Belgia Adili Diplomat Iran Atas Dakwaan Serangan Teroris
ANTWERP, SATUHARAPAN.COM-Empat orang, termasuk seorang diplomat Iran yang diadili dengan dakwaan mendalangi serangan bom yang disponsori negara terhadap kelompok oposisi Iran yang berada di pengasingan di Prancis. Dia diancam hukuman penjara hingga 20 tahun oleh pengadilan di Belgia.
Terdakwa adalah pasangan dari Antwerp, Nasimeh N. dan Amir S, serta diplomat Iran Assadollah Assadi yang ditempatkan di Wina, dan penghubungnya di Belgia, Mehrdad A, menurut laporan Brussels Times.
“Bagi diplomat Iran yang didakwa kasus ini, hukuman penjara 20 tahun. Untuk pasangan yang memiliki bom tersebut, hukuman penjara 18 tahun, dan untuk tersangka keempat, hukuman penjara 15 tahun. Untuk tiga tersangka terakhir ini, jaksa penuntut federal juga meminta penarikan kewarganegaraan Belgia mereka,” kata juru bicara pengadilan Belgia tentang ancaman hukuman yang mungkin bagi mereka.
Diplomat Iran dan tiga warga Iran lainnya itu diadili di Antwerp, Belgia, pada hari Jumat (27/11) karena berencana untuk membom pertemuan kelompok oposisi di pengasingan pada tahun 2018 di Prancis. Ini pertama kalinya sebuah negara Uni Eropa mengadili seorang pejabat Iran atas tuduhan terorisme.
Jaksa Belgia menuduh diplomat yang berbasis di Wina, Assadolah Assadi, dan tiga orang lainnya merencanakan serangan terhadap rapat umum Dewan Nasional Perlawanan Iran (NCRI) yang berbasis di Paris. Pidato utama dalam rapat umum itu disampaikan oleh Rudy Giuliani, pengacara Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Assadi adalah penasihat ketiga di kedutaan Iran di Wina. Para pejabat Prancis mengatakan dia bertanggung jawab atas intelijen di Eropa selatan dan bertindak atas perintah dari Teheran.
Teheran telah berulang kali menolak tuduhan itu, menyebut tuduhan serangan itu sebagai aksi "bendera palsu" oleh NCRI, yang dianggap sebagai kelompok teroris.
Rencana Serangan Atas Nama Iran
Assadi belum mengomentari tuduhan tersebut. Pengacaranya mengatakan Assadi akan menjelaskan dirinya sendiri di persidangannya. Assadi memperingatkan pihak berwenang pada bulan Maret tentang kemungkinan pembalasan oleh kelompok tak dikenal jika dia terbukti bersalah, menurut dokumen polisi yang diperoleh oleh Reuters.
Pihak berwenang mengatakan serangan itu digagalkan oleh operasi terkoordinasi antara dinas keamanan Prancis, Jerman dan Belgia.
Assadi ditangkap saat berlibur di Jerman dan diserahkan ke Belgia, di mana dua orang yang diduga kaki tangannya telah ditangkap dengan membawa setengah kilo bahan peledak TATP dan sebuah detonator.
Menurut dokumen yang dilihat Reuters, pihak berwenang Belgia yakin Assadi membawa bahan peledak dari Teheran ke Wina dalam penerbangan komersial.
“Rencana serangan itu disusun atas nama Iran dan di bawah kepemimpinannya. Itu bukan inisiatif pribadi oleh Assadi, '' kata Jaak Raes, kepala layanan keamanan negara Belgia (VSSE), dalam sebuah surat kepada jaksa penuntut tertanggal 2 Februari 2020.
Prancis mengatakan kementerian intelijen Iran berada di belakang plot tersebut dan mengusir seorang diplomat Iran. UE membekukan aset unit intelijen dan pejabat Iran.
Negara-negara Eropa menyalahkan Iran atas dugaan rencana serangan lainnya terhadap para pembangkang, termasuk dua pembunuhan di Belanda pada tahun 2015 dan 2017 dan pembunuhan yang gagal di Denmark. Iran membantah terlibat, dengan mengatakan tuduhan itu dimaksudkan untuk merusak hubungan UE dan Iran.
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...