Berdiri, Menjalani Perintah, dan Melayani
Kemarahan para murid itu memperlihatkan bahwa mereka sebenarnya juga ingin kedudukan, tetapi tak punya nyali untuk mengatakannya kepada Yesus.
SATUHARAPAN.COM – ”Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.” (Mrk. 10:43-44). Demikianlah penjelasan Yesus Orang Nazaret ketika menyaksikan kemarahan sepuluh murid lainnya kepada Yakobus dan Yohanes.
Kemarahan para murid itu memperlihatkan bahwa mereka sebenarnya juga ingin kedudukan, tetapi tak punya nyali untuk mengatakannya kepada Yesus. Dan ketika Yesus mengoreksi permintaan kedua bersaudara itu, mereka merasa mendapat angin dan lebih benar.
Yang menarik, Yesus tidak melarang pengikutnya menjadi pemimpin. Tidak. Motivasi dan cara untuk menjadi pemimpin itulah yang Sang Guru tandaskan. Bahkan—kita bisa mengatakan—Yesus mendorong orang untuk menjadi pemimpin, namun hanya dengan orientasi pemberian diri.
Dan Yesus tak hanya bicara. Dia teladan hidup. Yesus datang untuk melayani, bukan dilayani. Dan pelayanan-Nya itu tuntas: menanggung penyakit dan memikul kesengsaraan manusia (lih. Yes. 53:4).
Bahkan, penulis surat Ibrani menyatakan: Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya. Yesus, Sang Anak Allah itu, mengambil jalan sengsara. Dia tidak mengambil jalan kemuliaan, tetapi mengambil jalan sengsara.
Allah sering dipahami sebagai Allah yang besar. Itu benar. Tetapi, Yesus menyatakan bahwa Allah adalah Pribadi yang mau menjadi kecil dan mau melayani.
Yesus tidak memperkenalkan Allah sebagai Pribadi yang duduk berdiam diri di singgasana-Nya. Tidak. Yesus memperkenalkan Allah sebagai Pribadi yang turun dari singgasana, bergerak, berdiri, dan melayani manusia.
Dan pada titik ini, berkait dengan Bulan Keluarga, keluarga bisa menjadi tempat pelatihan di mana orang belajar untuk lebih suka melayani ketimbang dilayani, lebih suka diperintah ketimbang memerintah, dan lebih suka berdiri ketimbang duduk. Keluarga perlu menjadi tempat bagi anggotanya untuk belajar memberi diri.
Akhirnya, selamat berdiri, menjalani perintah, dan melayani!
Editor : Yoel M Indrasmoro
KPK Tetapkan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, Tersangka Kasus...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Sekretaris Jenderal PDI Perju...