Belanda Laporkan Kasus MERS Pertama
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kasus pertama dari Middle East Respiratory Virus (MERS) telah terdeteksi di Belanda. Virus itu menjangkiti seorang pria yang telah melakukan perjalanan ke Arab Saudi, kata pihak otoritas, Rabu (14/5).
"Dia terinfeksi saat berkunjung ke Arab Saudi dan dirawat" di rumah sakit di Den Haag, kata Institut Nasional untuk Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan (RIVM) dalam sebuah pernyataan.
Pria itu didiagnosis pada Selasa dan dijaga dalam isolasi ketat.
Kondisinya stabil, kata RIVM, seraya menambahkan bahwa pihak berwenang telah menghubungi semua orang yang telah melakukan kontak dengannya.
Sementara Arab Saudi pada Rabu mengumumkan lima kematian baru akibat MERS, menambah jumlah korban meninggal di negara yang dilanda koronavirus misterius paling parah itu menjadi 157 orang sejak kasusnya muncul pada 2012.
Kementerian Kesehatan juga melaporkan 16 infeksi baru Middle East Respiratory Syndrome (MERS), membuat jumlah total yang dilaporkan sampai saat ini mencapai 511 kasus.
Tiga orang wanita, semuanya berusia di atas 60 tahun, meninggal di Riyadh, sementara dua orang pria berusia 56 dan 57 tahun meninggal di kota pelabuhan Jeddah, kata kementerian di situsnya.
Arab Saudi memenuhi sebagian besar dari total 571 kasus MERS di seluruh dunia yang dilaporkan ke Badan Kesehatan Dunia (WHO), 171 di antaranya terbukti berakibat fatal.
Di Indonesia, Menteri Agama Suryadharma Ali mengatakan hingga saat ini pemerintah belum mengambil kebijakan untuk mengurangi jumlah jamaah yang akan berangkat umroh/haji, menyusul menyebarnya virus MERS.
"Pemerintah belum memiliki alasan utuk menunda atau mengurangi jumlah jamaah yang akan umroh maupun menunaikan ibadah haji," katanya usai menghadiri perayaan Tri Suci Waisak 2558 BE/2014 di Candi Borobudur, Magelang, Rabu malam.
Ia mengatakan berita merebaknya MERS sebetulnya sejak 2012, dan pada 2014 semakin meningkat.
"Setahu saya, pada 2012 dan 2013 tidak ada korban dari kalangan jamaah umroh maupun haji Indonsia," katanya.
Menurut dia, pada 2014 terutama bulan April eskalasinya meningkat. Namun pemerintah belum akan mengambil kebijakan menunda atau mengurangi jumlah jamaah yangakan berangkat umroh/haji, karena ada beberapa alasan.
Pertama, kata dia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum menganggap kejadian tersebut sebagai kejadian luar biasa. Kemudian tingkat fatalitas akibat kematiannya tidak begitu besar, untuk MERS sekitar 34-35 persen, flu burung 85 persen, dan rabies 100 persen.
Namun, kata dia, bukan berarti pemerintah menganggap ringan keadaan ini. Pemerintah tetap waspada dengan melakukan langkah antisipasi, antara lain Kementerian Kesehatan sudah mengeluarkan lima buku pedoman untuk mengatasi MERS, dan nanti ada buku petunjuk bagi jamaah haji maupun umroh.
"Agar jamaah haji/umroh Indonesia yang pulang ke Tanah Air yang kemungkinannya terjangkit virus tersebut, tidak menyebar di Indonesia, maka di setiap bandara akan dipasang `thermal body scanner`. Sehingga, kalau ada yang suhu badannya tinggi atau panas tertentu, dan mencurigakan, akan terdeteksi," katanya.
Kemudian yang bersangkutan akan diobservasi. "Apabila ternyata bebas MERS maka bisa langsung pulang ke rumah," katanya. (AFP/Ant)
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...