Berita Kematian Pemimpin ISIS Disangkal
BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM - Berita media yang menyebutkan bahwa pemimpin ISIS (Islamic State of Iraq and Syria), Abu Bakr A-Baghdadi meninggal hari Senin (27/4) di sebuah rumah sakit Israel di datarai tinggi Goland sebagai berita tidak benar.
Puluhan ribu berita dari media menyebutkan Al-Baghdadi meninggal setelah cedera serius akibat serangan udara koalisi pada bulan lalu. Laporan berita ini mengutip siaran Radio Iran yang belum diverifikasi yang disebutkan disiarkan kemarin.
Sementara itu, situs berita Irak, iraqinews.com mengontak juru bicara Radio Iran itu yang menyangkal bahwa jaringan mereka telah menyiarkan berita kematian Al-Baghdadi. Klaim yang menyebut dari siaran Radio Iran itu beritakan lebih lanjut oleh puluhan lembaga berita India seperti Times of India, Yahoo News India, The Indian Express dan Zee News.
Ada beberapa laporan serupa tentang kematian Al-Baghdadi dalam beberapa bulan terakhir, dan tidak satupun dari berita itu yang benar.
Meskipun ada rumor tersebut, surat kabar Inggris, The Guardian, melaporkan pekan lalu bahwa dua pejabat, seorang diplomat Barat dan seorang penasihat Irak, yang dikonfirmasi menyebutkan bahwa pada serangan 18 Maret di distrik Al-Baaj, Provinsi Niniwe, dekat perbatasan dengan Suriah, di antara yang terluka parah adalah pemimpin ISIS, Abu Bakr Al-Baghdadi. Namun Pihak Pentagon AS membantah bahwa Al-Baghdadi telah terkena serangan dalam serangan udara itu.
"Ya, dia terluka di Al-Baaj dekat desa Umm al-Rous pada tanggal 18 Maret dengan kelompok yang bersamanya," kata Hisham Al-Hashimi, seorang pejabat Irak yang memberi nasihat pada pemerintah Irak tentang ISIS, seperti dikutip oleh surat kabar itu.
The Guardian melaporkan bahwa Al-Baghdadi berusaha memulihkan kondisinya yang berjalan lambat, sehingga belum kembali mengendalikan organisasi darlam kativitas sehari-hari.
Konflik Sektarian
PM Irak, Haidar Al-Abadi. (Foto: dari Iraqinews.com)
Sementara itu, di Karbala, Irak, hari Senin (27/4), Perdana Menteri Irak, Haider al-Abadi menyatakan bahwa ISIS tidak mempunyai pendukung di wilayah Sunni Irak. Dia memperingatkan untuk menghindari konflik sektarian.
Menurut dia, seperti dikutip siitus berita setempat, iraqinews, setiap seruan untuk memecah negara itu menurut sekte akan menyebabkan gejolak yang besar.
Dalam pidatonya selama pertemuan dengan Badan Koordinasi Tinggi Provinsi non di kota Karbala, Al-Abadi mengatakan bahwa, "pembangkangan rakyat Irak melawan terorisme menunjukkan persatuan nasional." Dia mengatakan bahwa "darah Irak tidak bisa dipecah belah dan kami memperingatkan tentang ancaman itu. "
Abadi menambahkan bahwa "tidak ada pendukung ISIS di daerah Sunni." Dia peringatan untuk mencegah "hasutan sektarian," dan menyatakan bahwa, "tidak ada darah suci dan darah tidak suci."
Dia juga menegaskan bahwa, "setiap seruan untuk memecah negara secara sektarian akan menyebabkan pembunuhan dan eksodus." Dia menekankan bahwa ISIS ingin melakukan itu dengan pembunuhan dan pembantaian.
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...