggarap. Pada 2011 di Desa Kuripan, Subah, tanah seluas 45 ha lahan bisa didistribusikan untuk 145 keluarga. Di Desa Cepoko dan Wonomerto, Bandar, serta Kambangan, Blado, Tanah seluas 90 ha diredistribusikan untuk 425 keluarga. Demikian pula konflik lama dengan KPH Kendal yang berlangsung sejak 1965, pada 2008 bisa diselesaikan, tanah seluas 152 ha untuk 900 petani penggarap. Penyelesaian kasus ini membuat Indonesia memperoleh sertifikasi Eco Labeling untuk Kayu Jati dalam Perdagangan Internasional.
Todung Mulya Lubis, Ketua Yap Thiam Hien, menilai bahwa Handoko Wibowo layak menerima penghargaan ini karena telah berjuang puluhan tahun mendampingi korban-korban ketidakadilan dan konflik pertanahan.
Pendidikan demokrasi, antikekerasan, dan HAM membutuhkan pejuang yang tak kenal lelah, apalagi menyerah. Dan itu layak diperjuangkan. Nah, selamat mendidik!
Email : inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...