Bencana yang Berhubungan dengan Iklim Meningkat
JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Laporan baru menyebutkan, sebagian besar bencana alam yang terjadi pada tahun 2014 terkait dengan iklim.
Laporan Bencana Alam Dunia 2015, yang dirilis hari Selasa (22/9) oleh Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, mengatakan perubahan iklim akan menyebabkan peningkatan frekuensi dan tingkat keparahan bencana-bencana di masa datang.
Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, tahun 2014 dalam banyak hal secara statistik lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya, bila dikaitkan dengan bencana global. Laporan terakhir menyebutkan 317 bencana di dunia, angka terendah selama dekade terakhir atau 17 persen di bawah rata-rata.
Redaktur utama laporan tersebut, Mo Hamza, mengatakan hampir 107 juta orang terkena dampak bencana ini. Ia mengakui, angka ini meningkat sedikit dibandingkan tahun sebelumnya.
“Tapi, angka ini masih di bawah angka bencana tertinggi dalam dekade terakhir, yang terjadi pada tahun 2005 saat 810 bencana dilaporkan terjadi," katanya. "Pada tahun 2014, bencana ini menyebabkan 8.186 orang meninggal di berbagai penjuru dunia. Namun, tingkat kematian hampir 90 persen lebih rendah dibandingkan tingkat kematian rata-rata dalam dekade ini."
Asia adalah kawasan yang paling rentan mengalami bencana. Laporan ini menyebutkan 48 persen bencana terjadi di Asia pada tahun 2014. Lebih dari 85 persen korban tewas dan mereka yang terkena dampak bencana secara global juga berada di Asia.
Laporan ini, menempatkan Tiongkok, sebagai negara yang paling terkena dampak bencana di dunia, di mana 731 orang tewas dalam gempa yang terjadi pada Agustus 2014. Laporan ini menyebutkan bencana kekeringan, badai dan banjir berdampak pada lebih dari 58 juta orang di Tiongkok.
Hamza mengatakan, pada VOA bahwa 87 persen bencana global berhubungan dengan iklim, melanjutkan tren 20 tahun bencana yang terkait iklim.
“Tidak diragukan lagi bahwa bencana-bencana besar dipengaruhi oleh perubahan iklim, dalam hal frekuensi dan tingkat kekuatannya," katanya. "Tapi yang penting adalah betapa rentannya populasi di lokasi-lokasi titik panas, yaitu di delta dataran rendah dan zona pesisir, contohnya."
Laporan ini, menunjukkan banjir dan tanah longsor adalah bencana alam yang paling sering terjadi pada tahun 2014, dan menyebabkan 63 persen kematian yang berhubungan dengan bencana. Laporan itu menyebutkan banjir di India, Pakistan dan negara-negara Balkan sebagai bencana yang paling berbahaya.
Laporan ini juga menyebutkan dampak kekeringan yang dirasakan oleh 39 persen populasi manusia tahun lalu, dan merupakan bencana yang seringkali terlupakan dibandingkan dengan banjir yang terlihat lebih dramatis. Laporan itu mengatakan bencana yang sering kali terlupakan ini berdampak besar pada kesejahteraan ekonomi jutaan orang, khususnya di kawasan Sahel, Afrika.
Laporan ini memperkirakan kerugian ekonomi yang dialami pada tahun 2014 senilai $99,2 miliar (Rp 1.452 triliun), jauh di bawah nilai rata-rata $147 miliar (Rp 2,152 triliun) selama sepuluh tahun terakhir. (voaindonesia.com)
Editor : Bayu Probo
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...