Berburu Waktu, Upaya Penyelamatan Anak yang Terperangkap dalam Gua di Thailand
THAILAND, SATUHARAPAN.COM – Korban kesembilan dari 12 remaja yang terperangkap dua pekan di Gua Tham Luang berhasil dikeluarkan menurut keterangan resmi Angkatan Laut Thailand, seperti dilansir BBC.
Laporan-laporan yang belum dikukuhkan menyebutkan dua remaja lagi berhasil diselamatkan pada Selasa (10/7). Dengan demikian, jika tiga orang berhasil dikeluarkan, berarti tinggal seorang remaja dan seorang dewasa yang masih harus diselamatkan.
BBC juga melaporkan, sebanyak delapan remaja yang berhasil dikeluarkan dari dalam gua di Thailand dalam operasi penyelamatan pada Minggu (8/7) dan Senin (9/7) berada dalam kondisi sehat, baik fisik maupun mental.
“Kedelapan remaja itu semuanya sehat, tidak demam. Semuanya dalam kondisi mental yang baik,” kata Jesada Chokedamrongsuk, sekretaris Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand dalam jumpa pers, Selasa (10/7).
Meski demikian, ia menambahkan, petugas medis tetap bersikap waspada sembari menunggu hasil tes. Apalagi, dua di antara delapan remaja dicurigai mengalami infeksi paru-paru.
Sejak dikeluarkan dari dalam gua, kedelapan remaja yang dikeluarkan dari gua telah menjalani pemindaian sinar-X dan pemeriksaan darah. Kesehatan mereka akan terus dipantau di rumah sakit selama sedikitnya tujuh hari.
Operasi penjemputan mereka yang masih berada di dalam gua sangat terkendala cuaca. Dengan hujan yang tak kunjung reda, air hujan yang membanjiri lorong gua membuat misi penyelamatan menjadi sangat sulit dan berisiko.
Tim penyelamat pada hari Senin (9/7) berhasil membawa keluar empat anak dari dalam gua tempat mereka terperangkap bersama pelatih sepak bola mereka dalam dua pekan terakhir.
Sehari sebelumnya, tim SAR berhasil membawa keluar empat anak, sehingga jumlah keseluruhan yang dibawa keluar dari gua adalah delapan anak. Jumlah anak yang terperangkap di gua sejak Juni lalu adalah 12 orang.
Kompleks Gua Tham Luang tempat para remaja itu terperangkap sejak 23 Juni lalu ibarat sistem labirin dengan celah beragam ukuran.
Ketinggian beberapa celah melebihi 10 meter, sedangkan celah lainnya begitu sempit dan direndam air.
Hal itu menimbulkan potensi bahaya bagi regu penyelamat. Kematian seorang mantan penyelam Angkatan Laut Thailand, yang merupakan bagian dari tim pemasok suplai tabung udara kepada para remaja, menjadi bukti bahaya tersebut.
Bagaimana Mereka akan Lolos?
Para penyelam yang dilengkapi peralatan pernapasan khusus bertemu dengan para remaja setelah melewati serangkaian celah sempit terendam air. Remaja-remaja tersebut akan dibawa ke luar lewat jalur yang sama.
Dalam operasi penyelamatan ini, dua penyelam mendampingi setiap remaja dan memandu mereka di tengah kegelapan menggunakan tali.
Di celah sempit, para penyelam harus mencopot tabung udara mereka dan menyelinapkan remaja-remaja itu beserta semua tabung.
Setiap remaja diberikan masker wajah—yang pemakaiannya lebih mudah bagi penyelam pemula.
Operasi menyelam dianggap beberapa kalangan sebagai opsi yang amat berbahaya. Namun, sejumlah pakar menyelam Inggris mengatakan prioritasnya adalah mengeluarkan para remaja sebelum hujan menimbulkan banjir dan membawa puing-puing ke dalam lorong-lorong gua.
Martin Grass, ketua Kelompok Menyelam di Gua, menduga penyelam kemungkinan menginstruksikan ke-12 remaja dan pelatih mereka untuk tidak menahan napas, memakai sepatu katak secara perlahan, dan bernapas dengan rileks.
Keberadaan dua penyelam yang mendampingi setiap remaja, menurut Grass, penting “untuk memastikan mereka tidak panik”.
Setiap remaja juga dipasangi alat tandem ke salah satu penyelam sehingga tidak ada risiko mereka menghilang di air yang keruh.
“Bisa jadi bonus bahwa para remaja itu masih muda. Sebab ketika seseorang masih muda, mereka cenderung merasa jagoan dan melihatnya sebagai sebuah petualangan,” ujar Grass.
Regu penyelamat menyelam sembari membawa tabung udara di bagian sisi saat menuju lokasi para remaja di dalam gua.
Para remaja itu bisa menghabiskan 10 hingga 15 menit di dalam air, bergantung pada seberapa banyak celah yang terendam air.
Namun perjalanan kembali ke mulut gua, yang mengharuskan mereka berjalan dan merunduk melintasi celah sempit, bisa memakan waktu agak lama.
Bagi regu penyelamat, diperlukan waktu 11 jam bolak-balik sejak masuk ke dalam gua dan kembali ke luar.
Sebagai langkah persiapan, para penyelam sudah menempatkan ratusan tabung udara di dalam gua untuk digunakan regu penyelamat dan para remaja.
Selagi operasi penyelamatan berlangsung, mesin pompa terus bekerja guna mengurangi banjir di dalam gua, sebut Gubernur Provinsi Chiang Rai, Narongsak Osottanakorn.
Menurutnya, taraf air di dalam gua kini mencapai taraf terendah.
Akan tetapi, seberapapun banyaknya air yang dipompa ke luar, air masih bisa masuk ke dalam gua melalui celah-celah dan aliran air pegunungan.
Karena itu, Narongsak mengatakan misi penyelamatan ini “berpacu dengan air”.
“Kekhawatiran terbesar kami adalah cuaca. Kami sedang menghitung berapa banyak waktu yang tersisa jika hujan, berapa jam dan hari,” ujarnya kepada wartawan.
Mengebor Dinding Gua
Aparat Thailand sudah mencoba mengebor dinding gua untuk membantu mengeringkan air di dalam—namun batuan yang tebal menghalangi upaya itu.
Ada juga usulan bahwa mengebor bisa menjadi cara untuk mengeluarkan para remaja itu sehingga mereka bisa diangkat ke luar.
Akan tetapi, untuk memulai proses itu, jalan baru harus dibangun di atas gua untuk memberi ruang bagi alat berat menembus batu.
Selain itu, survei mendalam di kawasan itu diperlukan guna menentukan tempat yang tepat untuk mencapai para remaja dan pelatih mereka.
Apa Bahaya di Dalam Gua?
Para remaja, yang berusia antara 11 hingga 17 tahun, beserta pelatih mereka yang berumur 25 tahun selama ini berkumpul di suatu landasan batu yang dikelilingi air.
Suasana sekitar sangat basah sehingga mereka harus menjaga kondisi tubuh tetap hangat dan kering agar terhindar dari risiko hipotermia.
Kekhawatiran selanjutnya adalah taraf oksigen di ruangan tempat mereka terperangkap. Para pejabat mengatakan pada suatu masa taraf oksigen di sana merosot 15 persen. Padahal, biasanya taraf oksigen 21 persen.
Agar mereka bisa tetap menghirup udara, para penyelam memasok sekitar 100 tabung udara ke dalam gua.
Salah seorang penyelam, PO Saman, mengalami kesulitan dalam mengangkut tabung-tabung udara ini dan dia sendiri kesulitan bernapas. Pria itu akhirnya hilang kesadaran di dalam gua dan meninggal dunia.
Bantuan Apa yang Mereka Terima?
Ke-12 remaja dan pelatih mereka telah mendapat makanan, air bersih, dan obat-obatan (terutama parasetamol) pada Selasa (3/7). Asupan lain juga diberikan agar mereka tidak kekurangan gizi.
Laksamana Apagorn Youkonggaew, kepala pasukan khusus Angkatan Laut Thailand, mengatakan bahwa asupan khusus yang diberikan mencakup “makanan mudah dicerna, vitamin dan mineral di bawah pengawasan dokter”.
Beberapa pejabat Thailand mengatakan sebagian besar remaja tersebut tidak mengalami cedera, namun ada beberapa yang lemah dan menderita luka ringan.
Bagaimana Mereka Mengatasi Tekanan Mental?
Para remaja itu memang dibekali senter atau lampu pada ponsel, namun mereka sudah duduk berjam-jam dalam kegelapan.
Karena itu, begitu tim pencari dan penyelamat menemukan mereka, pencahayaan menjadi salah satu prioritas. Lainnya adalah mendampingi mereka.
Para penyelam juga menyampaikan surat-surat dari orang tua para remaja agar mental mereka kuat.
“Mental mereka stabil dan itu cukup bagus sebenarnya,” kata Ben Reymenants, penyelam asal Belgia yang turut dalam operasi penyelamatan kepada kantor berita AFP.
“Untungnya pelatih mereka punya kewarasan untuk menjaga mereka tetap padu, berpelukan bersama untuk menghemat energi. Pada dasarnya itu yang menyelamatkan mereka.” (bbc.com)
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...