Belanda Tidak akan Minta Maaf kepada Turki
DEN HAAG, SATUHARAPAN.COM - Perdana Menteri Belanda Mark Rutte menepis kemungkinan untuk meminta maaf karena melarang menteri Turki turut serta dalam kampanye pro-Ankara di sana, Minggu (12/3), tetapi mengatakan dirinya berharap sengketa diplomatik dapat diredam.
“Sama sekali tidak ada alasan yang bisa dibuat, mereka harus membuat alasan untuk apa yang mereka lakukan kemarin,” ujar Rutte kepada wartawan saat dia berkampanye untuk pemilu pada Senin (13/3).
Belanda geram setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengaitkan mereka dengan Nazi karena menolak mengizinkan para menterinya untuk menghadari kampanye propemerintah di Rotterdam, yang digelar untuk menggalang dukungan bagi referendum yang dapat memperluas kekuasaan presiden pada April.
“Negara ini dibom dalam Perang Dunia II oleh Nazi. Rasanya sangat tidak bisa diterima untuk berbicara dengan cara seperti ini,” ujar Rutte di Den Haag.
Keputusan yang diambil oleh Menteri Keluarga Turki Fatma Betul Sayan Kaya untuk menentang peringatan Belanda agar tidak datang ke Belanda telah menyebabkan “malapetaka,” katanya.
Dia mendesak warga Belanda untuk “tetap tenang. Kami memiliki masyarakat yang luar biasa… dan sebagian besar warga Belanda keturunan Turki telah berbaur dengan baik.”
Ketegangan masih tinggi, dengan Erogan pada Minggu memperingatkan bahwa Belanda akan “membayar konsekuensi” atas tindakannya.
Namun, Rutte mengatakan: “Untuk kepentingan hubungan kami di dalam Uni Eropa, dengan Turki, rasanya saat ini penting untuk mencoba meredam sejumlah peristiwa, tidak menambahnya.”
“Tentu, jika Turki terus berbicara dengan cara yang menyakiti tentang Belanda, kami harus mempertimbangkan langkah berikutnya.” (AFP)
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...