Benny Wenda Beberkan Alasan Unjuk Rasa Ribuan Rakyat Papua
LONDON, SATUHARAPAN.COM - Juru Bicara Gerakan Persatuan Pembebasan Papua Barat atau United Liberation Movement for West Papua (ULMWP), Benny Wenda, mengeluarkan pernyataan tentang alasan unjuk rasa besar-besaran rakyat Papua pada 31 Mei lalu. Aksi unjuk rasa itu hari ini (2/6) telah dibalas dengan unjuk rasa tandingan dari Barisan Merah Putih, sebuah kelompok pendukung NKRI.
Benny Wenda mengklaim 600 orang telah ditangkap --sebagian telah dibebaskan -- menjelang dan sepanjang unjuk rasa damai itu, yang telah menjadi pemberitaan ramai di media internasional. Menurut Benny Wenda, dalam siaran persnya, unjuk rasa tersebut bertujuan untuk menyerukan kepada delegasi negara-negara yang menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Afrika, Karibia dan Pasifik di Port Moresby, mendukung penentuan nasib sendiri bagi Papua.
Kompas mengatakan, berdasarkan pantauan, demo yang berlangsung di depan Universitas Cendrawasih, Jayapura diikuti ratusan orang, mulai pukul 08:00 WIT. Sementara Juru Bicara KNPB, Bazoka Logo, menyatakan, total sebanyak 5.000 orang yang dikerahkan pihaknya dalam aksi unjuk rasa di Jayapura.
"Seluruh massa KNPB akan menggelar unjuk rasa di sejumlah titik yakni di Waena, Padang Bulan, Sentani, dan Abepura. Tujuan akhir unjuk rasa di kantor DPRD Papua di pusat kota Jayapura," kata dia, dikutip Kompas.
Tujuan seruan pengunjuk rasa, yaitu KTT African Caribbean Pacific (ACP) Summit saat ini sedang berlangsung di ibukota Papua Nugini. KTT itu dihadiri oleh perwakilan negara dan pemerintahan lainnya dari seluruh Afrika, Karibia dan Pasifik. Benny Wenda mengatakan, para pengikutnya ingin menyampaikan permohonan kepada ACP agar memberi pertolongan. Sebab, menurut Benny Wenda, rakyat Papua sedang mengalami tekanan dan dibungkam adlam menyuarakan aspirasi penentuan nasib sendiri.
"Di sebagian besar Afrika, Karibia dan Pasifik kolonialisme telah berakhir namun di Papua Barat kami terus bertahan dari kengerian kolonialisme dan genosida dengan lebih dari setengah juta orang Papua Barat diperkirakan telah tewas sejak tahun 1963," kata dia dalam siaran persnya.
"Oleh karena itu kami meminta keluarga Afrika Karibia dan Pasifik untuk mendukung kami dalam solidaritas," tulis dia.
Benny Wenda mengatakan unjuk rasa yang digelar di Papua dan di beberapa kota Indonesia bertujuan untuk menuntut diberikannya hak dasar mereka untuk menentukan nasib sendiri sebagai mana juga sudah disuarakan oleh Melanesian Spearhead Group ( MSG). Demonstrasi diadakan di berbagai kota termasuk: Jayapura, Biak, Fakfak, Gorontalo, Jakarta, Manokwari, Nabire, Paniai, Sorong, Timika, Wamena, Yalimo dan Yahukimo.
Benny Wenda mengklaim polisi Indonesia telah menangkap sekitar 597 karena bergabung dengan demonstrasi damai.
Berdasarkan laporan yang belum dikonfirmasi, kata Bennw Wenda, sebanyak 469 orang ditangkap di Port Numbay / Jayapura, 112 orang ditangkap di Wamena, 7 orang ditangkap di Manado, 6 orang ditangkap di Gorontalo dan 3 orang yang ditangkap di Yahukimo.
Mereka yang ditangkap di Manado serta 70 orang yang ditangkap di Wamena masih diyakini berada di tahanan dan masih berisiko disiksa seperti banyak tahanan politik Papua Barat lainnya.
"Oleh karena itu atas nama rakyat Papua saya memohon semua kelompok hak asasi manusia, negara-negara Afrika, Karibia dan Pasifik serta seluruh dunia, bergabung bersama kami untuk menyerukan pembebasan tahanan," kata dia.
"Adalah bukan kejahatan untuk menyerukan secara damai dukungan internasional bagi hak-hak dasar manusia. Kami orang Papua Barat berisiko mengalami kepunahan kami sebagai manusia dalam beberapa dekade berikutnya jika pendudukan ilegal dan genosida mengerikan ini berlanjut," tutur dia.
Aksi Tandingan
Sementara itu Detik.com melaporkan hari ini Barisan Merah Putih, sebuah kelompok pembela NKRI di provinsi Papua, mengadakan aksi unjuk rasa tandingan.
Dilaporkan ribuan orang turun ke jalan di Jayapura, Papua. Menurut Detik.com, unjuk rasa itu diikuti banyak anggota masyarakat. Bisa dilihat pada aktivitas perdagangan di wilayah Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura dan Keerom yang terhenti. Pasar tradisional dan pertokoan tutup.
Warga memang diajak untuk turun ke jalan melakukan aksi demo menentang gerakan Komite Nasional Papua Barat (KNPB) dan ULMWP
Sehari sebelumnya surat edaran yang dikeluarkan Ketua Barisan Merah Putih dan Ketua Kerukunan Sulawesi Selatan telah diedarkan pasar- pasar dan semua toko, bahkan supermarket untuk ikut melakukan unjuk rasa damai.
Marten Sremsrem seorang pihak keamanan pasar dari Dinas Perindakop Kota Jayapura, mengatakan, walau sudah ada pemberitahuan dari kepala pasar bahwa Pasar Yotefa tetap dibuka, namun banyak penjual yang memilih tutup.
"Tetapi pada kenyataannya Pasar Yotefa pada hari ini tampak sepi, bukan hanya penjual tetapi juga sepi pembeli," ujarnya.
Dalam selebaran ajakan demo dari Barisan Rakyat Pembela NKRI meminta semua elemen baik suku, agama dan kelompok profesi turun jalan menyuarakan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Barisan Rakyat Pembela NKRI juga meminta maaf apabila aktivitas bisnis terganggu. "Kita korbankan waktu sejenak untuk menciptakan iklim perekonomian yang lebih baik dalam jangka panjang. Mari kita hormati saudara-saudara kita yang menyuarakan NKRI," bunyi isi selebaran tersebut.
Editor : Eben E. Siadari
Baca Juga:
- Wawancara Khusus Benny Wenda: Kami akan Bawa Papua ke PBB
- Setelah Papua, Corbyn juga Dukung Kemerdekaan Bangsa Tamil
- Hubungan Indonesia dengan Kepulauan Soloman Memanas Soal Papua
- Jokowi Didesak Tuntaskan Pelanggaran HAM di Paniai
- Socratez: Diplomasi Rakyat Papua Menangi Hati Dunia
- Investor Asing Mulai Pertanyakan Pelanggaran HAM di Papua
- Ketua Partai Buruh Inggris Dukung Isu Papua Dibawa ke PBB
- ULMWP Jadi Anggota Penuh Agenda Utama KTT MSG
- Luhut Temui Tokoh Gereja Inggris Pendukung Papua Merdeka
- WNI di Inggris Protes Corbyn karena Dukung Papua Merdeka
- Gereja Katolik Minta PBB Investigasi Pelanggaran HAM pua
- Sejumlah Negara Hadiri Pertemuan Pembebasan Papua di London
- Aktivis Papua Pilih Sosialisme dan Tinggalkan Gereja
- Mahasiswa Papua di Australia Nekad Suarakan Aspirasi Merdeka
- Pakar Media: Pelanggaran HAM Papua Harus Jadi Cerita Global
- Dukung ULMWP Anggota Penuh, Vanuatu Minta RI Didepak dari MSG
- Seperti Papua, Pulau-pulau Ini Juga Ingin Merdeka
- Perempuan Katolik Papua Minta Paus Fransiskus Kunjungi Papua
- 20 Uskup Negara-negara Melanesia Turun ke Papua, Ada Apa?
- LIPI: Gerakan Pro Kemerdekaan Papua Semakin Solid
- LIPI Desak Jokowi Segera Umumkan Dialog Nasional dengan Papua
- Pendeta Papua: Pemerintah Jangan Larang Gereja Bicara Referendum
- Pasca Kunjungan Luhut, ULMWP Gencarkan Internasionalisasi Isu Papua
- Komisi HAM Asia Kutuk Penangkapan Aktivis Papua Penyeru Referendum
- WP Arriors Tanding di AS Suarakan Pelanggaran HAM di Papua
- Luhut Pandjaitan: Buat Apa Berunding dengan ULMWP?
- Tokoh Papua: Bila Pak Luhut Niat Baik Tuhan Memberkati
- Luhut Tolak Tim Pencari Fakta Pelanggaran HAM untuk Papua
- Luhut: Saya Ingin Orang Papua Tuan di Tanahnya Sendiri
- Karya Tulis tentang Papua Merdeka Raih Penghargaan di California
- ULMWP Tolak Usul Luhut Kirim Utusan Khusus ke Pasifik Selatan
- Ziarah Luhut ke Makam Theys Bertabur Puji dan Caci
- Gereja-gereja Pasifik Kritisi Kunjungan Luhut ke Fiji
- Tokoh Papua: Kunjungan Luhut Sia-sia Tanpa Dialog dengan ULMWP
- Papua Termasuk 60 Bangsa di Dunia yang Perjuangkan Kemerdekaan
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...